3. Wawancara

1601 Words
Keyshia menutup dokumen yang berisi pertanyaan wawancara yang akan dia tanyakan pada seorang produser sekaligus komposer dari Hebe Entertainment. Keyshia tidak pernah sebelumnya pergi ke sana karena bukan bagiannya untuk mewawancarai orang yang pintar dalam dunia musik. Dia tidak punya banyak pengetahuan tentang dunia musik. Wawancara kali ini membuat Keyshia merasa gugup karena hanya dia sendiri saja yang akan melakukannya. Keyshia menatap pantulan dirinya di cermin. Setelah merasa bahwa ia sudah sangat rapi, Keyshia mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja. Keyshia kemudian keluar dari apartemen kecil yang sudah tiga tahun dia tempati. Tempat ini sudah sangat nyaman baginya, senyaman kampung halamannya. Keluar dari apartemennya, Keyshia lantas pergi menuju ke pemberhentian bus. Bus yang ditunggunya langsung datang mana kala dia sampai di sana. Keyshia pun masuk ke dalam bus yang akan membawanya menuju pemberhentian bus yang dekat dengan gedung Hebe entertainment. Selama perjalanan, Keyshia mencoba untuk kembali mempelajari materi wawancara yang akan dia lakukan. Terlihat Keyshia yang sangat serius sekali dalam mempelajari materi wawancaranya kali ini, hingga dia tidak sadar sudah sampai di pemberhentian bus yang dia tuju. Udara panas langsung menyambutnya saat ia keluar dari bus. Terik matahari terasa menyengat membuat Keyshia buru-buru berjalan menuju gedung Hebe Entertainment yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari pemberhentian bus. Sebelum tiba di pintu masuk, Keyshia merapikan anak rambutnya yang keluar dari jalur. Merasa sudah lebih baik, Keyshia kembali melanjutkan perjalanannya. Tiba di gedung Hebe Entertainment, seorang security menahan langkah Keyshia. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya security tersebut. "Saya memiliki jadwal untuk mewawancarai Mr. O'neil." Keyshia memperlihatkan tanda pengenalnya dari majalan The Rain. "Anda langsung bertanya saja pada resepsionis yang duduk di sana," tunjuk security itu pada bagian resepsionis yang terletak cukup jauh dari tempat mereka sekarang berdiri. “Terima kasih.” Keyshia kembali melanjutkan perjalanannya menuju resepsionis.. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu. "Saya dari majalah The Rain dan memiliki jadwal wawancara bersama Mr. O’neil." Resepsionis itu jelas mengamatinya, Keyshia tahu itu. Bibir resepsionis itu tersungging ke atas. "Tunggu sebentar, saya harus mengkonfirmasinya pada Pak Ashton.” Resepsionis tersebut mengangkat gagang telepon. Bicara dengan cepat lalu menutup telepon tersebut dengan cepat juga. “Pak Ashton menunggu anda di lantai tiga. Anda hanya perlu menaiki lift C dan selanjutnya akan ada orang yang akan mengantar Anda keruangan Pak Ashton.” “Terima kasih.” Keyshia tersenyum lebar. Dia pun pergi dari hadapan resepsionis yang sepertinya tak menyukainya. Sepanjang jalan menuju lift, Keyshia memperhatikan pekerja dari Hebe Entertainment yang terlihat begitu modisnya. Mereka terlihat sangat enjoy dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Di dalam lift, Keyshia seperti di tawanan di tengah-tengah angsa yang putih, sedangkan dirinya hanyalah bebek buruk rupa. Keyshia meringis memikirkan jika dia hanyalah bebek buruk rupa. Sosok wanita bagai model menghampiri Keyshia saat dia baru saja keluar dari lift. Di lantai tiga ini juga tak ubahnya seperti sarang wanita cantik. "Majalah The Rain?" tanya gadis itu dengan memperlihatkan senyum manisnya menyapa Keyshia. “Benar, saya Keyshia Miller dari majalah The Rain.” “Baik Nona Miller, mari ikuti saya karena Pak Ashton sudah menunggu Anda.” Keyshia mengikuti gadis itu sampai ke ujung ruangan di mana di sana terdapat sebuah pintu di sebelah kirinya. Keyhsia masuk dengan ragu apalagi saat mendapati sosok yang akan diwawancarai. Sosok itu Ashton O’neil, dia tampak jauh berbeda dari apa yang Keyshia harapkan. Pakaian serba hitam dan rambut berantakan yang cukup panjang itu membuat dia terlihat jauh berbahaya dari apa yang dia lihat di internet. Tanpa sadar, Keyshia meneguk ludahnya. "Duduklah." tunjuk Ashton pada kursi di depan mejanya itu. Keyshia mengangguk canggung. Dia terlihat sangat gugup dan kegugupan ini membuatnya ingin menghilang saja dari tempat ini. "S-saya Keyshia Miller yang akan menggantikan Gabriela untuk melakukan wawancara dengan Anda," ucap Keyshia memperkenalkan dirinya pada sosok Ashton yang tampak menatapnya dengan intens. Keyshia menggigit bibirnya. Ia gugup jika harus berada berdua di ruangan tertutup seperti ini walaupun di sisi pintu tadi terdapat kaca yang membuat siapa saja bisa melihat mereka. "Ada apa dengan Gabriela?" pertanyaan Ashton membuat gerakan Keyshia mengambil alat perekamnya terhenti. Keyshia mengangkat pandangannya lalu berucap, "Dia harus pergi ke dokter karena dia mengalami diare." "Aku turut berduka dengan hal itu," balas Ashton dengan cepat. Keyshia tersenyum sekilas lalu buru-buru mencari daftar pertanyaan yang sudah dia simpan di dalam ponselnya. "Saya akan memulai wawancara kali ini," ucap Keyshia. "Silahkan." "Ashton O'neil, Di usia semuda ini, Anda sudah menjadi produser sekaligus komposer terkenal di dunia. Apa Anda pernah menyangka akan berada di titik ini?” Ashton terkekeh. "Benarkah? Aku sudah meninjak 26 tahun dan kamu masih anggapnya muda?" Keyshia mengangkat kepalanya. Dia mengangguk. "Ya! Itu jelas masih sangat muda untuk meraih kesuksesan ini, bukan?” "Lalu berapa usiamu? Bahkan kamu tampak jauh lebih muda dari usiamu yang mungkin 20 tahun lebih itu," komentar Ashton membuat pipi Keyshia memerah. "Saya sudah 24 tahun." "Usia yang cukup matang dan kamu terlihat jauh lebih muda dari usiamu." Keyshia hanya mengangguk lalu dia kembali mengalihkan perhatiannya dari daftar pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu. Akhirnya Keyshia mulai mewawancarai Ashton. Pertanyaan demi pertanyaan Keyshia lontarkan yang di jawab dengan mudah oleh sang produser yang mungkin tak lama akan menggantikan ayahnya menjadi seorang CEO di Hebe Entertainment ini. Hingga sebuah pertanyaan yang jelas keluar dari jalurnya membuat Keyshia terdiam. Namun saat ia melirik Ashton yang memandangnya dengan penuh minat membuat Keyshia dengan suara gugupnya berucap, "Banyak orang yang mengenal Anda semenjak Anda berhubungan dengan Sheena. Apakah Anda sengaja mendekati Sheena agar nama Anda semakin terkenal?" "Tidak,” jawab Ashton singkat. Tapi tidak bisa dipungkiri memang, berita tentang Sheena yang berpacaran dengan Ashton membuat orang-orang jadi tahu musik yang dibuat oleh Ashton. "Anda tidak ingin berkomentar lebih tentang hubungan yang Anda lakukan dengan Sheena? Apalagi ada isu bahwa anda hampir bertunangan dengan Sheena. Tapi, pertunangan itu kandas karena Anda lebih memilih bermain-main dengan wanita lain?" Ashton bertopang dagu dia tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu. "Apa kamu tahu, setiap hubungan itu selalu akan ada perpisahan," ucap Ashton. Ashton tahu bahwa semua pertanyaan ini bisa saja dia tak menjawabnya karena wawancara ini sudah mengungkit masalah pribadinya yang tak ada sangkut pautnya dengan pekerjaannya. "Saya tahu….” “Kami putus hampir satu tahun yang lalu dan sejak saat aku putus hingga saat ini, aku tidak berkencan dengan siapa pun itu.” “Apa Anda sekarang lelah dengan percintaan?” tanya Keyshia. Jika Ashton membatalkan pertunangannya karena gadis lain, seharusnya akan ada gadis yang mengaku sebagai kekasih dari Ashton. “Ya, bisa dibilang aku sudah lelah.” “Apa ini ada hubungannya dengan pembatalan pertunangan Anda dengan Sheena?” “Ya, bisa dibilang seperti itu. Tidak semua orang siap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, bukan?” “Seharusnya dari awal Anda tidak usah menawarkan pertunangan jika pada akhirnya dibatalkan.” “Tidak ada yang bisa menahan keinginanku, Nona Keyshia. Jika aku tidak suka, kenapa aku harus melanjutkannya?” “Apa Anda tidak takut dengan karma? Bagaimana jika kelak Anda ditinggalkan saat di pelaminan?" Keyshia dengan lancarnya mempertanyakan itu, padahal tadi ia sangat gugup. "Bagaimana jika wanita yang akan meninggalkanku itu adalah kamu, Nona Keyshia? Apakah kamu akan meninggalkanku hanya karena ingin membuatku merasakan karma itu?" Keyshia terdiam untuk beberapa saat sebelum tertawa kecil, "Itu adalah hal yang bodoh, " cicitnya "Karma itu tidak ada. Datang dan pergi, bukankah siklusnya selalu seperti itu?” tanya Ashton yang kali ini dijawab anggukan Keyshia. "Tapi, apa Anda tidak berminat untuk mencintai seseorang dengan sepenuh hati dan menghabiskan waktu bersamanya hingga maut memisahkan?" tanya Keyshia ragu-ragu. "Tidak," jawab Ashton tanpa ragu. “Dulu mungkin iya, tapi sekarang sepertinya tidak karena aku sudah muak dengan kisah percintaan.” “Bukankah Anda seorang playboy?” Saat itu juga Ashton tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Keyshia yang mengatakan dirinya adalah seorang playboy. “Apa kamu tidak percaya jika aku sudah muak dengan gadis-gadis manja yang hanya bisa merengek itu?” “Saya tidak tahu karena kita baru saja bertemu.” Ashton tersenyum. “Jawaban yang pintar.” Keyshia berdaham. "Itu pertanyaan terakhir,” ucap Keyshia kemudian. “Tolong hapus bagian permasalahan pribadiku tadi. Kamu mengerti maksudku bukan?” kata Ashton dengan serius, terdengar sangat berbeda dengan sosoknya yang beberapa saat lalu tertawa. Bahkan sorot matanya juga tidak kalah serius. “Jika Anda ingin bagian itu dihapus, kenapa Anda menjawab semua pertanyaan itu?” Ini jelas membingungkan Keyshia. “Karena aku ingin.” Ashton tersenyum penuh maksud. Tanpa ditanya dua kali, Keyshia mengangguk mengerti. “Anda tidak usah khawatir.” Keyshia berdiri yang diikuti Ashton. "Terima kasih atas waktu yang Anda berikan Mr. O'neil." Keyshia mengulurkan tangan mungilnya yang di sambut dengan hangat. "Ashton," tegas Ashton mengingatkan Keyshia siapa dirinya. "Mr. Ashton," ulang Keyshai. "Senang bertemu denganmu," kata Ashton kemudin "Saya juga merasa senang karena bisa bertemu dengan Mr. Ashton." Keyshia undur diri dari hadapan Ashton. Dia keluar dari ruangan itu, sejenak dia melirik lelaki itu yang kembali berkutat dengan komputernya. Bukankah lelaki itu gambaran sosok yang sempurna bagi wanita yang melihatnya. Tubuh atletis, rambut hitam legam, senyum dan pandangan yang menawan. Mereka akan merasa beruntung bisa berpandangan dengan sosok seperti Ashton, namun mengingat daftar riwayat wanita-wanita yang pernah bersamanya, nyali kalian untuk mendekatinya pasti akan luntur apalagi semua wanita yang di dekatinya selain cantik dan kaya, mereka itu pintar. Tapi, tak ada wanita yang hampir dibawa ke jenjang yang lebih serius. Hanya Sheena yang bisa melakukan itu, dan sayang sekali nasibnya tragis karena acara itu dibatalkan mendekati hari H. Kejadian itu sudah hampir satu tahun berlalu dan Keyshia sendiri tak mengerti kenapa baru sekarang Sheena ingin balas dendam pada Ashton. Apa yang terjadi di antara dua orang itu sebenarnya? Jika media tahu, hal ini pasti akan menjadi berita yang sangat bagus sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD