Belanja Bersama

1721 Words
        Matahari pagi sudah menyingsing menyinari hari. Tetapi, seorang gadis masih juga bergelanyut di tempat tidurnya. Dia masih belum mau bangun, padahal ini sudah pukul delapan pagi. Gadis itu terlalu santai dan tidak sadar kalau saat ini dia sedang menggeluti karir sebagai ART. Dari arah luar kamar, terlihat seorang pria yang sudah berpakaian rapi berjalan dengan kesal ke kamarnya. ‘TOK-TOK-TOK’             Pria itu mengetuk keras pintu kamar Christa, tapi masih belum ada jawaban dari empunya. “Bangun, Christa! Dasar pemalas!” marah David yang kini adalah majikan dari gadis yang tidur didalam seperti nona besar. Masih juga tak ada jawaban, akhirnya David mengambil jalan pintas dengan mencari kunci cadangan pintu kamar Christa. Saat akan masuk, tiba-tiba Darren menanyai kakaknya itu, “Bang, gak sopan bangunkan olang yang sedang tidul. Kata mama begitu”.             Mendengar itu, David mendengus kesal lalu berjongkok menyamakan tingginya dengan Darren, “Kalau sudah besar gak boleh bangun kesiangan! Nanti kalau kamu sudah besar dan bangun kesiangan, abang akan bangunin juga!”. Mendengar itu, Darren hanya mangut-mangut paham. Setelah itu, David masuk ke kamar Christa sambil menyilangkan tangan didadanya. Pria itu berteriak lagi,”Christa! Bangun kamu atau saya pecat!”. David merasa suaranya sudah cukup keras dan tegas. Tapi Christa malah menutup wajahnya dengan selimut.             Dengan demikian, naiklah tensi seorang David di Minggu pagi yang cerah ini. Langsung saja, dia menarik paksa selimut Christa. Tanpa sadar, Christa ingin menarik balik selimutnya, eh! Malah narik tangannya David. Jadilah mereka berdua sedang bertindihan diatas kasur itu. ‘Kok berat? Ini apa sih?’ pikir Christa lalu membuka mata perlahan. “Kyaaaa! m***m!” teriaknya langsung mendorong keras David. Disaat yang sama, kekesalan David semakin bertambah karena diteriaki oleh Christa yang adalah pembantunya yang tidak tahu diri itu. “Bapak bilang gak tertarik sama cewek, oh! Ternyata itu hanya pengalihan isu, toh! Saya bisa lapor, lho!” Christa marah-marah gak jelas sambil berkacak pinggang di tempat tidurnya. ‘Siapa sih yang harusnya marah?’ kesal David dalam hatinya. “Kenapa Dave? Gak bisa membela diri? Lagian, ngapain kamu pake masuk kamar aku segala?” Christa merepet lagi membuat David sudah kehabisan stok kesabarannya. “Kenapa saya masuk kamar kamu? Ini sudah jam 8 pagi! Kenapa kamu belum bangun, hah?!” tanya David emosi. “Emang sengaja!” balas Christa dengan nada songong. “Sengaja? Maksudnya?” David gak mengerti maksud cewek satu ini. “Gini ya, Dave! Kamu kan praktek Senin sampai Jum’at, jadi di akhir pekan Sabtu dan Minggu saya harusnya bebas dong!” Jawab Christa santai kayak dipantai. Dia mah bodo amat mau David marah sama dia, soalnya tadi dia lagi mimpi Lee Min Ho sedang melamarnya, eh malah David yang datang. Kan kesel? “Lah? Kenapa jadi kamu yang mengatur? Kamu kan bawahan saya?” David gak terima dong! Ya kali dia diatur sama ART. Dengan tegas, David langsung menarik tangan Christa lalu menyeretnya keluar dari kamar. “Dave! Ini penyiksaan! Kamu juga baru saja melakukan percobaan pelecehan! Kamu bakal kena pasal berlapis!”. “Makanya, kalo kerja itu yang benar! Kamu juga melanggar Undang-undang tenaga kerja.” Ya, mereka berdua berlaga argument hukum. Walau sebenarnya mereka berdua gak terlalu banyak tahu soal hukum. Tapi sok tau juga gak apa.             Setelah di seret sama David, gadis itu manyun lalu mengambil piringnya untuk sarapan. Saat melihat itu, David  naik tensi lagi. Tapi, dia menjaga karena ada Darren di meja makan. Bukan itu saja, kalau sampai Christa teriak gaje, tetangga malah dengar dan berpikir yang tidak-tidak. “Apa lihat-lihat? Orang harus makan dulu baru bekerja! Kalau mati karena kelaparan gimana?” protes Christa sambil mengambil sarapannya dan makan dengan santainya. “Yang ada, orang kerja dulu baru makan! Menyesal saya mungut kamu dari jalanan!” kesal David lalu mengambil timun di kulkas. Dia langsung mengupas, mencuci dan memakannya untuk menurunkan tensinya yang naik karena seorang Christa. “Kakak cantik? Kenapa kalian belantem? Kalian kan sudah besal.” Tanya Darren bagaikan anak yang melihat pertengkaran kedua orang tuanya. “Hahaha! Kami gak berantem, kok! Cuma bang Dave lagi pingin membesarkan volume suaranya.” Christa menyangkalnya. Darren mangut-mangut aja, sedangkan David yang mendengar, berulang kali menghela napasnya untuk menambah stok kesabarannya.             Entah kenapa, setiap Christa berulah, bawaan David emosi melulu. Di hari pertama, gadis itu sudah menghabiskan uangnya sebesar sepuluh juta. Dia memang bukan orang miskin, tapi bayangin aja dulu, uang sepuluh juta lenyap begitu saja dalam sehari. Rasanya seperti dirampok. Lalu adiknya di kasih makan mie instan. Pas ditegur, malah melawan! Siapa yang gak emosi, coba? Pagi ini juga! Bangun kesiangan kayak nyonya besar. Banguninnya setengah mati, pas sudah bangun malah cari makanan dulu bukannya langsung kerja. Memang banyak manusia yang gak tahu diri di dunia ini. Setidaknya, begitulah David menilai Christa dari sudut pandangnya.             Setelah sarapan, Christa langsung mencuci piring dan membereskan dapur. Dia menyapu lalu mengepel dengan perasaan kesal. Dia merasa David sengaja menindasnya seperti seorang Cinderella yang disiksa keluarga tirinya. ‘Sial! Aku semakin membenci cowok akhlakless ini!’ rutuk Christa dalam hatinya. Beberapa waktu kemudian, selesailah pekerjaan Christa. Gadis itu kemudian mandi untuk membersihkan badannya, soalnya tadi dia masih belum mandi. “Christa! Cepat mandinya! Kita harus belanja!” panggil David dari luar. Christa yang baru saja mengguyur tubuhnya dengan air makin kesel dengan sikap David. Tapi tetap saja, pada akhirnya, dialah yang selalu menurut. Dia memang hanya ampas tahu disini. Christa selalu berpikir dirinya adalah pihak yang dirugikan, tapi memang sikapnya yang membuat David selalu emosi.             Setelah selesai mandi dan berpakaian, Christa keluar dengan muka kesal dan menatap David dengan datar. “Kenapa kamu? Muka kenapa kayak triplek?” tanya David semakin membuat mood Christa rusak. “Tau gak sih? Aku ini capek Dave! Kamu tega banget, sih! Belanja aja sendiri!” Christa malah marah dan sok memerintah David. “Gak masalah, tapi kamu harus keluar dari rumah ini! Karena saya gak sudi menampung beban.” Balas David membuat Christa tidak berkutik. Dia mengikuti David untuk pergi ke Supermarket bersama Darren. Mereka akan belanja kebutuhan sehari-hari sekalian perlengkapan sekolah Darren.   Supermarket             Christa saat ini sedang mendorong troli dan David memilih-milih barang untuk kebutuhan sehari-hari. Saat melihat mereka, orang-orang disekitar berbisik-bisik soal mereka. Menurut mereka, David dan Christa adalah pasangan muda dengan seorang anak yang lucu, yaitu Darren. “Kakak cantik! Aku mau lihat mainan yang itu!” Darren menunjuk sebuah mainan. “Darren, mainan kamu sudah banyak!” tegur David membuat Darren memanyunkan bibirnya kesal. “Bang! Satu aja, ya! Dayen belum punya dinosuyus!” Darren memohon-mohon pada kakaknya itu. “Ya, sudah! Temani dia, Christa.” David akhirnya mengalah dan menyuruh Christa menemani Darren melihat-lihat mainan. Darren langsung kegirangan dan melihat beberapa boneka dinosaurus di rak itu. Bersama Christa, mereka mengambil beberapa jenis boneka dinosaurus. Tiba-tiba, seorang pria menyenggol Christa dengan sengaja. “Hai neng? Sendiri aja?” goda pria itu sambil mengerling genit. Christa langsung memasang wajah judes dan tidak suka kepada pria itu. “Janda ya, neng? Anaknya lucu.” Dia ternyata tidak berhenti mengganggu Christa. “Jangan macam-macam, ya! Saya teriak nih!” ancam Christa dengan wajah garang. Tapi sialnya, cowok itu sama sekali gak takut dan mencoba menyudutkan Christa. “Satu macam aja kok! Colek sikit gak apa lah!” bisiknya membuat Christa naik tensi. Langsung saja, dia menendang kaki pria kurang ajar itu. Pria itu gak diam saja sambil menahan tangan Christa. “Jangan sakiti kakak cantik!” teriak Darren tapi diabaikan oleh pria yang sibuk ingin mengganggu Christa. “Oi! Lepaskan tangan kotormu itu!” tegur David membuat perhatian mereka teralihkan. Pria itu langsung melepas tangannya dari Christa dan kikuk saat melihat David. Gimana enggak? David lebih tinggi dan kekar dibandingkan dirinya. David dengan cepat berjalan ke dekat Christa dan Darren sambil berkata,”Saya gak akan diam saja kalau ada yang berani mengganggu keluarga saya!”. Perkataan itu langsung membuat pria itu keter dan pergi ketakutan. “Bang Dave keyen!” puji Darren sambil mengacungkan dua jempol pada kakaknya itu. “Makasih, ya! Aku terharu, lho dengan cara kamu menolong aku., dengan bilang aku adalah keluargamu.” Christa berterima kasih dengan nada malu-malu. David langsung memasang muka sewot dan membalas,”Siapa yang bilang kamu keluarga saya? Keluarga saya adalah Darren, bukan kamu!”. Mendengar itu, Christa merasa tertohok sekaligus malu karena terlalu kepedean.             Setelah seselsai berbelanja, mereka membayar semua belanjaan mereka di kasir. Christa sudah menunggu diluar untuk membawa belanjaan, sementara David di kasir untuk membayar semuanya. Saat di kasir, perhatian Darren tertuju pada sebuah rak dengan kotak-kotak berwarna-warni. “F-I-E-S-T-A,” dia mengeja pelan dan langsung mengangguk. David sedang sibuk menyusun barang-barang di kasir untuk dibayar. Langsung saja, Darren mengambil dua kotak dengan warna yang berbeda. Sang kasir tak sadar, sedangkan Darren sudah menggabungkannya dengan belanjaan yang lain. “Bang! Tadi Dayen ambil pelmen, ya! Dayen susul kakak cantik dulu!” ujar Darren hanya diangguki oleh David. Pria itu masih mengangguk sambil mengecek HP-nya menunggu sang kasir selesai menghitung belanjaannya. Saat mengambil barang berikutnya, sang kasir agak terkejut melihat David membeli dua kotak alat kontrasepsi. Dia menatap David diam-diam dengan nada kecewa. ‘Yahh! Aku kira berondong, ternyata sudah punya istri, ya? Anak tadi bukannya adiknya?’ pikir sang kasir sambil memasukkan dua barang itu ke plastik belanjaan David. Tapi dia masih terus memerhatikan David, terlebih lagi jarinya! ‘Dia gak pake cincin nikah! A-apa jangan-jangan? Ah, sudahlah!’ pikir si kasir lagi. Dia menduga David adalah sejenis pria b******k tak berakhlak yang melakukan s*x bebas. Makanya membeli alat kontrasepsi sampai dua kotak. “Semuanya delapan ratus tiga puluh delapan ribu, mas.” Sang kasir memberi tahu jumlah belanjaan. David mengangguk lalu memberikan uang kepada sang kasir. Setelah mendapat kembalian, David mengambil belanjaannya sambil memanggil Christa. “Christa! Bantu saya!” perintahnya dan langsung saja Christa mengambil salah satu plastik belanjaan. “Oh! Itu pacarnya! Mereka serumah, toh! Kenapa ya, zaman ini semakin edan? Nikah dulu, kek!” komen sang kasir geleng-geleng kepala. “Mbak! Belanjaan saya hitung, dong!” protes pembeli yang mengantri setelah David. Si kasir kebanyakan melamun memikirkan soal David, sampe lupa kerjaannya sendiri. Memang di dunia ini, terlalu banyak orang yang selalu menyibuki hidup orang lain. Orang bisa seenaknya membuat kesimpulan sendiri soal hidup orang lain tanpa tahu apapun soal orang itu. Itu adalah realita, guys! Jadi yang penting lakukan saja yang terbaik dan hasilnya akan menjadi jawaban kepada mereka suatu hari nanti.kan 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD