Part 1
"RE! AYO BANGUN! HARI INI KAN HARI PERTAMA KAMU KERJA! KAMU MAU TELAT HAH?!"
Gadis 23 tahun itu masih mendengkur nyaman tidak mengindahkan sama sekali teriakan mamanya, dia memang begadang semalaman hanya untuk mencari outfit yang cocok untuk ia pakai di hari pertamanya bekerja. Setelah kurang lebih satu tahun menganggur setelah kelulusannya Tere akhirnya di terima di salah satu perusahaan Entertainment yang cukup besar, Tere diterima di bagian Digital Content,
Tugas dari divisi Digital Content adalah mengedit seluruh hasil
dokumentasi dari tim Foto & Video sebagai materi konten sesuai brief dari
tim Marketing Communication.
Tere tau dirinya akan menjadi sangat sibuk karena jabatannya yang mengharuskan dirinya untuk mengedit video para Aktris dan aktor yang ada di perusahaan itu. Tapi sungguh Tere bersyukur bisa di terima di perusahaan itu karena edit mengedit itu memang hobinya, dan bisa dibilang Tere memang cukup handal di bidang ini.
Cklekk
Amara, mama Tere berdecak tidak habis pikir melihat kelakuan putrinya yang ternyata masih tidur sedangkan dirinya sudah teriak-teriak dari tadi. Amara berjalan mendekati Tere kemudian mengguncang lengan gadis itu agar cepat terbangun.
"TERESA BANGUN!"
Tere akhirnya menggeliat setelah mendengar suara teriakan mamanya tepat di telinganya.
"Apa sih mah teriak pagi-pagi? Gak baik tau nanti rejekinya jauh" ucap Tere sambil berusaha mendapatkan kesadarannya.
"Jodoh kamu tuh makin jauh! anak perempuan itu harusnya bangun pagi bukan tidur terus kayak kamu!" sungut Amara saat mendengar ucapan putrinya.
"Ini itu hari pertama kamu kerja Tere, kalau kamu telat gimana?"
"Tere pasang alarm mah, alarmnya juga belum bunyi jadi Tere gak akan telat"
"Kamu itu kebiasaan ya, kamu harus belajar bangun pagi dan siap-siap lebih awal Tere, jangan ngandelin alarm aja biasanya"
Jengah mendengar mamanya mengoceh Tere turun dari ranjangnya dan membawa mamanya keluar dari kamarnya. Setelah sampai di luar kamar Tere, Tere tersenyum manis pada Amara sedangkan Amara hanya menatapnya jengah.
"Tere mau siap-siap dulu mah"
"Inget jangan tidur lagi!"
"Iya mama cantik, Tere gak akan tidur lagi kok" ucap Tere sambil tersenyum dan memperlihatkan gigi putihnya kemudian kembali memasuki kamarnya dan menutup pintu. Amara ikut meninggalkan kamar Tere setelah putrinya itu kembali ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap.
Di dalam kamar Tere kembali mendudukkan dirinya di atas ranjang sambil melamun, ia memang suka seperti ini setelah bangun tidur, melamun beberapa menit adalah hal yang sudah menjadi kebiasaan untuk Tere. Setelah beberapa menit berlalu pandangan Tere terarah pada sebuah bingkai foto berukuran sedang yang ada di atas meja nakas nya. Foto itu sudah terpajang dari beberapa tahun lalu disana, foto sepasang remaja yang menggunakan baju couple dengan sang gadis yang memegang balon dan sang pria yang merangkul mesra pundak sang gadis. Senyum kedua remaja itu terlihat sangat sangat tulus dan bahagia, mereka cocok bersama dengan rupa yang sama-sama rupawan.
Tangan Tere terulur untuk mengambil bingkai foto itu dan seperti biasa ia akan mengusapnya, menciumnya, kemudian memeluknya.
"Aku Kangen Ka" ucap Tere lirih sambil memeluk bingkai foto itu.
Air matanya seperti tidak bisa keluar lagi, yang ada hanya rasa sesak yang menyeruak di hatinya, bagi Tere kesedihan dan rasa sakit akibat kehilangan itu sudah tidak bisa ia luapkan dengan tangisan. "Gak terasa udah 5 tahun berlalu tapi aku masih belum bisa lupain kamu Ka" lanjut Tere kini menatap foto itu sendu.
"Andai aku gak maksa kamu hari itu mungkin kamu masih ada disini" Sambil tersenyum kecil Tere mengusap wajah pria yang ada di foto itu.
Setelah cukup lama tenggelam dalam rasa sedihnya akhirnya Tere memutuskan untuk mengembalikan bingkai foto itu ke tempatnya semula dan mulai beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
"Mama Tere pamit ya?" Tere menyalimi tangan Amara dan di sambut oleh mamanya itu.
"Hmm, kamu hati-hati, jangan ngebut-ngebut bawa motornya" peringat Amara karena ia tau bahwa Tere suka berlaga seperti Rossi jika sedang mengendarai motornya.
"Siap mamaa" ucap Tere lantang sambil terlaga seperti seseorang yang sedang hormat.
"Sana pergi nanti kamu telat"
"Iya ma, Tere berangkat ya?"
"Hmm"
Tere keluar dari rumah dan kemudian mengambil motor Vespa metiknya di garasi kemudian pergi meninggalkan rumah, Amara yang memang mengantar Tere keluar menatap kepergian putrinya itu sambil menghela nafas. Akhirnya Tere bisa kembali ceria lagi setelah sekian lama, sejak hari kelulusannya yang bertepatan dengan hari meninggalnya seseorang yang berharga bagi putrinya itu ia seakan berubah. Amara bahkan merasa seperti kehilangan sosok putrinya 5 tahun belakangan, Tere sungguh terpuruk selama itu dan ia hanya bisa melihat dan menemani putrinya.
Sungguh Amara bersyukur Terenya bisa kembali lagi meski ia tau Tere tidak akan bisa kehilangan luka dari masa lalu itu. Amara dan Adnan papa Tere sudah berusaha agar Tere bisa melupakan kejadian di masa lalu itu tapi mereka tau itu sulit bahkan mustahil.
Dan tentang papa Tere, ia adalah seorang pengacara terkenal yang bekerja di salah satu firma hukum terbesar di kota mereka. Adnan berangkat pagi-pagi sekali untuk menemui kliennya yang katanya cukup merepotkan dan kasusnya pun cukup rumit.
Setelah melihat Tere sudah menghilang di balik pintu pagar Amara kemudian masuk ke dalam rumah untuk beres-beres.
DM Entertainment adalah perusahaan yang kini di tempati Tere bekerja, Tere menatap gedung pencakar langit itu dengan penuh kekaguman, sungguh ia tidak menyangka akan di terima di salah satu perusahaan Entertainment besar itu. Tere melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung itu dan mulai menyapa satu persatu orang yang di temuinya.
Tere memencet lift lantai 7 karena Divisi nya ada di lantai itu.
"Permisi" Sapa Tere pada orang-orang yang sedang berhadapan dengan komputer mereka masing-masing disana.
Seketika semua pandangan mengarah pada Tere yang tadi menyapa, salah satu dari mereka berdiri ketika melihat sosok Tere disana, ia berjalan mendekati Tere kemudian bersuara.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Emm saya Teresa Elora, karyawan baru di divisi ini" ucap Tere memperkenalkan dirinya dengan sopan.
"Ohh kamu karyawan baru itu? perkenalkan saya Ambar, saya ketua divisi Digital Content, ohiya kamu bisa panggil saya Mba Ambar, orang-orang disini memanggil saya begitu" ucap Ambar seorang wanita berusia 29 tahun yang memang menjadi ketua divisi tempat Tere di tempatkan itu.
"Iya Mba saya mengerti"
"Kamu duduk disana" ucap Ambar sambil menunjuk sebuah bilik kosong yang terdapat komputasi disana.
Tere mengangguk kemudian berjalan ke biliknya dan mulai menyusun barangnya, ia memang membawa beberapa barang tadi, rencananya ia akan menambah barangnya tapi nanti.
Saat ini jam makan siang, Tere dan teman-teman divisinya saat ini sedang mengisi perut mereka di kantin perusahaan. Tere sudah berkenalan dengan teman-teman divisinya yang lain, Tere menyukai mereka, mereka orang-orang yang menyenangkan.
"Jadi Re Lo lulusan Castor High School?"
"Hmm"
"Wahh itukan sekolah buat orang-orang berduit dan pinter, kok Lo bisa sekolah disana sih Re?" Tanya seorang gadis seumuran Tere bernama Leona.
"Si dodol, ngapain Lo nanya sih? ya jelaslah karena si Tere kaya dan pinter" celetuk Alma si gadis bermulut pedas.
"Ehh iya iya, kok gue malah nanya ya?" ucap Leona yang lebih suka di panggil Ona sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ona kebiasaan deh lemotnya kambuh" ucap Nakula atau yang kerap di panggil Naku kepada Ona.
"Ehh Re gue denger-denger CHS pernah ada insiden 5 tahun lalu ya? emm kalau gak salah itu angkatan Lo kan?" Tanya Naku yang seketika membuat Tere menegang, ia sungguh tidak suka ada yang mengungkit masalah itu, Tere hanya menggeleng kemudian berdiri dari duduknya.
"Gue ke toilet dulu ya?" ucap Tere kemudian tanpa menunggu respon teman-temannya ia pergi meninggalkan mereka.
Ona, Alma, dan Naku hanya menatap kepergian Tere bingung, mereka bingung dengan respon Tere yang terkesan aneh.
"Si Tere kenapa ya?" tanya Ona penasaran sedangkan Alma dan Naku hanya mengangkat kedua bahu mereka tanda tidak tau.