Cinta Tak Bermata 1

1121 Words
Soni, pemuda yang baru saja berusia 20 tahun, mahasiswa dengan wajah tampan yang pernah memiliki cinta sepihak. Cintanya pada seniornya di kampus harus ia pendam dalam-dalam ketika sang senior ternyata sudah menambatkan hatinya pada pria yang sudah dijodohkan untuknya-Kila. Berbagai macam situasi sudah pernah ia lalui demi perasaannya pada Kila. Hingga akhirnya ia mulai melirik wanita yang lima tahun lebih tua darinya, yang tak lain adalah manajer di restoran milik orang tuanya-Lusi. Awalnya Soni tak memiliki perasaan untuk Lusi, namun berkat usaha Lusi yang selalu mengejar cintanya, Soni akhirnya luluh. Ia secara terang-terangan mengaku akan menghalalkan hubungan mereka jika ia sudah memiliki kehidupan yang layak nanti. Tak berbeda jauh dengan Soni, Lusi pun memiliki masa lalu buruk mengenai kisah percintaannya. Hubungannya bersama sang pacar yang sudah berjalan hingga dua tahun lamanya, harus kandas karena sang pacar memilih berselingkuh di belakangnya. Yang lebih menyakitkan lagi, Samuel yang merupakan mantan pacar Lusi itu berselingkuh dengan sahabatnya sendiri-Lela. Lusi sendiri tak menyangka kalau ia akan jatuh hati pada pria yang lima tahun lebih muda darinya. Namun, sekeras apapun ia menolak perasaannya, perasaan itu malah semakin menguasainya dan membuatnya tergila-gila pada pria yang memiliki nama lengkap Soni Wiguna. Gadis berparas ayu yang memiliki nama lengkap Lusi Fadila itu hanyalah seorang yatim piatu. Ia hidup seorang diri, selama ini ia bisa bertahan hidup berkat uang asuransi dan warisan yang ditinggalkan orang tuanya. Mengenai keuangan, ia memang tak pernah kekurangan. Ia bisa makan enak, sekolah tinggi dan memiliki rumah dan mobil. Pekerjaannya sebagai manajer restoran membuatnya menjadi wanita dengan penghasilan yang cukup tinggi. Sayangnya, Lusi tak memiliki siapapun untuk dijadikannya sebagai tempat bersandar. Ia pernah menjadikan Samuel sebagai tempatnya bersandar ketika ia sedang lelah ataupun sakit. Namun, pria itu mendua dan Lusi memilih perpisahan, ia memilih hidup sendiri dari pada harus mempertahankan pria yang menduakan nya. Berbeda dengan Lusi, Soni hidup nyaman bersama kedua orang tuanya. Karena masih muda, ia tak memiliki banyak pengalaman kisah percintaan sampai akhirnya ia bertemu dan jatuh hati pada Kila. Kini, ia ditunjuk ayahnya untuk mengurus salah satu cabang restoran keluarganya. Dan saat ia menduduki jabatan sebagai pemimpin di restoran, itulah kenapa ia bisa bertemu dengan Lusi. . Pagi ini menjadi pagi yang begitu indah bagi Lusi. Ia tersenyum senang memandang langit yang tampak cerah. Sesampainya di restoran, ia segera menuju ke ruang kerja atasannya-Soni. Setelah apa yang terjadi semalam, hubungannya dengan Soni bukan lagi hubungan manajer dan owner, melainkan hubungan spesial yang didasari atas nama cinta. Lusi membuka pintu ruangan itu perlahan, menengok ruangan yang masih kosong itu dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya. "Dia belum dateng, apa dia begadang semalem?" celetuknya. Setelah mengedarkan pandangannya di ruangan itu, Lusi memundurkan kepalanya dan segera menutup pintu itu perlahan. "Pak Soni belum dateng, Bu." Suara perempuan membuat Lusi terperanjat kaget. Ia membulatkan matanya dan menoleh ke sumber suara. Ia kemudian mengedipkan matanya berkali-kali, ia bingung harus menjawab apa atau bersikap bagaimana. "Oh, iya." Lusi menggaruk kepalanya, tak lama kemudian ia berlalu dan meninggalkan pelayan wanita yang kerap dipanggil Tina itu. Tina tertawa cekikikan melihat sang manajer yang ketangkap basah mencari pujaan hatinya pagi-pagi. "Pagi-pagi gini udah nyariin, begitu ya kalau udah jatuh cinta. Cinta itu buta, nggak pandang usia, sekali cinta ya tetep cinta." Tina malah mengomentari kisah percintaan Lusi dan Soni. Lusi sendiri segera berlari menuju ke ruangannya. Ia begitu malu sehingga enggan rasanya untuk menemui para pelayan yang tengah bergosip tentangnya dan Soni. "Argh, beg0 banget sih. Bisa-bisanya aku ke ruangan Soni pagi-pagi. Lagian nggak mungkin 'kan Soni dateng pagi-pagi. Dia kan kuliah, ke sini cuma pas senggang aja." Lusi memukuli kepalanya berkali-kali. Degup jantungnya semakin tak karuan, ia tak bisa mengabaikan gosip yang beredar. Namun, ia tak bisa mengakuinya begitu saja mengingat kalau usianya lima tahun lebih tua dibanding Soni. "Apa mereka bakal nyebut aku nggak tahu diri, suka sama daun muda?" gerutunya. Tak lama kemudian, ada panggilan masuk ke ponselnya. Namun, karena ia sibuk dengan pikirannya sendiri, dering ponsel yang terdengar nyaring itu sama sekali tak ia pedulikan. Sampai akhirnya dering ponsel itu berhenti, Lusi tak menyadarinya. Panggilan itu berasal dari Soni, pacar baru Lusi yang berjanji akan menikahi wanita itu kelak. "Kemana dia? Apa jam segini restoran udah rame? Atau, dia lagi sibuk ngecek stok bahan? Mungkin sih, dia kan kalau pagi sibuk ngecek bahan." Soni berasumsi kalau pacar barunya itu sibuk bekerja, ia tak tahu kalau sebenarnya Lusi sibuk melamun. Pria muda itu sendiri baru saja sampai di kampusnya. Ia sengaja mencoba menelepon sang pacar karena ingin menyapa dan memberikan perhatian di hari pertama mereka pacaran. Namun, usahanya tak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Ia kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas dan masuk ke dalam ruang kelasnya. Ketika ia duduk di dalam kelas sambil menunggu dosen masuk, Soni melihat potret Lusi yang ia simpan secara diam-diam di ponselnya. Pria itu tersenyum hangat memandang wajah manis sang pacar. "Gimana bisa aku suka sama cewek yang lebih tua dari aku untuk kedua kalinya? Argh, ada apa dengan seleraku?" batin pria itu sambil menggeleng pelan. Jemarinya menggeser layar ponselnya secara tak sengaja. Potret manis Lusi terganti dengan potret wajah cantik yang kini sudah menjadi istri orang. "Mbak Kila, semoga kamu bahagia sama Pak Dira." Soni menekan tombol hapus, lalu ia berpikir berulang kali sebelum akhirnya menekan tombol Ya untuk mengkonfirmasi penghapusan gambar itu. "Aku udah punya Lusi, Mbak Kila udah jadi milik Pak Dira. Kita udah punya jalan masing-masing, Mbak." Dengan berat hati Soni menekankan dirinya sendiri untuk melupakan perasaannya pada Kila. Ia ingin bahagia bersama Lusi, wanita yang awalnya bukan siapa-siapa dan kini berhasil mencuri perhatiannya dan bahkan berhasil membuatnya mengaku suka. Kembali ke restoran, ada Lusi yang kini tengah menepuk pipinya berkali-kali. "Bangun, Lus. Jangan ngelamun!" Wanita itu melangkah pergi meninggalkan ruangannya tanpa mengecek ponselnya dan menuju ke ruang penyimpanan bahan makanan. Ia harus mengecek bahan-bahan makanan seperti yang biasa ia lakukan. Saat di depan ruang penyimpanan, Lusi mendengar beberapa pelayan yang cekikikan. "Kamu udah lihat videonya?" "Iya, nggak nyangka, ternyata Pak Soni yang termehek-mehek sama Bu Lusi." "Bu Lusi suka brondong ternyata, hi hi hi." Lusi masuk ke ruang penyimpanan dan menyambar ponsel salah satu pelayan. Ia melihat dengan matanya yang membulat sempurna pada ponsel itu. Ternyata video yang tengah menjadi tontonan para pelayan adalah video di mana Soni menciumnya. Wanita itu tak percaya dengan apa yang ia lihat. "Ka-kalian dapet video ini dari mana?!" teriaknya. Para pelayan yang ada di ruangan itu hanya diam, takut pada manajer yang sedari tadi menjadi bahan gosip mereka. Lusi lalu menengadah, melihat ke sana ke mari, mencari posisi kamera pengawas yang ada di ruangan itu. Ya, wanita itu baru sadar kalau ruangan itu adalah ruangan dengan kamera pengawas terbanyak untuk mencegah pencurian barang. Siapa sangka videonya akan tersebar, ia malu bukan kepalang. "Kalian! Kalian mau dipecat?!" teriak Lusi. Bersambung... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD