Adisa 26

1180 Words
Malam harinya saat mereka semua pulang dari cafe milik orang tua Adisa, mereka kembali ke hotel dan langsung membersihkan dirinya masing-masing. Sedangkan Adisa sedang duduk di kursi yang ada di balkon sambil memperhatikan jalanan di Semarang malam itu, dirinya sesekali melihat ponselnya yang memperlihatkan obrolannya dengan Haga karena sedari sore tadi laki-laki itu belum juga menghubunginya. Adisa lalu meminum hot chocolate yang dibawakan oleh Zaki sebelum dirinya kembali ke hotel, ia menuangkan minuman tersebut ke dalam gelas yang ia bawa dari rumahnya, kemudian meminumnya dalam sekali tegukan. "Resep buatan Buna emang nggak pernah mengecewakan," gumam Adisa setelah berhasil menghabiskan minuman hot chocolate tadi. Ia kemudian kembali menatap jalanan yang terpantau lancar itu. "Kalau Buna masih ada, pasti aku akan selalu ceritain apa yang terjadi sama hari hari ku, aku minta pendapat tentang Fattah, tentang Haga, dan aku juga pasti ceritain aku berhasil ikut olimpiade. Bun, Yah, doain Dica ya, semoga bisa bikin kalian dan sekolah seneng." Tiba-tiba saja ponsel milik Adisa berdering dan memperlihatkan nama Haga disana, dengan semangat Adisa langsung mengangkat panggilan dari Haga yang sudah ia nanti-nanti itu. "Ih kamu dimana? Bukannya kabarin malah ilang!" seru Adisa dengan perasaan khawatir. "Sebentar, angkat video call aku Ca," ujar Haga dan ia langsung mengalihkan panggilan teleponnya ke video call. "Aku lagi disini, dimana ya?" tanya Haga sambil memperlihatkan deretan pintu kamar yang membuat Adisa langsung membulatkan matanya. "Bercanda kan?!" tanya Adisa sambil berteriak. "Beneran aku nggak tau dimana, kamu tau dimana?" jawab Haga dan perempuan itu langsung berlari menuju pintu kamar hotelnya lalu membukanya. Saat pintu itu berhasil dibuka oleh Adisa, perempuan itu langsung menemukan Haga yang berdiri didepan sana sambil memegang ponselnya. "Kenapa nggak bilang sih!" seru Adisa dan ia langsung memeluk Haga dengan sangat erat, sedangkan laki-laki itu hanya tersenyum manid kemudian membalas pelukan dari sahabatnya. "Kan aku mau kasih surprise," jawab Haga lalu Adisa memukul-mukul pundak Haga. "Nyebelin banget! Mommy sama Daddy ikut?" tanya Adisa kemudian ia melepaskan pelukannya dengan Haga. "Ada kok di kamar, ke atas yuk?" ajak Haga dan perempuan itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.  Saat mereka sudah sampai di rooftop hotel, Adisa dan Haga berjalan mendekati kolam renang, ia duduk di pinggir kolam renang dengan kaki yang sengaja mereka masukkan ke dalam kolam. "Kamu kesini sekarang, yang ngajak Mommy atau kamu?" "Aku lah, masa Mommy ngajakin, aneh aja," jawab Haga dan Adisa terkekeh. "Iya kan aku bikin kangen ya Ga," ejek Adisa yang membuat Haga gemas dan langsung merangkul perempuan yang ada di sebelahnya itu. "Ga, inget nggak waktu tadi sore kamu telpon aku dan bilang kalo les kamu libur?" tanya Adisa dan Haga mengangguk. "Kenapa?" "Disitu Fattah tiba-tiba bilang gini, kalo lo jadi milik gue, apa lo masih kayak gitu sama Haga?" Haga memasang wajah bingungnya. "Hah? Gitu gimana nih maksudnya?" "Kayak kita kan sering telpon, tapi buat hal-hal yang nggak jelas gitu. Padahal kan kita emang nggak jelas ya orangnya," "Terus maksud Fattah, kalo kamu pacaran sama dia kita nggak boleh gitu telponan? Aneh," ketus Haga yang masih merangkul Adisa. "Terus pas kita udah sampai cafe, dia nanya ke aku kayak gini, sebenernya perasaan lo ke gue itu gimana sih," "Terus kamu jawab apa?" "Bingung, kadang aku tuh kayak suka banget sama Fattah, tapi kadang kayak biasa aja. Soalnya kan kamu tau sendiri, Fattah famous dan banyak yang deketin dia, temen cewek dia banyak, I feel scared to fallin in love sometimes," gumam Adisa kemudian ia merubah posisinya menjadi terlentang dengan kepala yang ia letakkan di paha milik Haga. "Ca, jangan dipaksain ya. Kalo kamu suka sama Fattah lanjutin, kalo kamu masih ragu jujur aja. Tapi aku nggak ngelarang kamu sama sekali buat deket sama Fattah, do anything that makes you happy Ca. Dan aku lihat juga kayaknya Fattah not that bad kok, mungkin dia lagi cari tau tentang kamu, dan kamu nya juga jangan terlalu tertutup. Tapi kalo misal kamu udah jadian sama dia, dan dia melakukan hal-hal yang nggak beres, jangan takut buat bilang ke aku. Aku bakal selalu jagain kamu kok Ca," jelas Haga yang membuat Adisa tersenyum manis mendengar ucapan itu dari sahabat laki-lakinya. "Berarti nanti kalo Fattah nembak, aku terima?" "Lo oneng apa gimana sih?!" tanya Haga kesal. "Kenapa sih? Kan aku nanya dodol!" "Dulu kamu bilang kalo Fattah lucu dan kamu suka, giliran udah deket malah bingung. Emang cewek tuh makhluk paling aneh yang pernah gue temuin," balas Haga lalu Adisa terkekeh dan bangkit dari duduknya menjadi seperti saat pertama ia datang. "Oh iya, Cici Xia," gumam Adisa. "Kenapa lagi dia? Aku udah lumayan lama nggak chatan sama dia,"  "Tadi dia bilang gini ke temennya, sekeras apapun gue mencoba, pasti yang Haga pilih tetep sahabatnya si Adisa, terus temennya bilang kalo kamu homo,"  "Anjir?! Gue dikatain homo? Serius Ca?" tanya Haga tak terima dirinya dibilang homo oleh temannya. "Iya serius, tau ih lagian kalo sama Cici tuh Cici aja. Kalo emang nggak suka, ya bilang, emang dikira enak apa digantungin. Mentang-mentang ganteng lo!" seru Adisa lalu Haga tertawa yang membuat Adisa bertanya-tanya. "Lo nggak waras ya?" "Lagian aneh banget tuh orang ngatain aku homo, padahal aku lagi suka sama cewek yang baik dan pinter banget," jawab Haga yang masih tertawa. "Lah terus Cici Xia gimana?!" seru Adisa dan Haga langsung menutup mulut wanita itu dengan tangannya. "Jangan kenceng-kenceng, takut kalo nanti ada yang denger," bisik Haga sambil melihat ke kanan dan kiri, hanya ada satu orang dengan hoodie yang menghisap sebatang rok0k di mulutnya. "Nggak ada, mereka udah pada tidur kayaknya," jawab Adisa dan Haga langsung melepaskan tangannya dari mulut Adisa. "Aku sebenernya biasa aja sama Xia, nggak ada perasaan sama sekali. Lagian kan kamu tau semua isi chatan aku sama Xia, masa iya aku cuman chatan kayak gitu aja dia baper?"  "Ya kan perasaan cewek beda-beda, atau mungkin kamu di chat doang yang kayak gitu, tapi perlakuan kamu di sekolah yang bikin dia baper,"  "Orang aku di chat aja kayak gitu, masa aslinya lebih dari itu. Aneh-aneh aja kamu ca,"  "Ah nggak tau deh pusing, by the way katanya kamu kesini h-1 kenapa sekarang udah sampai sini? Padahal aku sampai sini pagi tadi haha," "Kan aku bilang surprise, Dicayang tau surprise nggak hmm?" tanya Haga sambil menatap dalam ke mata Adisa. "Oh iya lupa, kamu jadi ngajak aku nonton konser?"  "Jadi, tapi kayaknya nggak jadi yang kemarin, soalnya ada problem. Tapi aku udah beli tiket konsernya Harry Styles, dan konsernya dua minggu lagi," jelas Haga. "HARRY STYLES?!" teriak Adisa yang membuat Haga refleks langsung menutup kedua telinganya. "Ca, please suara lo udah kayak toak masjid. So nggak usah teriak-teriak,"  "Hahaha sorry ya, beneran Harry Styles yang rambutnya keriting itu kan?" tanya Adisa sekali lagi untuk memastikan dan Haga mengangguk dengan senyuman yang ia paksakan. "Okey thank you so matcha Mr. Griffin. Maaf sekali lagi saya nggak pernah kasih apa-apa kepada anda," jawab Adisa sambil menundukkan kepalanya. "Dis, gue bakal jadiin lo pacar, kalo lo udah siap. Kalo lo belum siap, bakal gue tungguin sampai lo siap," celetuk seorang laki-laki yang memakai hoddie tadi. Adisa dan Haga menoleh melihat seorang laki-laki memakai hoodie masuk ke dalam hotel. "Fattah?" gumam Adisa dan Haga bersamaan dengan saling bertatap-tatapan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD