"They say that Im the sickboy and they call me the sickboy."
- Abas F.A, The little Sickboy.
"I f**k a b***h, I forgot her name. Gucci Gucci gang."
- Jayson X.W, Who the richest guy.
"Whenever you ready, can we surrender? I surrender."
- Nael O.Z, Some of the softboy.
"Im a savage. Classy, bougie, rachet, Sassy, moody, nasty."
- Edgar A.B, The real fakboy.
"Only a genius could love a woman like she."
- Osman S, The one genius boy.
"Feeling good, like I should. Feeling blessed, never stressed."
- Bram G, He's the goodguy.
==
Sudah sejak satu jam yang lalu setelah acara api unggun diakhiri. Kini hanya tersisa radiasi kehangatan api yang menjalar ke siapapun yang masih berada disekitarnya. Acara perkemahan satu angkatan di Gunung Pencar sudah selesai esok hari. Tentu saja ini malam terakhirnya. Angkatan dua puluh lima, kelas duabelas dari SMAN Paradita, sudah mendapat pelajaran termasuk liburan yang menyenangkan. Walaupun ada sebagian kecil yang enggan ikut serta dan memilih pergi keluar barisan. Itu bukanlah masalah besar.
"Langsung tidur? Halah cupu bener."
Setelahnya terdengar musik Savage Love diputar dari speaker kecil. Lelaki dengan kaos putih oblongnya itu langsung berpindah tempat-- awalnya yang duduk sendirian dipinggir diatas potongan batang pohon--menjadi ditengah-tengah temannya. Lima cowok lainnya menyahut setuju. Tak ada yang ingin tidur, namun bingung ingin melakukan apa. Ditambah lagi, para siswa lain sudah kembali ke tenda masing-masing.
Nama Geng mereka Galantara. Terkesan keren. Namun jika tahu kepanjangannya adalah 'Galau Lantaran Tak diterima' siapa yang akan sangka isinya adalah lelaki sadboy? Jadi, biarlah nama kepanjangan itu hanya mereka yang tahu. Buktinya pertemanan mereka sudah berjalan hampir tiga tahun tanpa ada masalah.
"Bruh, gue bawa mainan!" Cowok yang berkulit paling putih seperti keturunan Korea itu, panggil saja Bram, langsung berlari ke dalam tenda dan keluar dengan suatu benda di tangan kanannya. "Bahaha, Pak Zia gampang banget dikelabui. Padahal sempet curiga sama tas tenteng gue."
"Nah ini namanya Shocking liar lie detector." Lanjutnya lagi sambil mengambil duduk ditempat semula.
"Akhirnya otak lu beguna juga. Gue kira isinya cuman bikini bottom." Sahut Edgar. Ia memajukan badannya sembari menarik jaket denimnya dengan erat karena udara malam makin mendingin.
"Seru? Gass gue," Seru Abas antusias. bahkan ia sudah terpikirkan akan menanyakan apa pada teman-temannya
Cowok dengan atasan piyama dan bawahan celana hitam pendek itu menatap penuh selidik. Namanya Nael. "Yakin nih? Litterally, Me sih gasuka bohong yes, tapi kan lo semua jelmaan jin ifrid. Which is ntar jadi problem." Ujarnya dengan bahasa khas jaksel--inggriss indo di remix kayak es campur. Bikin mumed.
"Bilang ae lo takut. Mana jantan lo? Tunjukkin!" Cowok dengan kaos lengan hitam yang tergulung, Jayson, mencibir Nael membuat cowok itu mencebik kesal.
"Gue ngikut aja." Balas Osman, cowok dengan perawakan Arab dan sering memakai bandana putih di kepalanya itu selalu menjadi penengah. Cowok paling jenius, namun ikut ambyar setelah bertemu mereka. "Nah siapa duluan? Hom pim pa?"
"Eh, liat jir itu anak Primadona lagi nge-vlog malem malem. Paranormal eksperimen yak? Ajakin aja lah, itung-itung menolong dari kerasukan." Tanpa menunggu respon teman-temannya, Bram berlari mendekati para cewek tenar sekolah itu yang sedang berjalan berdempetan diantara pepohonan.
"Permisi tante-tante,"
"Apa lo bilang?! Jangan sekate-kate lo ngomong, liat noh muka lo kayak tepung beras." Bentak Tiara, gadis yang mendapat julukan Queen of ghibah itu menatap tajam Bram.
"Buset, makin pedes aja malem-malem." Bram beringsut mundur. "Gue ngajak perdamaian nih, mau ngikut ga lo maen bareng anak Galantara? Noh ada degem lo si Osman."
"Edgar ada juga?" Serobot Nayla yang langsung dibalas tatapan selidik oleh Bram.
"Pacar lo kan, Nael, ngapa nanyain Edgar?"
"Sensi amat, nanya doang bego!"
"Kok lo ngegas njing?" Seru Bram tidak terima dengan respon Nayla, gadis yang terkenal karena menjadi beauty vlogger.
Nayla mendecih, namun gadis pendek dan terkenal lucu disebelahnya langsung menyahut. "Gue mau ikutaan!" Panggil namanya Airin. Ia juga terkenal pinter tapi dibawah Osman.
"Ga tertarik." Ujar Sasa. Gadis paling dingin dan tomboy diantara yang lainnya. Saking tak minat, ia membalikkan badan. Beruntung Amel langsung menahannya.
"Udah, ikut aja dah. Udah salam perdamaian ini." Kata Amel senang. "Itung-itung gue bawa banyak kaleng minuman, jadi bisa gue jualin ke para bocah itu."
S3 marketing adalah gelar Amel. Sebab dimanapun ia berada, ia akan memanfaatkan situasi untuk meraup keuntungan. Bahkan barang yang dijual selalu pas dengan keadaan. Jadi selalu laris manis. Yah, dia sih naikin harga asli selangit. Untungnya menjadi lima kali lipat dari modal.
"Ladies first, monggo dicoba." Ujar Abas dengan senyum mesem-mesemnya.
"Kok gitu?" Beo Tiara. Namun tangannya sudah ditarik oleh Edgar ke dalam alat pendeteksi kebohongan itu. Kalau tidak jujur, maka konsekuensinya kesetrum.
"Tambahin woy hukumannya!" Jayson berteriak lantang membuat ricuh yang lainnya. "Gue bawa alkohol. Kalo bohong, kesetrum, trus minum segelas." Katanya dengan senyum menyeringai.
"Ih g****k gamau ikutan gue!" Amel yang tadinya semangat langsung menciut. Ia pun bangkit berdiri namun tangannya dicekal oleh Bram.
"Sekali ikut, ga bisa keluar sampe selesai."
Amel baru saja ingin melawan, namun Abas langsung bersuara. "Heh ratu julid, kan lo demen banget sama Osman, bener ga setiap hari ngejulid si Osman di koperasi sekolah sama dekel-dekel?"
"Bener!" Akui Tiara tanpa ragu sedikit pun. Alat itu tidak menyetrum yang berarti ia jujur. Osman dihadapannya sudah menatap jijik, namun Tiara malah tersenyum semakin lebar seperti tak ada beban hidup.
"Nah elo sekarang Gar!" Abas langsung tertawa girang. Edgar yang hendak kabur langsung dibekep oleh Jayson dan Osman. "Bener ga lo setiap malem nonton bokep?"
"Bohong! Kagak lah!"
Bzzt
"Akh-sakit anjing!" Edgar langsung mengibas-ngibaskan tangan kanannya yang disetrum. Suasana hening sebentar, ia pun menoleh heran.
"Wah, bener ahaha!" Nael dan Abas tergelak.
"Kemaren gue mergokkin dia nonton dibawah pohon beringin!" Tambah Joyson lagi.
"Nafsu nya, sebut bang." Osman ikut geleng-geleng, lalu menoleh kearah anak Primadona yang terdiam menatap ngeri sekaligus jijik. Ia jadi ketawa terbahak-bahak.
"Minum alkohol lo sono." Sodor Joyson. "Sekarang cewek lagi, Amel ajalah kepo gue."
"Gagaga, jangan gue duluan." Sentak Amel membuat Bram semakin penasaran. Akhirnya gadis itu dengan terpaksa bermain.
"Kalau disuruh milih, lo pilih Bram atau Abas?" Tanya Nael sambil menaikkan turunkan alisnya.
Jantung Amel jadi berdebar-debar. Bagaimana jika ia salah memilih? Kalau dia pilih Abas, Airin menyukai cowok itu. Kalau ia memilih Bram, mungkinkan Sasa menyukai cowok itu?
"Gue milih atau! Akh!" Jeritnya saat alat itu menyetrum tangannya.
"Gue yang bakal minum alkoholnya Amel!" Seru Airin langsung saat Amel masih mengerang kesakitan.
"Gila ya? Kita disuruh minum alkohol hukumannya!" Nayla tampak ikut kesal.
"Gada penolongan, harus minumlah! Adil!" Ujar Joyson tak berperasaan sambil menodong gelas kecil ke mulut Amel membuat gadis itu ketakutan.
"Lo keterlaluan."
Suasana hening seketika. Joyson terkejut saat melihat Abas dan Bram menarik gelas dari bibir Amel secara bersamaan. Keduanya juga tampak terkejut. Setelah lama terdiam, mereka akhirnya mengetahui satu hal.
Bram dan Abas saling menyukai Amel!
Nael disudut hanya tersenyum miring. Seru, pikirnya. Akhirnya dua cowok itu yang memperebutkan Amel secara panas dingin sejak lama bisa sadar juga. Bahkan bukan cuman mereka berdua, tapi semua yang ada disini. Memang itulah tujuannya memberi pertanyaan, memancing.
Entah karena malam makin larut atau api unggun yang akan padam, suasana menjadi dingin.
"Lo yang ngajuin pertanyaan, sekarang lo yang harus ditanya." Perintah Sasa ke Nael cepat membuat keadaan mencair kembali.
"Gue yang ngasih pertanyaan! Gue yang ngasih!" Pekik Airin girang. Ia langsung mengambil duduk disebelah Nael. "Pernah selingkuh dibelakang Nayla?"
"Nggaklah, mana berani."
Tiga detik berlalu tanpa ada setruman. Nael tersenyum bangga.
"Beruntung aja dia mah," sindir Edgar dengan tatapan ngajak ribut.
"Hilih bicit kimi." Balas Nael tak mau kalah.
"Masih gue pantengin, ntar juga ada pelakor." Komentar Bram menambah panas.
"Mulut ya mulut, terobos terus palangnya." Tegur Airin membuat Bram langsung memohon ampun.
"Siapa lagi?" Sasa langsung menoleh ke arah Osman, karena cowok itu tampak mengatakan sesuatu.
"Nayla aja, biar ga jauh-jauh." Katanya.
"Dah tanya noh tanya sepuas lo pada!" Cibir Nayla tampa takut. Gadis itu malah menatap tajam ke semua teman-temannya. "Apelo semua liat liat."
"Mulai dah kerasukan. Gue dah yang ngasih pertanyaan." Bram tersenyum menyeringai. "Apa bener lo sebenernya suka sama Edgar bukan Nael? Pacaran sama Nael biar deket Edgar?"
"Pertanyaan lo apadah." Tiara tampak tidak terima. Walaupun ia yakin Nayla tidak begitu, tetap saja itu pertanyaan yang menyinggung sekali.
"Bego lo Bram," Tambah Sasa dengan sarkas.
"Bener."
Satu.
Dua.
Tiga.
Keributan itu terhenti menjadi saling tatap. Tak ada yang mendengar jelas ucapan Nayla. Namun tiba-tiba Nael langsung bangkit berdiri dengan tatapan tak percaya. Cowok itu mendengarnya. Itu keterlaluan. Ia langsung pergi meninggalkan mereka, sepertinya kembali ke tenda.
"Eh dia kenapa? Tadi Nayla bilang apa?" Tanya Airin penasaran, namun tak ada yang membalas.
Malahan, Edgar bangkit berdiri sambil mengatakan. "Lo memang cewek murahan!" Serunya lalu berlari mengejar Nael.
"Lo kok nanya begituan jir?" Emosi Abas mulai tersulut. Ia menarik kerah baju Bram.
"Mana gua tau sialan. Gue iseng doang!"
"Oke, sekarang lanjut. Gue mau Osman yang ditanya." Ujar Sasa menengahi.
"Sini," Osman langsung mengambil alat pendeteksi kejujuran itu dengan kasar. "Gece, apa pertanyaannya?"
"Bener nggak lo suka sama seseorang diantara kita, anak Primadona?" Tanya Tiara antusias.
Osman mengangguk mantab. "Iya, gue suka sama Airin. Puas?"
Tak ada setruman, Osman malah mempertegas lagi.
"Gue suka temen lo, bukan elo."
Sasa melebarkan matanya sedangkan Tiara malah menunduk. Airin sendiri terkejut bukan main. Kenapa permainannya jadi begini?
Osman langsung beranjak dari tempatnya dan pergi. "Selesai. Gue udah jujur." Dibelakangnya Abas juga mengikuti.
Tiara pun bangkit berdiri dan menarik lengan Nayla, lalu keduanya melengos pergi. Sasa pun langsung mengikuti.
"Lo bego apa gimana? Nggak seru tau gak? Nggak seru!" Bentak Airin ke Bram yang masih berdiri terpaku.
"Mana gue tau boncel, lo juga mau ikutan!"
Airin menatap sinis lalu melenggang pergi.
"Ini semua karena elo!" Murka Bram lalu melempar alat permainan itu ke semak-semak. "Kan baper semua sialan."
==