bc

Gagal Move On

book_age18+
1.3K
FOLLOW
7.4K
READ
family
goodgirl
brave
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
foodie
virgin
like
intro-logo
Blurb

#officeromance

Kenanga Chrysanti patah hati habis-habisan setelah diselingkuhi oleh tunangannya. Karena itu, dia kemudian memaksa setiap pria yang nekat mendekatinya dengan makan cabe. Bila mereka berhasil, Kenanga yang lebih suka dipanggil Anggie akan membalas perasaan mereka.

Kenanga tahu, semua pria b******k yang tertarik mendekatinya hanya terlena dengan wajah dan tubuhnya saja, karena itu, dia puas menyaksikan para korbannya menderita.

Pertemuan dengan Raihan Rasyid Al Fikram, residen dokter bedah di Rumah Sakit Umum Daerah, telah membuat Kenanga tidak percaya, ada manusia yang siap berjuang demi mendapatkan cintanya. Raihan yang berhasil melewati tantangan dari Kenanga, telah membuka mata wanita itu bahwa ada seseorang yang siap berjuang demi mendapatkan balasan atas perasaannya.

Sayang, Kenanga belum bisa move on dari mantan dan ternyata, Raihan juga demikian. Ketika sang mantan kembali setelah musibah menimpa Kenanga, dapatkah dia melanjutkan hubungan dengan Raihan atau memilih tenggelam dalam bayang-bayang mantan?

chap-preview
Free preview
Satu : Neng Anggie Sang PNS Muda
Kamu belum tentu hebat jika belum membuat wanita yang kamu sukai jatuh cinta kepada kamu. -Raihan #calonpujangga Elo sudah pasti hebat, kalau bapak gue bilang "saya nikahkan dan kawinkan kamu dengan Kenanga Chrysanti binti Abdullah." -Kenanga #calonbinipangeranArab *** "Hidup itu nggak usah kaku, santai aja, beib." Itu adalah petuah antik yang akan selalu kamu dengar dari mulut cewek cantik berbodi aduhai, dengan rambut pendek ala-ala polwan yang sedang duduk memelototi deretan angka barisan excel dari layar monitor yang hanya berjarak kurang dari sepuluh senti dari pangkal hidung mancungnya yang bikin kebanyakan cewek iri dan berniat menabung agar bisa oplas ke korea selain bertemu dengan oppa-oppa ganteng disana. Ya kali oppa ganteng, kalo oma baru cantik. "Udah dibilangin juga, tinggal di jum aja itu pake kursor nggak usah segitunya idung nempel." Jum=zoom menurut kamus perbendaharaan kata Neng Esih yang paling bohay sekecamatan. "Heheh, kebiasaan nih." Lalu gadis itu memilih memundurkan tubuhnya sebentar dan kembali menatap layar komputernya dengan tampang bingung. "Mbak Esih, Anggie gak ngerti deh, suweer tekewer ewer, deh. Tadi kata pak Moko disuruh bikin surat tugas sama rincian biaya perjalanan. Eh pas gue klik layarnya jadi begini." Esih geleng-geleng kepala. "Ini nih, cantik-cantik kaga bisa ngetik. Maen sama kebo terus sih lu." Walaupun di sindir main sama kebo, ia tidak marah. Toh, memang itulah pekerjaannya. Tapi tak urung Esih mendekat, dan membantu Kenanga dengan memeriksa pekerjaan gadis itu. "Surat tugas ada di folder ini." Katanya sambil mengklik satu folder di komputer,  "Tinggal ganti aja sama nama lu, sama kegiatannya apa." "Mbak Esih, tolongin Anggie, dong. Ntar kalo mbak Esih mau mangga yang di belakang, Anggie naek dah, metik satu dua biji." Mendengar kata mangga, Esih langsung luluh. "Kalo gua nggak hamil aja, mana mau lu manjat tu pohon." Yang di omongin hanya tersenyum. Namanya Kenanga, tapi lebih suka menyebut dirinya Anggie, adalah seorang pegawai negeri di dinas pertanian, namun lebih sering berkutat di bagian penyuluhan hewan yang artinya dia selalu berada di lapangan dari pada di balik meja seperti hari ini. Dia harus bertugas ke luar daerah selama tiga hari, karena itu Kenanga diminta menyiapkan surat tugas dan rincian biaya perjalanan untuk segera ditandatangani pimpinannya. Sayangnya, kemampuan duduk di depan komputer menyusut drastis sejak dia lebih memilih sibuk di lapangan, membantu para peternak meningkatkan kualitas hewan ternak mereka  dari pada memilih pekerjaan santai seperti yang dilakukan seniornya Esih. Kenanga baru berusia dua puluh lima tahun. Ia menjadi PNS saat usianya dua puluh tiga tahun, satu bulan setelah wisuda kelulusannya yang ngaret satu tahun karena  patah hati ditinggal sang mantan pacar. Satu tahun penuh drama hingga akhirnya dia move on dan memutuskan segala sesuatu dengan kata bijak " hidup itu nggak usah kaku" kepada semua orang galau yang bisa ia temui. Padahal move on sebenarnya adalah karena melihat abang-abang seniornya yang kece dan sudah berseragam PDH press body yang mampir ke kantor dekanat hanya untuk legalisir ijazah buat keperluan kantor. Hah! Abang-abang ganteng itu ternyata punya kantor, dan tidak butuh waktu lama buat Anggie mengetahui informasi dimana abang-abang itu bekerja, cukup lihat saja badge bordiran di sisi kiri baju PDH mereka, dan sejak itu, ia memutuskan mengejar abang-abang itu sampai ke kolong meja kantor mereka. Asal jangan kolong wewe aja ya, Nggie. Jadilah Anggie belajar mati-matian demi lulus tes yang sekalinya membuka lowongan, membuat kantor pos penuh, tukang materai laris, bahkan agen buku "sukses lulus PNS" semua laris. Bahkan gosip bocoran soal pun laris. Entah soal apa yang dijual oleh pedagang, yang penting ada embel-embel "PNS" langsung diserbu oleh para pelamar kerja itu. Kalau Anggie, dia tidak sombong, tapi songong, karena jumawa mengaku akan lulus tes tanpa sogok, maka ia menghabiskan waktunya untuk belajar khusus materi yang akan masuk ujian, termasuk les privat dengan guru matematika. Ya, matematika. Survey kecil-kecilan yang dilakukan Anggie saat hunting soal ujian, kebanyakan peserta gugur di soal matematika. Kenapa begitu? Matematika susah boook. Dan kebanyakan pelamar akan melewati pertanyaan tentang matematika dan memilih soal lain. Padahal mereka tidak paham strategi, bahwa semakin dikit orang yang mengerjakan matematika, maka kesempatan mereka untuk lulus semakin besar. Why? Karena tidak semua orang akan mengerjakan soal matematika, jadi yang bisa menyelesaikan soal matematika dengan benar, ditambah juga mengerjakan soal lain, memiliki kesempatan lulus lebih besar daripada yang lain. Bingung?  Mbuh lah. Sayang, saat Kenanga lulus tes CPNS, dan ditempatkan di tempat yang sama dengan rombongan abang-abang itu, rupanya mereka semua bukan bekerja di bagian kantor, semua anak lapangan. Tak heran body abang-abang itu menggetarkan sesuatu didalam tempat rahasia para cewek, karena mereka bergerak, bukan duduk di balik meja, yang pastinya semakin lama membuat perut semakin lebar. Jadilah Kenanga memohon kepada pimpinannya untuk dapat ditugaskan bareng abang-abang ganteng, dan untunglah dia berhasil. Tidak butuh waktu lama untuk kenal dengan bang Edo, bang Maiza, Mas Koko, serta uda Hassan yang guanteng, bikin mata Anggie berbinar-binar saat DL bareng. Walau DL nya cuma pakai motor negara menuju kampung-kampung yang daerah peternakannya perlu mendapatkan penyuluhan, tapi Anggie senang bukan kepalang, apalagi setelahnya Anggie selalu kecipratan rejeki berupa semangkok bakso, semangkok soto atau sepiring gado-gado bareng abang-abangnya, pokoknya girang dah. "Noh, beres dek. Sekarang ambilin mangga gua." Kata Esih saat selesai mencetak lembaran surat tugas dan rincian biaya perjalanan untuk Anggie. "Oke, mbak Esih Sukaesih, Anggie ambil sendal jepit dulu." Untunglah sedang waktu istirahat, sehingga tidak terlalu banyak tamu dan tidak ada orang jahil yang akan mengitip nona pegawai berbaju PDH dengan rok selutut itu naik pohon mangga. Ya, naik pohon mangga. Entah dulu mak si Anggie ini ngidam apa, karena di kantor dinas pertanian ini, naluri hobi memanjatnya makin menjadi. Siapa suruh kerja di kantor yang memang jadi  base camp para buah untuk berkembang biak dengan baik? Kan rugi kalau buahnya tidak dimanfaatkan dengan cara diolah sedemikian rupa oleh tangan dek Anggie dan mbak Esih? Siapa yang sanggup menolak godaan mangga dicocol sambal rujak? "Mbaak, liatin dari bawah, celana dalem gue keliatan nggak?" Teriak gadis itu dari atas pohon mangga, dimana dibawahnya sudah berdiri Esih dengan memegang sebuah ember plastik berwarna hitam. "Kagak! Lah, emang lu kaga make daleman dek?" "Nggak, gue lupa tadi." Balas Anggie santai. "Buset dah, Nggie, hawanya sampe ke bawah." "Mbak Esih, jahil ih. Kagak Anggie ambilin loh." Esih langsung menggelengkan kepalanya. "Eeh, jangan dong, Nggie. Ambilin satu dong. Kasian ponakan lu ngiler." Esih memohon. Disertai cekikikan tawa dari bibir Anggie. "Udah ni, mbak. Udah dapet yang paling ranum, eeh.. mbak, ada ular..iiiiih, Anggie takut, mbaak." Tiba-tiba saja seekor ular pohon berwarna hijau muncul dari balik dedaunan, mengejutkan Anggie yang sedang memegang buah mangga dengan tangannya, akibatnya, keseimbangannya goyah, dan ia langsung jatuh. "Anggie..ya ampuun." Seru Esih panik saat tubuh Anggie sudah mendarat dengan tidak indah dibawah pohon mangga. "Kagak apa-apa, kan?" Katanya saat mendekat, Anggie menggeleng, namun mata Esih menemukan jejak darah disepanjang pergelangan tangan gadis itu, saat Anggie sadar bahwa tubuhnya terasa tidak beres, ia memukan sebuah ranting berukuran cukup besar tertancap di antara lengan dan dadanya. "Aduuuh..emak, Anggie luka." Pekiknya panik. "Mbak Esih, gimana ini?" Kata Anggie sudah mulai menangis. "Sakit, dek?" " Sakit banget kakaaaaak. Kok pake nanya?" Teriaknya. Esih yang ikut panik karena darah semakin banyak berceceran masuk ke ruang kantor mencari siapa saja yang bisa dimintai tolong. Edo, senior Anggie yang kebetulan masuk kantor saat itu langsung ditarik Esih menuju halaman belakang kantor. "Mbak Esih, kenapa sih? Pelan-pelan, mbak. Inget perut." Kata Edo kebingungan menyamai langkah Esih yang panik menariknya dengan cepat. "Ini darurat, Do. Elu tolongin Anggie dah, mbak nggak kuat liat darah." "Anggie kenapa?" Tanya Edo panik. "Kepeleset dari pohon mangga, darah semua. Dah..udah, elu liat sendiri." Tak lama mereka sampai ke belakang, dan menemukan Anggie sudah bangkit sambil tertatih tatih dan memegangi bahunya yang masih tertancap ranting. "Ya Allah, ini bocah kenapa begini?" Kata Edo cemas seraya mendekati Anggie yang sudah menoleh padanya. "Abaaang, meletus balon adeeek." "Ampun dah ah, ini anak. Sempet-sempetnya ngocol deh, Nggie." Esih geleng-geleng kepala saat ia menuntun Anggie dan membawanya menuju bangku kayu yang berada di belakang kantor mereka, sementara Edo mencoba membersihkan darah yang menetes dari lengan Anggie menggunakan tissue yang sempat ia ambil dari salah satu ruangan kantor. "Ini darahnya nggak berhenti, nih. Bahaya. Abang nggak berani nyabut rantingnya, lumayan gede. Kita ke rumah sakit aja ya, Nggie." Saran Edo yang langsung dibalas dengan gelengan oleh Anggie. "Nggak, bang. Anggie takut disuntik." Esih memonyongkan bibirnya. "Elu nyuntik kebo tiap hari kaga ada takut-takutnya." Anggie menatap Esih garang. "Itu laeeen mbak Esih Sukaesih Harum Mewangi.. kebo emang kudu disuntik.. lah dosa Anggie apa coba, harus disuntik?" Esih garuk-garuk kepala. "Udah, Do. Elu anter Anggie ke rumah sakit, dah. Pusing gua. Sakit begini aja mulutnya nyerocos panjang kayak rel kereta, apalagi sehat." "Nggak mau, mbak. Anggie takut." "Hush, kalo takut, elu peluk aja si Edo. Gigit tangannya kalo perlu." "Mbak Esih, gue denger lo ngomong apa." Kat Edo yang baru saja hendak keluar memanaskan mobil agar bisa membawa Anggie ke rumah sakit. "Tau nih, mbak Esih. Dikiranya Anggie vampire kali." "Udah...udah sana, ah. Do, tolongin nih, Bawa Anggie ke rumah sakit. Mbak nggak ikut, masih banyak kerjaan. Elu bisa, kan?" Tanya Esih, yang langsung dibalas anggukan oleh Edo. "Iya, nggak apa-apa, mbak. Ayo Nggie, kita kerumah sakit." Kata Edo bersiap membantu Anggie berdiri, namun gadis itu menahan tangan Edo. "Bentar, bang. Anggie selfie dulu." "Buseeeeet dah nih anak, sarap!" Gerutu Esih lagi.  AnggieBarbieIsMe: Tangan boleh berdarah, tapi hati jangan #luka #darah #sakit

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

MOVE ON

read
95.1K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.8K
bc

Switch Love

read
112.5K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.1K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook