The Feeling

1033 Words
Cleon pov Sebenarnya aku merasa cukup terkejut dengan tangisan Aleah malam itu. Setelah beberapa hari sikapnya berubah dan mungkin menahan diri, akhirnya bom tangisan itupun meledak juga membuatku akhirnya tahu apa ia rasakan. Baik aku dan Luc ikut merasa sangat sedih, karena saat merasa ia berbeda itu perasaanku terasa aneh seperti ada yang mengganjal. Begitu sulit untuk diungkapkan. Tetapi saat tangisan itu terjadi dan permintaan maaf Aleah yang berulang-ulang, memberikan kesan sakit yang teramat juga sesak. Karena memang begitulah ikatan mate bekerja, kami akan saling merasakan perasaan pasangan. Jujur saja selama ini aku tidak pernah berpikir penting tentang kelemahan atau apapun itu yang membuat Aleah merasa sedih, takut, tidak nyaman dan terbebani itu. Aku sangat percaya bahwa aku sangat bisa untuk menjaganya, melindunginya seumur hidupku. Hari ini terpaksa aku harus pergi meninggalkan Aleah karena pekerjaan, ada rapat rutin yang diadakan di istana. Jadi mau tidak mau aku harus melaksanakan kewajibanku dan meninggalkan Aleah di pack house. "Cleon?" Panggilan itu menyentakku dari lamunan, ternyata Uncle Kelvin memanggilku. "Are you okay?" Aku segera mengangguk membalas pertanyaan tersebut. Seperti aku kurang fokus sekarang. "Setelah ini ayo kita bicara sebentar." Tak lama akhirnya rapat usai, aku dibawa oleh Uncle Kelvin ke ruangan yang biasa dipakai sebagai ruang keluarga. Ternyata disana ada Mommy, Clare dan Aunty-ku yang lain. Aku mengambil duduk didekat Mommy yang kosong. Tepukan dipahaku langsung mendapat, "Bagaimana kabar menantu Mommy? Dia baik-baik saja kan?" "Ya sekarang sepertinya sudah lebih baik." Balasku sambil menghela nafas. "Dia masih merasa sungkan disana, terlalu sering berpikir tidak-tidak tentang dirinya sendiri." Mommy ikut menghela nafas, lalu tangannya bukan lagi menepuk kuat sekarang di berubah menjadi usapan halus dibahu. "Namanya pengantin baru, butuh waktu untuk beradaptasi. Belum lagi kondisinya yang pasti sering membuat dia merasa banyak kekhawatiran dibandingkan kita." "Dia terlalu banyak ketakutan yang tidak perlu. Dia bukan beban untukku, tapi dia selalu berpikir rendah tentang dirinya sendiri." "Maka disitulah kamu harus tahu memposisikan diri. Selama ini kan kamu selalu cuek, selalu memikirkan diri sendiri. Pembelajaran baru sebagai seorang suami, harus punya banyak kemakluman dan pengertian. Apalagi Aleah masih sangat muda, ingatkan apa pesan ayah mertuamu?" "Iya aku ingat Ma." Aku ingat sekali bagaimana Mr. Dakota bilang bahwa Aleah masih terlalu kecil dan belum siap menghadapi riuhnya masalah pernikahan yang pastinya akan terus berdatangan. Saat itu juga aku berjanji bahwa akan bisa membimbing dan melindungi Aleah. Karena kondisi istriku itu banyak sekali kekhawatiran dari Mr. Dakota sampai pria paruh baya itu bilang jika sudah lelah dengan sikap kekanakan Aleah dan muak dengan pernikahan mereka, maka ia harus mengembalikan Aleah dengan baik-baik. Jangankan melepaskan, untuk menyakitinya saja aku tidak sanggup. Tapi bisa dibilang kali ini pun meski aku tidak menyakiti Aleah, aku seakan tidak bisa benar-benar membuat wanita yang kucintai itu merasa bahagia. Aleah jadi berkubang dalam kesedihannya dan pikirannya sendiri. Sedang aku tidak bisa berbuat apapun selain mencoba untuk mengerti dan memberi pemahaman padanya. "Dia jadi sering menangis." "Mungkin Aleah merasa cukup terkejut dengan dunia barunya, lingkungan baru yang jauh dari keluarga dan orang-orang terdekat. Mengingat pertemuan kali sampai menikah juga terbilang cepat itu wajar." Sambut Clare yang dengan santainya memakan camilan. "Aku juga dulu begitu, tapi tentu Aleah tidak akan lebih merasa tertekan dari aku yang setiap hari harus menahan mual melihat orang-orang dirumah meminum darah." "Ah iya apakah Aleah sudah tahu bahwa kita Werewolf?" "Sudah." "Bagaimana reaksinya?" Clare terlihat excited dengan bahasan kali ini. "Ya cukup terkejut lalu setelahnya biasa saja." "Hmm, kalau dihitung-hitung dari sejak awal sudah hampir satu bulan. Tetapi apa Aleah belum ada perubahan apapun?" "Semuanya butuh proses, tidak secepat itu juga. Bahkan ada yang sampai setahun lebih dulu baru memiliki wolf. Tidak perlu khawatirkan tentang itu, Aleah adalah Luna Blackmoon pack tentu ia akan punya serigala juga." Mommy meminum tehnya dengan anggun. "Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana caranya agar Aleah merasa terbiasa." "Aku rasa Aleah butuh liburan, ya kan?" Sepertinya usulan Aunty Flow adalah hal yang bagus. Mungkin dengan liburan Aleah akan bisa mengurangi kesedihan dan pikiran yang membebaninya. Tapi dengan kondisi begitu, pasti akan sulit bagi Aleah untuk liburan. Aleah harus pergi ke tempat yang tidak ada sinar mataharinya agar bisa leluasa. "Itu ide yang bagus sekali Aunty. Ya ampun aku sudah lama sekali tidak Honeymoon dengan suamiku." Clare kembali bicara tidak penting. "Hey jangan berani bicara begitu setelah setahun lalu kamu menitipkan semua anakmu disini karena Honeymoon." "Bilang saja Mommy iri." Aku memutar mataku malas. Lebih baik aku segera pergi dari sini daripada terus mendengarkan obrolan yang semakin tidak penting diantara Mommy dan Clare. Aku melirik jam tanganku, sebentar lagi waktunya makan siang. "Aku harus kembali ke pack house. Sampai jumpa semuanya." Dengan langkah tergesa aku menuju mobil. "Apa kita langsung kembali ke pack house Alpha?" Aku mengangguk dan segera masuk kedalam mobil. Selama perjalanan aku mengecek beberapa pekerjaan kantor. "Alpha, sebelumnya saya mendapatkan laporan bahwa ada gerakan mencurigakan di perbatasan." Aku mengerutkan kening saat mendengar hal itu. Mengingat apa-apa saja yang ada diperbatasan. "Tidak tahu pasti sebenarnya siapa pelakunya, tetapi dibeberapa tempat area hutan depan pack ada bekas kayu bakar dan beberapa lembar kain seperti seseorang sedang berkemah." "Tolong selidiki lebih lanjut, dan laporkan apa saja yang terjadi disana. Kita harus tetap waspada." Perbatasan pack dibatasi oleh hutan dan sungai, tetapi hal itu menjadi cukup janggal disaat ada diarea Werewolf yang punya kediaman. Kemungkinan besar ada penyusup masuk dari Rogue atau bahkan makhluk lain. Meskipun terlihat sepele tapi kami tentu tidak boleh lengah. Perang terjadi dua kali karena dendam yang turun temurun, apapun bisa terjadi. Tidak bisa membiarkan keadaan jadi tida terkendali, tetapi bagaimana bisa aku dan Aleah benar-benar berlibur jika pack sedang keadaan penyelidikan begini? Apa aku harus mengundurkan liburan ini? "Alpha kita sudah sampai." Aku segera keluar dari mobil dan masuk kedalam pack house. "Selamat datang Alpha." Sambut Tom, kepala pelayan di kediaman ini. "Apa Luna ada dikamar?" "Benar Alpha. Sedari tadi Luna terus menangis dan tidak menyuruh kami meninggalkan beliau sendirian." Aku menghela nafas dengan langkah kaki yang bergegas menuju kamar utama. Mungkin tetap pergi liburan adalah pilihan tepat. Disini ada Beta yang bisa diandalkan untuk menjaga pack. Aku bisa mempercayainya disaat aku harus membuat perasaan Aleah kembali lebih baik. Vote and Comment guys!!! TheHalfsoul❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD