Adisa 31

1164 Words
"Haga, hari ini aku bareng Fattah ya," ucap perempuan itu yang sedang menggunakan sepatu sekolahnya. "Pulangnya juga?" "Maybe yes, tapi aku nggak tau juga," "Yaudah hati-hati bilang ke Fattah, awas aja kalo kamu lecet sedikit habis si Fattah," balas lelaki itu dan Adisa terkekeh. "Okey, itu Fattah udah di depan. Daaahhh!" seru Adisa lalu melihat ke arah jendela kamar Haga. Laki-laki itu memperhatikan Adisa dari jendela kamarnya, terus memastikan bahwa sahabatnya itu aman bersama dengan Fattah. Haga kemudian menunggingkan senyumnya. "Hati-hati yah," ucap Haga sambil melambaikan tangannya dan Adisa mengacungkan ibu jempolnya sebagai jawaban. Kemudian Adisa membuka pagar rumahnya dan langsung memperlihatkan Fattah dengan motor yang biasa ia pakai. "Hey, sorry ya lama." "Oke, yuk langsung aja," balas Fattah dan membantu Adisa untuk menaiki motornya. "Pamit dulu ke Haga dong," celetuk Adisa sambil memakai helmnya. "Hah? Mana dia?" tanya Fattah lalu Adisa langsung menunjukkan tangannya ke lantai dua rumah Haga. "Adisa sama gue dulu ya bro!" seru Fattah dan Haga hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum manisnya. "Daaahhh!" seru Adisa dengan tangan yang ia lambaikan kepada Haga yang membuat laki-laki itu terkekeh di balik jendela kamarnya. Haga kemudian mengambil ponselnya dan mencari nama Xia disana. "Halo Ci, lo belum berangkat kan?" "Masih sarapan nih, kenapa?" "Gue jemput sekarang ya, sepuluh menit lagi gue sampai disana." Haga langsung mematikan sambungan teleponnya. *** Saat Adisa dan Fattah baru saja melepas helm di parkiran sekolahnya, dengan tiba-tiba Haga dan Xia baru sampai dan memarkiran motornya tepat di sebelah motor Fattah. Mereka berdua turun dari motor dan memperhatikan Adisa yang bersama Fattah. "Baru sampai lo Tah? Emang macet ya?" tanya Haga dan laki-laki itu langsung berjalan mendekati Adisa, memperhatikan secara rinci wanita itu. "Nggak sih, tadi Adisa gue ajak beli bubur dulu di warkop belakang sekolah," "Ga, ayo ke kelas," ajak Xia. "Duluan aja Ci, gue mau bareng Adisa sama Fattah," jawab Haga yang membuat wanita keturunan Chinesse Indonesia itu menundukkan kepalanya. "Oke, gue duluan ya semuanya," balas Xia dan langsung berjalan meninggalkan ketiga orang yang terus memperhatikannya itu. "Parah banget lo Ga anak orang lo bikin sedih, dosa lo," celetuk Fattah lalu mereka bertiga berjalan ke arah kelas mereka. "Sedih apa? Kan gue udah kasih tumpangan gratis, gue nggak pernah boncengin orang selain Adisa, ini karena Adisa bareng sama lo aja, makannya gue ngajak Xia bareng," "Ah berat-berat, by the way rapat pemilihan ketua OSIS ya?" "Iya, selamat lo jadi penerus gue," "Fattah jadi ketua OSIS?" tanya Adisa dan Haga menganggukkan kepalanya. "Iya Ca, nanti kalo dia sibuk kamu sama aku aja ya haha," "Yeu Malih, gue nggak mau Adisa di bagi-bagi," balas Fattah lalu Haga terkekeh. "Yaudah gue juga nggak mau Adisa gue di bagi-bagi," ucap Haga dan Fattah langsung terdiam yang membuat Haga tertawa puas. "Kita tuh harus adil. Gue udah izinin Adisa buat lo, ya lo harus izinin gue jalan bareng sama Adisa," sambung Haga dan laki-laki berjalan memasuki ruang kelasnya. "Duh Ca mimpi apa sih lo bisa punya sahabat kayak dia?" tanya Fattah sambil melanjutkan perjalanannya menuju kelas mereka. "Nggak tau deh mimpi apa haha," "Lo itu ulang tahun nya kapan sih Ca?" "Tanggal tujuh bulan Juli, kenapa emang?" "Nama lo Adisa Fyneen kan?" "Iya, kenapa sih emang?" "Nggak, by the way nanti tungguin gue dulu rapat OSIS ya, atau lo mau pulang dulu?" "Nunggu juga nggak papa, tapi nggak lama kan?" "Gue usahain nggak sampai satu jam," balas Fattah dan mereka mulai duduk di kursinya masing-masing. *** Sepulang sekolah, Adisa bersama dengan Reina menunggu di depan kelas tempat para anggota OSIS melaksanakan rapatnya. Mereka berdua disana sedang memakan jajanan yang mereka beli di kantin sekolahnya, sambil sesekali menceritakan kelakuan laki-laki yang mereka sukai. "Ca, churros nya enak?" tanya Reina yang terheran-heran melihat Adisa membeli lima bungkus churros sekaligus. "Enak, nih cobain," "Nggak deh, by the way tadi Fattah bilang something, mau kepo nggak?" tanya Reina sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Adisa. "Bukan tentang cewek lain kan?" jawab Adisa dan Reina menggelengkan kepalanya. "Dia mau nembak lo hari ini, makannya dia hari ini ngajak lo pergi kan," Adisa membelalakkan matanya, lalu menatap Reina di sebelahnya. "Lo bohong kan?" "Buat apa? Lagipula lo yang sering bohong sama gue Ca," "Iya sih, terus gue harus jawab apa nanti?" tanya Adisa bimbang yang membuat Reina menahan tawanya. "Lo serius nggak tau mau jawab apa?" Adisa menggelengkan kepalanya. "Ca Ca, lo di treat like a queen banget ya sama Haga. Lebih baik lo tolak aja tuh sih Fattah, dan tetep sahabatan sama Haga, gue nggak yakin Fattah bisa sebaik Haga," "Ih tapi Haga udah ngizinin gue buat pacaran sama Fattah, masa di tolak," "Terserah lo mau jawab apa, tapi kalo Fattah bikin lo nangis, gue maju ke dua setelah Haga," ucap Reina kemudian satu persatu anggota OSIS mulai meninggalkan ruang kelas tersebut. "Ca, kamu bareng Fattah lagi kan?" tanya Haga saat laki-laki berjalan berbarengan dengan Fattah dan Xia di sampingnya. "Iya, Adisa bareng gue. Udah lo pulang bareng Cici aja, Adisa aman bareng gue," "Gue rekam omongan lo," ucap Haga lalu ia berjalan meninggalkan Fattah. "Ca, nanti kabarin kayak biasa ya," ujar Haga kepada Adisa lalu mengusap puncak rambut wanita itu. Fattah yang melihat perlakuan Haga kepada Adisa merasa sangat geram dan ingin meninju laki-laki itu, namun ia sadar diri dan menahan semua kekesalannya itu tetap di dalam hatinya. "Dis, yuk keburu sore nanti," ajak Fattah sambil menarik tangan Adisa. "Ck," decak Haga sambil menatap sinis punggung Fattah yang mulai menjauhinya. "Ayo Ci, nanti keburu malem," ajak Haga lalu berjalan meninggalkan Xia dengan segala ketakutan yang ada di dalam dirinya. "Ga," seru Xia dan Haga memberhentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya kearah Xia. "Apa?" "Gue naik ojek aja deh, lo lagi emosi, gue takut," jawab Xia lirih. Haga menatap mata wanita yang ada di hadapannya itu, menatap dalam sampai wanit itu mengalihkan pandangannya. "Sorry ya, but I can handle my self better. Yuk gue anter lo pulang sampai rumah dengan aman," ucap Haga lalu mengambil tangan wanita itu dan menggandenganya sampai di parkiran. "Ga, duluan ya!" seru Adisa saat Fattah mulai menjalankan motornya dengan perlahan. "Hati-hati Ca!" balas Haga dan tak sengaja Adisa melihat tangan lelaki itu sedang menggengam tangan Xia. 'Haga gandengan sama Xia?' batin Adisa dengan perasaan campur aduk yang mulai memasuki dirinya. 'Semoga Haga nggak bohong deh tentang perasaan dia ke Xia yang waktu itu dia ceritain,' "Ca, udah nggak usah dipikirin kali si Haga, biarin aja dia sama Xia, kasihan cuman di kasih harapan palsu doang," celetuk Fattah yang seakan-akan mendengar seluruh isi hatinya. "Ngapin gue mikirin Haga, lagipula kan dia bilang pacaran cuman untuk main-main. Dia punya satu wanita yang akan dia seriusin," "Haha berarti kalopun gue pacarin lo sia-sia dong kalo akhirnya Haga sama lo?" celetuk Fattah yang membuat Adisa bertanya-tanya apa maksudnya. "Hah? Maksud lo?" "Ca," seru Fattah lalu ia meminggirkan motornya di tepi jalan. "Apa?" "Sekarang lo jawab jujur aja ya, perasaan lo ke gue tuh kayak gimana sih? Lo suka nggak sama gue? Kalo suka, lo mau nggak jadi pacar gue?" ucap Fattah sambil melihat wajah Adisa melalui kaca spionnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD