bc

Balas Dendam Terbaik

book_age18+
1.0K
FOLLOW
8.3K
READ
revenge
one-night stand
HE
confident
blue collar
drama
bxg
campus
city
like
intro-logo
Blurb

Rahel seorang wanita yang menceraikan suaminya karena memergoki perselingkuhan suaminya. Ia adalah istri yang baik, setia, dan selalu menuruti perintah suaminya namun itu tidak cukup untuk membuat suaminya setia kepadanya. Jatuh dalam keterpurukan membuatnya sadar jika menjadi wanita baik bukanlah hal penting, ia yang dulunya hanya seorang istri yang mengurus rumah berubah menjadi wanita karir dengan tujuan mencapai posisi puncak tertinggi.

Setelah ia menjadi begitu sukses ia sering bermain dengan para pria penghibur namun sejujurnya ia tidak pernah sampai sungguh-sungguh melakukan hubungan intim, namun suatu ketika karena mabuk ia membuat kesalahan besar yaitu tidur dengan salah satu pria itu, dan lebih parahnya pria itu ternyata masih remaja kuliahan. Rahel yang sudah berusia 30-an tentu syok dengan hal itu, namun hal yang lebih tidak terduga lagi terjadi, ia bertemu kembali dengan mantan suaminya yang sekarang ... sudah sangat jauh berbeda dari terakhir kali.

"Aku menyesal telah mengkhianatimu, aku sungguh menyesal Rahel." Bisik mantan suaminya itu dengan mata berkaca-kaca.

Cover by Lanamedia

chap-preview
Free preview
Part 01: Cerai
"A-apa yang sedang kalian lakukan?!" suara bergetar dengan wajah syok nampak dari wanita berkulit pucat yang sedang memergoki suaminya tengah b******u mesra dengan wanita lain, ia melangkahkan kakinya yang gemetar mendekati sang suami yang tidak terlihat bersalah sedikitpun itu. "K-kamu selingkuh?" Lelaki bermata hitam pekat dengan alis tebal itu membuang muka malas, sebelah tangannya justru dengan tenang membenarkan selimut wanita di sebelahnya untuk menutupi tubuh wanita yang setengah telanjang itu. "Kamu kenapa ada disini?" suara berat terdengar mengalun tenang. Rahelia Maharani, wanita berusia 25 tahun itu terperangah tak percaya, setelah semua yang terjadi dengan santainya suaminya berkata seperti itu?! Penuh emosi yang membara ia menerjang lelaki yang pernah mengucapkan ikrar suci dengannya itu, menamparnya keras sekali. "DASAR LELAKI b******k!" Leonardo Camelio dengan nama panggilan Leo, lelaki yang dulunya sangat lembut, penyayang, dan mencintainya setengah mati mampu mengkhianatinya. Detik itu juga dunia Rahel seperti runtuh. "KENAPA KAMU TEGA MELAKUKAN HAL INI KENAPA KAM-" "Stop Hel!" Leo menahan tangannya yang sejak tadi menghujaninya pukulan, menatap tajam manik coklat wanita itu. "Bukankah beberapa waktu ini hubungan kita memang sudah merenggang, hal seperti ini harusnya tidak perlu kamu besar-besarkan!" desisnya membuat Rahel terhuyung mundur tak percaya, ia menutup mulutnya dengan kerlipan syok mendengar ucapan sarkas suaminya itu. Benar selama setahun ini hubungan mereka memang tidak terlalu harmonis, bahtera rumah tangga yang mereka jalin lima tahun memang awalnya begitu manis namun karena tidak adanya buah hati diantara mereka dan kesibukan masing-masing membuat mereka tampak seperti dua orang asing yang tinggal di satu atap. Bahkan tidak jarang mereka melakukan hubungan suami istri tanpa rasa kehangatan namun hanya demi kebutuhan, namun bukankah berselingkuh adalah tindakan yang sangat keterlaluan. Bahkan selama beberapa bulan terakhir ia berusaha memperbaiki hubungannya dengan lelaki ini namun selalu gagal karena Leo seperti sengaja mengacuhkannya, dan sekarang ia paham alasannya. Dengan air mata yang menetes deras Rahel menatap benci lelaki itu, untuk sesaat raut kaget nampak ditunjukkan oleh lelaki itu melihatnya menangis. Rahel menelan ludah berat, mengepalkan tangannya dengan senyuman getir. "Lima tahun apakah tidak ada artinya buatmu?" lirihnya dengan napas tercekik setiap melihat wanita telanjang yang masih duduk di sebelah suaminya, ia kenal wanita itu adalah sekretaris suaminya yang selalu nampak lugu. "Kamu tahu alasanku memilihmu diantara banyak lelaki lain yang dulu mendekatiku?" Ia menatap intens mata suaminya, hanya bisa menemukan tatapan datar dari lelaki itu. "Karena kamu satu-satunya pria yang mengejar cintaku sejak SMA sampai kuliah, kamu satu-satunya pria yang setiap hari menaruh bunga mawar di mejaku meskipun aku selalu membuangnya, dan kamu ..." ia mengalihkan tatapannya menahan rasa sesak yang makin mencekiknya, "satu-satunya pria yang memelukku tanpa bertanya apapun setelah mengetahui latar belakang keluargaku. Hanya kamu Leo, h-hanya ... hiks kamu." Leo menatap istrinya itu tanpa perubahan ekspresi berarti, namun tatapan matanya tidak dapat dibaca siapapun. "Dulu kupikir aku mencintaimu di atas segalanya, tapi ternyata setelah menikah rasa cinta itu perlahan pudar." "Hanya karena kita belum memiliki anak?" Rahel tersenyum miris, "aku normal kamu juga normal, kita belum memiliki anak karena Tuhan belum mengarunianya aku yakin jika kita terus berusah-" "Bukan cuma soal anak, tapi semuanya. Kamu tidak sesuai bayanganku, ternyata kamu bukan istri yang aku impikan selama ini." Deg! Sakit, Rahel merasa hatinya sangat sakit mendengar ucapan dari orang yang paling dicintainya itu. Segampang itukah lelaki ini menghancurkan perasaannya. "Lagian kamu tidak usah sok menjadi yang paling tersakiti, toh selama setahun ini hubungan kita seperti orang asing, aku yakin kamu juga sudah tidak punya perasaan romantis sedikitpun padaku, mungkin yang tersisa padamu hanya rasa tidak terima akibat merasa dikhianati." Leo menyibak selimutnya, dengan tenang berjalan menuju nakas dan membuka salah satu laci, bola mata Rahel membulat sempurna saat yang melihat yang diambil suaminya adalah alat kontrasepsi. "Aku masih mau melanjutkan kegiatanku, kalau kamu masih mau disini terserah." Rahel tercengang setengah mati dengan apa yang dilakukan suaminya itu, sungguh ia benar-benar marah, jijik, dan muak sekarang. Ia mengepalkan tangannya kuat, meludah di tempat. "Aku akan menceraikanmu!" Leo meliriknya sekilas, tak lama membuang muka tenang. "Hm, terserah." Dan selanjutnya ia berlari keluar dari kamar yang paling menjijikkan baginya itu. *** Cerai. Mereka berdua resmi bercerai setelah beberapa putusan sidang pengadilan ditetapkan, Rahel menatap amplop coklat di tangannya, hanya bisa menangis dalam diam mengamati surat cerainya. Bahkan sampai akhirpun lelaki itu tidak datang tanpa rasa bersalah, ia mengusap cepat air matanya, berusaha menguatkan tekad. "Untuk apa aku menangisi lelaki b******n seperti itu, hidupku terlalu berharga untuk hal seperti itu." Gumamnya mendesis tajam, sorot matanya berusaha ia perkuat menahan agar rasa lemah dalam tubuhnya kalah. Ia melangkah pergi dari tempat itu. Sekarang ia benar-benar sendirian, ah .. mungkin setidaknya masih ada satu orang yang menemaninya. Ia akan pergi kesana. *** "Astaga Hel kamu kenapa?!" Amira teman Rahel nampak panik melihat sahabatnya itu berdiri di depan apartemennya dengan wajah pucat pasi, dengan cepat ia menarik tangan Rahel dan membawanya masuk. "Kamu kenapa? Eh hey kamu menangis?!" Paniknya makin cemas. Rahel yang tadi berkata ingin kuat nyatanya hanya bualan saja, begitu bertemu sahabatnya pertahanannya seketika runtuh. Ia menangis kencang dan terisak-isak di pelukan sahabatnya itu, tentu saja Amira makin dibuat kelimpungan. "Ssssshhh tenang Hel, coba cerita pelan-pelan." Bisik Amira tak bisa menahan kecemasannya. Rahel makin terisak-isak, akhirnya ceritapun mengalir meski beberapa kali tersendat-sendat akibat suaranya beradu dengan tangis, dan begitu mendengar semuanya Amira langsung sangat murka, ia adalah teman kuliah Rahel sekaligus Leo tentu saja saat mendengar cerita ini ia begitu syok. "Dasar lelaki b******n! Awas saja aku akan memberi dia pelajaran!" Rahel langsung menahan tangan sahabatnya saat Amira hendak beranjak pergi, tentu saja Amira akan meronta sesaat sebelum sebuah kalimat singkat dilontarkannya. "Tidak perlu membalasnya sekarang, karena aku akan membalasnya ribuan kali lipat nanti." Keduanya pun langsung saling bertukar tatapan dengan penuh arti. *** 5 tahun kemudian. "Selamat siang Bu." "Siang Bu." "Selamat siang Bu Rahel." Sapaan hormat yang selalu ia dapatkan setiap hari itu hanya dibalas anggukan singkat oleh wanita yang sedang berjalan diikuti beberapa kolega bisnisnya, wanita berjas dengan pin emas di dadanya itu menunjukkan posisi jabatannya yang tinggi di perusahaan itu. Rahel Maharani telah berubah menjadi seorang investor sukses dengan kekayaan melebihi 20 juta dolar, sekaligus ia menjadi salah satu jajaran investor termuda paling kaya. Ting! Suara dentingan lift menyentaknya, dengan anggun dan tenang ia berjalan masuk terlebih dahulu baru setelahnya orang-orang yang membuntutinya baru berani masuk, hal ini sudah menunjukkan betapa berkuasanya ia di tempat ini. "Untuk rapat—" "Hari ini aku sedang badmood jadi rapatnya diganti besok saja." Potongnya enteng tanpa menunggu jawaban lawan bicaranya. Tentu saja para rekan bisnisnya tersentak semua. "T-tapi jadwalnya-" "Anton kamu atur ulang jadwal, aku ada urusan habis ini." Ting! Tanpa salam apapun ia beranjak keluar dari lift dan berjalan pergi, tentu saja semua rekan bisnisnya tadi langsung meracau kesal, Rahel sih tak terlalu peduli karena itu semua akan diurus oleh sekretarisnya, ia memang selalu sewenang-wenang seperti biasa. Sepanjang jalan semua tatapan pasti akan selalu tertuju padanya, perubahan pada dirinya memang bisa dibilang sangat besar. Menghabiskan banyak uang ia berhasil membuat wajah dan tubuhnya semakin indah bahkan tak mungkin lelaki tidak melihatnya dua kali jika bertemu dirinya. Rahel melepas kacamata hitamnya, menyipitkan mata menatap langit yang sedikit silau. "Sepertinya hari ini aku ingin bersenang-senang." Gumamnya dengan seringaian ringan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook