1. Sial!

1083 Words
Lyra pov Aku menikmati coklat panas di balkon. Di tanganku terdapat novel Pride and Prejudice. Novel klasik buatan Jane Austen namun aku sangat menyukai jalan ceritanya. Aku bahkan tidak yakin sudah seberapa sering aku membaca novel ini. rasanya, aku terlalu jatuh cinta dengan karakter Mr Darcy dan Elizabeth Bennet. Mereka tampak luar biasa dan aku suka bagaimana mereka mengatasi masalah mereka hingga pada akhirnya mereka bersatu. Well, pada akhirnya takdir yang menyatukan mereka. Aku membenarkan letak posisi kacamataku lalu memperhatikan taman bunga di bawah sana. Sejenak perasaan damai menyelimuti hatiku. Taman bunga sedang bermekaran saat ini dan aku sangat menyukainya. Rasanya, seolah-olah bunga-bunga di bawah sana sedang menyapaku dan bahkan melengkapi hariku.  Well, namaku Lyra. Seorang dokter spesialis jantung. Aku seorang kutu buku dengan penampilan biasa. Sebenarnya, aku tidak suka berada di keramaian. Sangat! Aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Berbeda dengan saudaraku, Mike. Mike memanfaatkan ketampanannya untuk memikat para gadis hampir seumur hidupnya. Oh, jangan lupakan Madelyn saudariku. Dia adalah dewi aphrodite di kalangan pria. Handphoneku berbunyi membuyarkan lamunanku. Aku menatap layarnya. "Daddy" "Hey honey, bisa bawakan dokumen di ruang kerja?" Suara Daddy terdengar kacau. "Bawakan ke perusahaan?" Tanyaku memastikan. "Yup. Maaf mengganggu liburmu tapi aku tidak bisa menghubungi yang lainnya" suara Daddy terdengar menyesal. "Oh, it's okay! I'll be right there in   15 minutes" Daddy menyampaikan rasa terimakasihnya kepadaku lalu memutuskan sambungan telpon. Aku segera menutup novelku dan berjalan cepat menuju kamarku. Aku mengganti bajuku dengan kemeja lengan panjang berwarna putih dan memadukannya dengan rok panjang berwarna biru. Rambutku kubiarkan diikat  ekor kuda bahkan aku tidak berniat memoles wajahku sama sekali dengan make up. Dad sedang membutuhkanku dan aku harus segera melakukannya. Setelah mengambil dokumen yang diminta Dad, aku segera bergegas menuju perusahaan tempat Dad bekerja. ***** Aku melangkah masuk dan mengedarkan pandanganku ke perusahaan tempat Dad bekerja. Sebelumnya, aku belum pernah sama sekali mengunjungi Dad di tempat kerjanya. Berbeda dengan Mike dan Madelyn. Well, sebenarnya Mike membantu Dad bekerja disini sementara Madelyn? Dia tidak menyukai urusan bisnis maupun hal lainnya yang memaksanya berpikir keras. Singkat cerita, Madelyn tidak suka belajar. Dia bekerja sebagai model. Aku berjalan mendekati resepsionis untuk bertanya di lantai berapa Dad bekerja. Setelah mendapatkan informasi yang kuinginkan, aku segera berjalan menuju lift. Aku menyukai arsitektur perusahaan ini. Simple namun berkelas. Teman baik Mike yang menjadi arsitek dari perusahaan ini. Namanya Aaron Weasley. Aaron adalah seorang Amerika-Cuba. Dia yang turun tangan secara langsung untuk mengawasi pembangunan dari perusahaan. Secara pribadi, aku menyukai Aaron sebagai laki-laki. Aaron adalah laki-laki dewasa yang lembut. Persis seperti Knight  in Shining Armor. Tingkahnya persis seperti prince charming. But, Aaron berada jauh di atas levelku. Pintu lift terbuka menyadarkan aku dari lamunanku. Aku segera masuk ke dalam lift dan merasa bersyukur karena aku sendirian. Begitu lift terbuka, aku segera melangkah keluar dan memperhatikan koridor. Koridor terlihat rapi. Menurut resepsionis, aku hanya perlu belok kiri setelah keluar dari lift. Sembari berjalan menyusuri lift, aku terus mengulang-ulang ucapan resepsionis hingga ingatan itu menghilang saat melihat pemandangan di hadapanku. Spontan aku berhenti melangkah dengan kedua mata yang melebar karena terkejut. Tepat di hadapanku, aku melihat seorang perempuan sedang menggoda seorang laki-laki. Aku yakin perempuan itu adalah salah satu pegawai disini dilihat dari cara berpakaiannya. Kuakui, perempuan itu cukup menarik dengan rok pensil dan baju kemeja putih berlengan pendek. Rambut pirangnya tergerai dengan sangat cantik. Dari samping, aku menyadari kecantikan perempuan tersebut lengkap. Seakan dunia tidak adil, perempuan tersebut memiliki lekuk tubuh yang sempurna menambah nilai seksi dirinya yang dilengkapi dengan lipstik merahnya yang menggoda. Sama seperti perempuan tersebut. Laki-laki itu tak kalah hebatnya. Harus kuakui, laki-laki itu adalah penggambaran laki-laki idaman yang sering k****a di novel romance. Laki-laki itu bertubuh tinggi dan tegap. Laki-laki itu hanya mengenakan celana dasar dan kemeja putih yang digulung ke siku, justru menambah pesona dirinya. Rambutnya hitam dengan tatapan mata yang tajam. Laki-laki itu adalah penggambaran sempurna akan dewa yunani. Mungkin dia akan cocok memerankan salah satu dewa yunani. Zeus? Tidak. Dengan penampilannya yang berantakan namun seksi, aku rasa laki-laki itu cocok sebagai poseidon. Perempuan itu mengelus pipi laki-laki tersebut dengan lembut. Bibirnya yang seksi seolah mengucapkan sesuatu yang tidak aku dengar. Namun, dengan cepat laki-laki itu menepis tangan perempuan tersebut dengan tatapan yang dingin. Bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu namun, kurasa itu bukan sesuatu yang bagus dilihat dari wajah perempuan tersebut yang menegang. Ini tidak baik! Aku tidak seharusnya melihat pertengkaran sepasang kekasih seperti ini. Setelah berhasil mengumpulkan kesadaranku, aku bergerak berjalan. Tepat setelah pasangan tersebut, aku bisa melihat belokan. Aku berusaha sebisa mungkin berjalan secepat yang aku bisa agar tidak mengganggu mereka. Tapi, laki-laki itu justru menoleh dan melihat kedatanganku. Mengabaikan perempuan di hadapannya, laki-laki itu justru memperhatikanku dengan senyum miring. "Apa yang kau lihat?" Teriak perempuan tersebut. Laki-laki itu masih tidak bergeming. Perhatiannya tetap tertuju padaku dan itu tidak membuatku nyaman. Aku menundukkan kepalaku lalu berjalan dengan sangat cepat. Semoga semua ini hanya perasaanku saja. Baru saja aku hendak melewati pasangan tersebut, aku segera menghembuskan napas lega. Namun, aku mendengar suara langkah kaki tepat di belakangku. Aku berusaha mengabaikan langkah kaki tersebut. Sesuatu menghentikan langkahku. Mendorong tubuhku dengan mudah ke dinding. Laki-laki itu kini di hadapanku dengan kedua tangannya yang merengkuh pinggangku. Ia tersenyum dengan sangat mempesona padaku. "Zac! Apa yang kau lakukan?!" Teriakan perempuan itu semakin kencang. Aku tersadar akibat teriakan perempuan itu. Segera aku bergerak hendak melepaskan diri. Namun, sebelum aku bisa melepaskan diri, aku justru terjebak lebih dalam lagi. Laki-laki itu mendaratkan bibirnya tepat di bibirku. Mengecup dengan sangat lembut. Aku terkejut. Jantungku berdebar ikut bereaksi atas kejadian yang tidak pernah aku sangka. Di sisi lain, aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku. Bagaimana tubuhku bergetar saat merasakan kelembutan bibirnya di atas bibirku. Gerakan bibirnya begitu mempesona bahkan seolah-olah memuja diriku. Ada sesuatu yang aku rasakan, sesuatu yang aku tidak tau apa itu, yang bersorak kepada diriku, memaksaku untuk menerima perlakuan lembut laki-laki itu. Dan aku melakukannya! Aku menerima ciuman tersebut. Melupakan segala yang ada di sekitarku. Yang aku tau hanyalah kontak di antara kami yang sedemikian intens. Lalu, semuanya menghilang. Kelembutan itu menghilang. Aku membuka mataku. Bahkan aku tidak tau kapan aku menutup mataku. Seketika, otakku mencerna semuanya. Sial! Sial! Apa yang sudah aku lakukan? Perasaan malu tiba-tiba merayap ke diriku membuat pipiku memanas. Di tengah kebingunganku, aku melihat dirinya disana. Berdiri dengan aura yang mengintimidasi tepat di hadapanku. Tepat di wajahnya, ia tersenyum jahil. "Pergilah, Fay! Jangan mengganggu kami" ujarnya dingin masih memperhatikanku. "Kau akan menyesal, Zac!" Ujar perempuan itu sambil meninggalkan kami. Aku masih mengerjap. Sial! Laki-laki ini baru saja menggunakanku untuk kepentingannya. Tbc  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD