01. Lisa?

870 Words
Wanita yang mengaku bernama Lily ini membawa segelas teh menuju ke ruang santai. Dia menyuguhkannya kepada seorang laki-laki berpakaian formal rapi yang tengah duduk tegap di sofa. Kedua bola mata gadis ini tampak lurus pada sosok orang asing yang tadi mengaku sebagai tunangannya. Pikirannya terus mencari solusi dan penjelasan yang masuk akal dari peristiwa ini. Bangun tidur dan berubah jadi orang lain? Tidak mungkin. Di kepala Lily, semua hal harus bisa dijelaskan secara realistis. Tidak mungkin ada hal yang tidak bisa dijelaskan, terlebih lagi hal aneh semacam ini. Tubuhnya jadi lebih langsing, rambutnya yang harusnya lurus malah berombak, wajahnya juga berubah bak model majalah panas. "Ada apa denganmu, Lis?" tanya pria itu sambil mencium bau minuman dari Lily. Dia kaget karena baunya terlalu manis. Namun dia tetap mencicipinya satu teguk. Iya, satu teguk yang cukup untuk membuat kepalanya pusing karena ketidaksukaannya pada hal yang terlalu manis. Ia segera menaruh gelas itu di atas meja, "Manis sekali, kamu'kan tahu aku tidak suka banyak gula.." Lily bingung antara kabur, menyalakan televisi atau duduk di samping pria asing itu. "Lisa?" panggil lelaki itu mulai cemas, "ada apa?" Mata sipitnya yang terpicing pada Lily membuatnya kelihatan seperti sebuah garis tipis. Dia mulai curiga dengan gerak-gerik mata Lily yang seolah enggan memandangnya. "Em.. siapa itu Lisa?" tanya Lily akhirnya tidak tahan, "em.. maksudku.. siapa kamu?" Pria itu mengerutkan dahinya, "Aku tunanganmu, Lis, namaku Martin!" "Martin?" "Martin Benedict Athaniel!" Tanpa banyak berpikir, Lily mengatakan hal yang pasti membuat siapapun mengiranya sudah gila, "Maaf, sebenarnya ada yang salah disini.. aku bukan Lisa, entah mengapa aku sekarang di tubuh ini.." "Sudahlah, Sayang, aku tidak tahu kamu suka main prank begini," kata Laki-laki bernama Martin itu mulai berdiri, merapikan jasnya, kemudian memeriksa jam tangan sembari berkata lagi dengan serius, "kita terlambat fitting baju karena kamu sulit banget ditelpon tadi, sejak kapan kamu jadi pemalas begini? Tadi bangun jam berapa? Kenapa sekarang masih pakai baju tidur? Kamu kira ini jam berapa?" Lily kebingungan karena mendengar kemarahan orang asing di depannya. Ia segera menegaskan kembali, "Aku serius! aku tidak mengenalmu dan namaku bukan Lisa!" "Ayo ganti baju dulu kamu.." ajak Martin menyeret tangan Lisa untuk masuk ke kamar Lily, "aku tidak mau nanti ada yang tahu kalau calon pengantinku memakai piyama saat keluar denganku." "Apaan sih! jangan main seret juga!" hardik Lily langsung menarik tangannya dengan kasar, "dan jangan menyentuhku! aku tidak mengenalmu!" "Kenapa nada suaramu meninggi padaku?" "Ya jelas, barusan itu perlakuan kasar!" "Sayang, waktuku tidak banyak, cepat ganti baju, lalu kita fitting baju pernikahan. Hanya satu jam, aku luangkan waktu untukmu satu jam.. kamu waktu itu memohon-mohon agar kita segera fitting baju, sekarang malah kayak gini?" "Pernikahan?" ulang Lily merasa tidak nyaman mendengarnya berkali-kali, "denganmu?" "Kamu ini kenapa sih?" Martin mulai kesal, dia melototi gadis yang dianggapnya tunangan ini sambil bertanya, "apa ini ada hubungannya kamu tidak mau kuganggu seminggu yang lalu? kamu bilang mau liburan... dan ketika pulang malah bersikap aneh begini? kenapa sih? udah dong prank-nya, kamu'kan tahu, Sayang, aku ini orangnya serius, nggak suka main-main!" "Prank...Prank prank! ngomongin prank terus! ini bukan prank!" Tukas Lily dengan panik, "liburan apa coba! tadi malam aku makan, terus tidur, tapi bangun ada di sini, berada di tubuh ini.. dan tahu-tahu ada tunangan datang kepadaku?" Martin menempelkan punggung tangannya ke kening Lily, "Kamu.. sakit?" "Oke.. cukup, tinggalkan aku sendiri.." "Lisa, aku sudah menyempatkan waktu untukmu, kalau kamu tidak mau menurutiku, kita tidak akan menikah, kamu mau itu?" "Ya terserah, siapa juga yang mau menikah denganmu? aku tidak mengenalmu, orang kasar.. lagipula aku sudah punya pacar!" "Kamu bilang apa?" "Aku punya pacar!" "Lisa, jangan-jangan ini karena..." Lily tidak tahan mendengar nama Lisa. Dia segera mendorong tubuh laki-laki itu agar keluar dari pintu apartemennya. Sejak awal dia sudah tidak suka dengan sikap sok berkuasa Martin, apalagi main seret menyeret. Dia tidak menyangka pemilik tubuhnya ini punya pasangan yang kasar. Martin menjadi marah, "Kamu ini apa-apaan!" "Pergi dari tempat ini!" bentak Lily tidak suka dengan tatapan Martin, "jangan dekati aku!" "Lisa!" "Aku bukan Lisa!" "Jangan berani membentakku!" Lily berhasil mengusir lelaki yang merupakan tunangan dari pemilik tubuhnya. Tidak ada penyesalan sama sekali. Malahan dia lega karena tidak melihat wajah laki-laki kasar itu lagi. Menurutnya, ucapan, gerak tubuh, tatapan mata, bahkan nada suara Martin sangat mengganggu. BRAK..BRAK..DAK... Suara gedoran pintu yang dilakukan oleh Martin yang semakin marah. Dia tidak percaya sang tunangan yang menurutnya patuh menjadi seperti ini. Saking emosinya, dia sampai menendang pintu itu tanpa peduli tetangga apartemen yang mulai penasaran. "LIISSSAA!" panggilnya murka sambil terus menggebrak, "Buka pintunya! aku kemari untuk mengurus pernikahan kita! kamu sangat ingin menikah'kan? jangan banyak tingkah! jangan banyak drama! sekarang buka pintunya! LISSA!" Lily mundur melihat pintu apartemennya yang bergetar. Dia sedikit takut karena perubahan sikap Martin jika sedang marah. Padahal tadi kesan pertama yang ia tangkap saat melihat penampilan rapi lelaki itu adalah sopan, lembut dan baik hati. Akan tetapi gedoran di pintunya serta suara-suara kasar yang terlontar di balik pintu sudah cukup membuatnya ngeri. BRAK.. BRAK.. BRAK.. Martin masih berteriak kencang, "LISSA! JANGAN BILANG KAMU SELINGKUH! BALAS DENDAM HAH!" "Ada apa dengan wanita bernama Lisa ini? kenapa mau berpasangan dengan orang kasar itu? dia tidak malu ya.." gumamnya mundur. Ia terdiam lama melihat pintunya semakin bergetar. Sementara Martin terus saja berteriak, "Lisa, aku serius, cepat buka pintunya! Sejak kapan kamu berani mengusirku?" BRAK.. Teriak laki-laki itu semakin kencang, "LISAA! JANGAN KIRA BISA PERGI TANPA BICARA DENGANKU DULU!" Lisa melirik kamarnya. Ia berpesan pada Martin, "Aku bukan lisa! Sudah cukup, pergilah.. nanti kita bicara lagi..." Gadis ini segera memasuki kamar sembari menutup kedua daun telinganya. Ia merinding setiap kali mendengar gedoran pintu dari Martin. --000--
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD