Calon Pacar

1730 Words
“Lu mau ikut gak?” tanya Aurora begitu mereka keluar dari kelas, baru saja menyelesaikan jam pelajaran. “Gue yang bayarin deh. Yuk ikut, gue gak ada temennya buat less Bahasa Jepang.” “Gak mau, gue mau minta Bang Al bantuin tugas gue.” “Tugas mah gampang, nanti aja napa, Ci.” “Lu yang enak, gue remidi ini,” ucap Shuhua menatap kasihan pada lembar jawabannya yang memiliki nilai begitu mengerikan, hingga dia mendapatkan nilai tambahan. “Kan gue yang bantuin.” “Tapi gue maunya Bang Al, gue udah telpon dia.” “Kapan?” “Pas lu di toilet.” Aurora mendengus kesal, ini yang dia tidak suka jika Shuhua sudah bucin tingkat akut pada kakaknya. Padahal belum tentu kakaknya itu akan membalas rasa Sukanya, apalagi selama ini kakaknya menganggap Shuhua sebagai adiknya sendiri. “Gak seru ah!” “Yaudin gue temenin, tapi setengah jam ya. Biar adil, kasian Babang Al kalau nungguin gue.” “Asyikkk, makasih, Cici.” Ini yang Aurora suka, Shuhua tetap solid pada persahabatan mereka. Meskipun pada akhirnya Shuhua hanya duduk di ujung ruangan karena tidak mau belajar, katanya takut sakit kepala berlebihan setelah diberikan wejangan oleh wali kelasnya tadi. Setelah setengah jam berlalu, Shuhua pulang lebih dulu menggunakan taksi. Dia bergegas mengganti pakaian di rumahnya. Mamih dan Papihnya bekerja, mereka terbiasa pulang sore. Memanfaatkan mome ini untuk bertemu sang pujaan hati, Shuhua berlari menuju rumah di sampingnya. “Bi, Bang Al mana ya?” “Loh, belum pulang, Non.” “Masa? Dia janjinya mau pulang loh,” ucap Shuhua dengan raut wajah yang berubah menjadi sedih. Bukannya kecewa, dia takut sesuatu terjadi pada pria yang dia sukai tersebut. “Belum ada yang pulang ya, Bi?” “Belum, Non.” “Yaudah, Cici nunggu di kamarnya Bang Al ya.” “Mau dibawain makanan, Non?” “Gak usah, nanti aja kalau Bang Al pulang,” ucapnya sambil berlari menuju lantai dua. Bahkan pelayan di rumah besar ini sudah terbiasa dengan keberadaan Shuhua. Dari kecil, anak itu selalu keluar masuk rumah mencari sosok yang sama. Masuk ke dalam kamar Galaxy, Shuhua langsung merebahkan tubuhnya dengan tengkurap. “Ahhhh wangi,” ucapnya sambil menggerak-gerakan tubuhnya seolah berada diantara salju. Bukan hanya ranjangnya yang empuk, tapi aromanya yang begitu GALAXY sekali. Dari aroma Galaxy yang masih bau minyak telon sampai sekarang menjadi aroma Musk, Shuhua benar benar mengikuti perubahan sosok itu. Sampai tidak dia sadari, kamar itu selalu berhasil membiusnya untuk terlelap begitu dalam. Beberapa saat kemudian, Galaxy masuk ke kamar itu. Mendapati Shuhua ada dikamarnya merupakan sesuatu yang terbiasa, bahkan kedekatannya dengan Shuhua sudah layaknya saudara kandung. “Ci, tidur?” Dengkuran halus yang menjadi jawaban. “Awas kalau ngiler,” ancam Galaxy sambil mengganti pakaiannya, kemudian ikut berbaring di sebelah Shuhua dan membelakangi sosok itu. Tidur siang adalah waktu yang tepat untuk mereka berdua. Sampai Shuhua tiba tiba membalikan badan dan memeluk Galaxy. “Ci, singkirin gak. Gerah tauk.” Berdecak kesal sambil mendumal, “Udah nungguin lama, nyebelin ih.” Kemudian membalikan badannya. Lima detik setelahnya, Galaxy segera berbalik dan memeluk Shuhua. “Maaf, Ci. Tadi ada urusan bentar.” Inilah yang Shuhua suka, semuanya selama itu adalah Galaxy yang dia suka. Meskipun hanya dianggap adek saja. ****** “Ini dikali sama ini, Ci.” “Ini kan udah dikali, Bang.” “Kamu ditambahin ini.” “Oh, masa?” “Ih ampun dah, pusing ngajarin kamu,” ucap Galaxy sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Bagaimana sosok ini tidak paham bagaimana cara kerja rumus yang seharusnya sudah dia pahami. “Dahlah, makan dulu.” “Nggak ih.” Galaxy menarik piring yang hidangannya hendak disantap oleh Shuhua. Mereka tengah berada di sebuah cafee, sengaja untuk mengajari Shuhua perihal pelajaran fisika yang tidak pernah bisa dia mengerti. “Nanti kalau udah beres.” “Ih, Bang. Lapar….” “Beres satu baris, nanti Abang suapin.” Bahkan Galaxy sudah terbiasa dengan panggilan Abang tersebut. Pada akhirnya Shuha menurut, dia mengerjakan soal yang sangat dia benci. Benar satu soal, dia mendapat suapan mie goreng dari Galaxy. Seru juga, Shuhua bisa dapat suapan dari sang pujaan hati. “Abang ganteng deh.” “Diem, kerjain yang bener.” Galaxy yang sudah mempan dengan gombalan itu memaksa Shuhua memakan satu garpu penuh. “Gak mau ya Abang punya adek bodo.” “Ya pelan pelan juga kali.” Shuhua mendengus saat mulutnya penuh. Mereka mengerjakan sampai akhirnya Shuhua berhasil dengan menggunakan otaknya sendiri. “Dahhhh… capek.” “Nih makan cepet.” “Abang traktir ‘kan?” Galaxy mengangguk sambil memainkan ponselnya, terlihat dia yang tersenyum sendiri pada ponsel itu. “Kenapa senyum senyum sendiri?” “Ke[o.” Galaxy segera menyembunyikan ponselnya, focus pada makanan tanpa mempedulikan Shuhua yang terus bertanya dan berbicara apa saja yang ada di dalam otaknya. Selesai mengerjakan itu di cafee, mereka bergegas untuk kembali ke rumah. Membayar tagihan sampai akhirnya Shuhua memperlihatkan raut wajah kesakitan. “Kenapa?” tanya Galaxy. “Mules, Bang.” “Mau ke toilet dulu?” Shuhua mengangguk, dia bergegas memberikan tasnya kemudian berlari ke kamar mandi. Menunggu di bangku sebelumnya, Galaxy khawatir dengan gadis yang tidak kunjung keluar itu. Sudah 30 menit berlalu, pada akhirnya Galaxy menyusul. Namun sayang, itu kamar mandi perempuan. Jadi dia menunggu di luar, sambil sesekali memanggil, “Ci, cici? Eh, Maaf, Mbak,” ucap Galaxy kaget saat melihat sosok yang baru saja keluar dari kamar mandi. “Di dalem ada cewek China gak? Rambut Panjang gelombang. Udah 30 menit adik saya di dalam.” “Ada satu orang, Mas. tadi dia keluar, terus ke dalem lagi.” “Gak ada siapa siapa kan, Mbak?” “Tinggal itu, yang mirip China.” Mendengar hal itu, Galaxy bergegas masuk. Ada satu toilet yang tertutup. Mengetuk pintu dan bertanya, “Ci? Kamu di dalem?” “Abang….,” ucapnya dengan suara merintih. “Buka pintunya, atau masih mules?” Pintu terbuka, menampilkan Shuhua yang duduk di closet sambil memegang perutnya. Tidak, dia tidak sedang sakit buang air. “Bocor, aku datang bulan,” ucapnya dengan mata sendu. Galaxy segera melepaskan jaketnya. “Nih pake ini buat nutupin. Mau ke dokter?” “Pulang aja.” “Abang gendong mau?” “Gak mau ih.” Malu, apalagi Shuhua tidak ingin mengotori Galaxy, alhasil dia digandeng. “Abang nanti kelonan dulu ya, Mamih sama Papih Cici pulangnya malem.” “Iya hayuk.” ***** Karena sudah makan malam, Shuhua langsung membasuh tubuhnya. Rasa sakitnya yang masih terasa membuat wajahnya terlihat sangat pucat. “Ci, minum nih.” Galaxy memberikan air hangat. “Kelonan ya.” “Abisin dulu itu.” Cici mendengus, tapi tetap melakukannya. Maka nikmat mana lagi yang Shuhua dustakan, dipeluk oleh Galaxy sambil berbaring adalah hal yang sangat menyenangkan. Sudah terbiasa, seperti rutinitas yang selalu mereka lakukan selama beberapa hari dalam seminggu. “Tidur, Ci. Jangan banyak gerak,” ucap Galaxy yang membiarkan Shuhua memeluk tubuhnya yang berbaring miring. Sementara pria itu memainkan ponselnya dibelakang tubuh Shuhua. “Katanya sakit.” “Abang tidur sini aja.” “Gak bisa, Abang ada tugas.” “Terus mau ninggalin Cici gitu?” “Pulangnya nanti kalau orangtua kamu dah di rumah.” “Mau di usapin rambutnya.” “Banyak maunya,” ucap Galaxy kesal, tapi pada akhirnya dia melakukannya juga. Menyimpan ponselnya dan mengelus rambut Shuhua. Gadis itu mengeratkan pelukannya pada Galaxy, menyalurkan rasa sakit dari datang bulan. Sampai akhirnya benar benar terlelap, Galaxy menghela napasnya lega. Butuh jeda waktu juga agar dirinya bisa terlepas dari pelukan Shuhua. Perlahan lahan melepaskan diri dan berjalan keluar dari kamar. Bersamaan dengan sebuah mobil yang memasuki pekarangan. “Loh udah pulang? Shuhua bilang kalian mau jalan jalan malem dulu?” tanya Mamihnya Shuhua. “Cicinya datang bulan, Tan. Sakit perut.” “Anaknya udah tidur?” “Baru aja.” “Nih, bawa ini. kasih sama Mama kamuy a.” Galaxy mendekat dan menerima pappeg bag hitam itu. “Makasih, Tan.” “Makasih juga udah mau kelonin itu si Suhu.” Galaxy terkekeh. “Tante tau aja, Galaxy pulang dulu ya.” Memang sudah terbiasa dengan sosok tetangganya itu. Karena Mamihnya Shuhua dan Mamanya Galaxy adalah seorang sahabat, dimana Galaxy bahkan diasuh sejak kecil oleh sosok tersebut, jadi tidak asing lagi. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri. “Maa, Kakak pulang.” “Tadi mobil kamu di depan rumah si Cici, ngapain dulu?” tanya Akila; sang Mama dengan mata memicing, dia mendekati putranya. “Itu apa?” “Oh, dari Tante Sinta. Baru aja pulang, jadi Kakak jagain Cici dulu.” ‘”Jagainnya bawa ke sini aja. Berduaan di sana ngapain? Awas loh, Kak. Itu anak orang.” Galaxy mendengus tidak suka, inilah yang membuatnya malas dengan Shuhua, jika Mamanya sudah berprsangka buruk. “Si Cici sakit perut, jadi mau langsung tidur. Lagian Kakak gak tertarik sama si Cici, orang nganggep adek doang.” “Tapi Cici nya kan suka sama kamu. Kurang apaloh dia, udah jadiin aja.” “Apasih, Ma. Gak ya, si Cici berisik kalau dijadiin pacar.” Buru buru dia naik sebelum Mamanya kembali menodong dengan pertanyaan atau menekannya tentang Shuhua. Jujur saja, Galaxy tidak memiliki perasaan, dia benar benar menganggap Shuhua sebagai adiknya. Sayang? jelas sayang, mereka tumbuh bersama sama. Melihat Shuhua menangis saja membuat Galaxy sedih Namun, hanya sebatas itu, perhatiannya pada Shuhua tidak lebih dari seorang kakak pada adiknya. “Kak, mana sosis pesanan aku?” Aurora menghadang Galaxy sebelum sampai di kamarnya. “Emang kamu pesen sosis?” “Ih kan, Kakak kalau udah sama si Cici sudah gak inget waktu. Udahlah sana, jadian aja. Biar Rara jelas kalau mau marah sama si Cici.” Galaxy tertawa dan memeluk leher adiknya, memaksanya masuk ke dalam kamar. “Lu marah marah mulu cepet tua, Ra.” “Ini mau kemana? Ih, gak mau kelonan bareng ah! Sana pergi!” “Siapa yang mau kelonan? Kakak mau tunjukin kamu sesuatu?” “Apaan?” akhirnya Aurora bisa bernafas lega saat Galaxy melepaskan pelukannya dan memperlihatkan layar ponselnya. “Ini siapa?” “Calon ipar kamu, gebetannya kakak.” “Woah, si Cici mau dikemanain? Selama ini kalian apaan?” Galaxy tertawa, kembali menoyor kepala Aurora. “Cici juga adeknya Kakak, Kakak jagain selama Koko Winwin kuliah.” “Mana ada adek kakak kelonan kalau mau tidur! Sama gue aja kagak!” “Yaudah ayok!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD