2

437 Words
Langkahnya bergema ketika kakinya melangkah cepat di koridor panjang istana Jahara. Beberapa pelayan menunduk takut saat merasakan aura mencekam dari pangerannya. Wajahnya nampak kusut, tidak sabar sama sekali untuk menantikan kelahiran adiknya. Orang yang dia harap dapat mengobati rasa bosannya selama ini. Langkahnya terhenti begitu telinganya mendengar suara cambukan dari pavilliun tempat ibunya tinggal. Dengan langkah cepat dia mulai melangkah ke asal suara, berharap agar adik yang dia tunggu tidak mengalami kejadian apa pun. Sesampainya di sana, mata Liffus terkunci pada sosok wanita yang tengah dicambuk keras di halaman pavilliun. Dia tersenyum kecil begitu melihat perut ibunya yang telah kempis, setidaknya dia tahu bahwa adiknya sudah baik- baik saja. "Apa yang membuatmu sampai harus datang ke tempat ini Liffus?" Suara itu menginterupsi lamunanya. Liffus menoleh menatap ayahnya. sang raja Lucifer. "Aku hanya ingin melihat adikku, Ayah," balas Liffus pelan sambil menatap dingin ibunya yang kini terletak tidak berdaya di depan matanya. Iblis seperti mereka tidak memiliki perasaaan apapun pada sebangsanya. Apalagi Liffus. Semua hal yang membosankan tidak akan dia pedulikan sampai kapan pun. Contohnya adalah ibunya, dia hanyalah iblis lain yang dicintai ayahnya dan memiliki tugas untuk merawatnya setelah ibu aslinya meninggal dunia begitu dia lahir. Wanita itu terlalu lembut padanya. Liffus membencinya, dia selalu beranggapan bahwa orang yang baik padanya hanya ingin pengaruh dari kekuatannya. "Apa yang dia lakukan Ayah? Sehingga Ayah harus membunuhnya tepat ketika ia baru melahirkan adikku. Ayah hampir membuatku kesal. Kupikir Ayah tahu bahwa aku benar-benar telah lelah untuk menunggu kelahirannya," omel Liffus, mengabaikan mayat ibunya yang tengah dibakar untuk menghilangkan bukti. Liffus tahu, hanya kesalahan besarlah yang akan membuat Ayahnya sampai bertindak begitu jauh dan membunuh istrinya sendiri. Orang yang begitu Lucifer kasihi selama ini. Ayahnya mendengus pelan. Sekejam-kejamnya dia, Lucifer tidak akan mengabaikan protes dari anak kesayangannya. Orang yang kelak akan menggantikannya dan menguasai dunia bawah. "Adik yang kamu tunggu tidak akan pernah menjadi adikmu Liffus. Wanita itu telah berkhianat di belakangku. Anak itu hanya setengah iblis," desis Lucifer dingin. Sudah kuduga. Lucifer mendengus pelan. Matanya memandang dingin bayi dalam gendongan salah satu pelayannya. "Tapi saat lahir dia mengeluarkan kekuatan abnormal yang luar biasa. Aku yakin dia akan menjadi senjata yang bagus untukmu di masa depan." Liffus hanya berdecih sebelum melangkah pergi tanpa mengatakan apa pun. Dia tidak menyangka penantiannya selama ini hanya berakhir kesia-siaan. Percuma untuk membujuk ayahnya sekarang. Ratu yang melahirkan anak yang tidak memiliki darah Lucifer hanya akan dianggap sebagai aib. Dan bahkan seharusnya dibunuh saat dia baru lahir. Sudah cukup beruntung anak itu bisa hidup walau sebagai senjata yang kelak akan mengusir rasa bosannya. Karena adiknya akan berubah menjadi budaknya di masa depan. To be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD