2

3555 Words
*Amelia POV* Aku tidak pernah bermasalah mengejar vampir atau mengikuti vampir manapun selama ini. Tapi siapa sangka kalau vampir yang satu ini benar-benar cepat. Hanya satu orang yang memiliki kecepatan yang mungkin melebihinya. Berlari mengikuti Aleandro benar-benar melelahkan dan menguras stamina yang selama ini selalu kubanggakan dihadapan para buruanku! Bau were yang kami ikuti sejak dari bazar di Hyde Park mulai menguat seiring mendekati Regents Park. Dan sialnya vampir yang memimpin perburuan ini sama sekali tidak mengurangi kecepatannya. Dia bahkan menambah kecepatannya saat kami sama-sama menyadari gerakan cepat yang melarikan diri dari kami. Dia seolah lupa kalau bagaimanapun aku adalah manusia. Aku memutuskan memisahkan diri dari Aleandro dan mengambil jalan lain. Aku berlari menembus pepohonan, berharap gerakan were itu tidak secepat Aleandro. Dan keberuntungan ada di pihakku. Were itu berlari dalam wujud manusia dan hanya beberapa meter di depanku. Dengan sengaja aku menambah kecepatan dan melompat ke arah were itu hingga membuat kami berdua jatuh berguling-guling di atas rerumputan. Pengalaman membuatku bergerak refleks menjauhi were itu saat kami menyentuh tanah karena aku merasakan akan datangnya bahaya. Benar saja, terlambat beberapa detik, aku mungkin sudah jadi makanan penutup were itu. Pria itu langsung berubah wujud menjadi serigala besar berbulu hitam pekat. Oke, boleh kuasumsikan korban tadi adalah wanita. Walau tidak menutup kemungkinan kalau were ini bisa saja gay, bukan? “Wah wah wah, anjing besar. Ayo kita berbincang.” Ujarku sambil membersihkan noda tanah di baju dan celanaku. Santai? Jangan harap. Aku hanya berpura-pura santai, dan kalau dia menunjukkan sedikit saja indikasi akan menyerangku, semua senjata di tubuhku berada dalam jangkauan tangan. Seperti yang seharusnya, dalam wujud binatang, were hanya bisa menggeram. Percayalah, kalau ada yang bilang were dalam wujud binatang bisa bicara, aku akan mencekik orang itu. Bagaimanapun mereka binatang. “Tidak bisa bicara? Come on, big boy, kenapa kau tidak jadi manusia saja hingga kita bisa mengobrol sebentar?” Tanyaku lagi walaupun aku tahu dia tidak akan mungkin semudah itu bisa dibujuk. Aku bisa melihat kilatan marah di mata besar milik serigala itu sedetik sebelum dia melompat ke arahku hanya untuk terlempar kembali ke pohon besar yang ada disana. Kekuatan lemparan itu membuatku langsung mengetahui siapa yang membalas serangan were itu. Aleandro berdiri di depanku, aku tidak perlu menantangnya untuk menyadari bahwa vampir di hadapanku ini sedang berusaha keras menahan kekuatannya agar tetap terkendali. Aku tidak tahu harus bersyukur atau malah kesal karena kemunculannya, tapi sisi diriku yang baik berkeras kalau aku harus merasa bersyukur, mengingat aku tidak pernah bertarung melawan werewolf sebelumnya. Jadi setidaknya aku punya cukup waktu untuk mempelajari bagaimana seorang were bertarung. Dan, ya, sekalian melihat langsung bagaimana seorang algojo para vampir beraksi. “Aku kira kau cukup pintar untuk tidak menantang anjing gila seorang diri.” Gumam vampir berambut hitam itu sangat dingin, melirik sebentar padaku sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada were itu. “Aku cukup yakin kalau vampir lebih berbahaya daripada seekor were.” Balasku begitu saja tanpa sempat bepikir lebih dulu. Aleandro menoleh_sesaat aku yakin dia lebih ingin mencekikku daripada menghabisi were itu. “Kami memang berbahaya, tapi seekor anjing bodoh jelas bukan teman bicara yang baik. Ada yang salah dari anjing ini. Werewolf tidak pernah memburu manusia segila apapun mereka kecuali mereka benar-benar ingin memicu perang dengan kami.” Ujar Aleandro tenang. Belum sempat aku merespon ucapan Aleandro, were itu sudah menyerang kami kembali. Dalam wujud binatang, werewolf bukan musuh yang diinginkan. Kekuatan dan kecepatan mereka sangat menakutkan. Apalagi dengan keadaan tidak normal seperti ini, mereka jelas lebih kuat. Tapi sepertinya vampir yang sedang berhadapan dengan werewolf di depanku ini juga bukan pihak yang ingin dijadikan musuh oleh siapapun. Kecepatannya akan membuat pencipta tokoh fiksi Flash tercengang. Pengalaman berburu bersama Wren membuatku bisa melihat gerakan Aleandro, dan dia terlihat seperti sedang menari dengan kecepatannya itu. Untuk tambahan bagi siapa saja yang ingin menjadikan Aleandro musuh, vampir itu bahkan tidak tersentuh sedikitpun oleh serigala gila itu. Aleandro menghindari setiap serangan seakan serangan itu dilakukan oleh anak lima tahun. Dan setiap serangan yang dia lancarkan berhasil mengenai musuh tepat pada sasaran. Inilah gaya bertarung vampir Eksekutor yang menjadi algojo vampir-vampir pembangkang. Aku bersyukur karena harus bekerja sama dengannya dan bukan menjadi musuhnya. Tidak butuh waktu lama untuk melihat Aleandro berdiri di atas perut sang serigala dan menahan leher serigala itu dengan menggunakan sebelah kakinya. Dengan sangat anggun Aleandro berjongkok dan menyentuh bekas luka berdarah di tubuh si serigala kemudian menjilatnya. Kerutan dalam muncul di dahinya, membuatku tiba-tiba sadar kalau Aleandro memang seorang vampir. Dia tampan. “Kau... Siapa yang memberimu makan?” Tanya Aleandro dingin sambil kembali berdiri. Tatapannya akan membekukan siapa saja yang masih bisa berpikir dengan normal. Serigala itu kembali menggeram. Dan aku tahu kalau Aleandro bisa membaca pikiran serigala itu saat vampir itu kembali bertanya. Kelebihan vampir_uhm, atau harus kubilang beberapa vampir_adalah membaca pikiran orang. Hal yang membuat kesal pastinya. “Bukan urusanku, huh? Baiklah. Aku akan mengganti pertanyaannya. Apa tujuanmu? Ada berapa banyak jenismu yang diubah menjadi seperti ini?” Tanya Aleandro sama dinginnya. Serigala itu berusaha menggeliat untuk lepas dari tekanan Aleandro. Tapi sepertinya Aleandro jauh lebih kuat karena usaha serigala itu jelas sia-sia. Aleandro tidak bergeming sama sekali. “Kau pengikut yang setia, anjing. Tapi kau meletakkan kesetiaanmu pada tempat yang salah. Kau akan diburu oleh kaummu sendiri dan jelas aku juga akan memburu penciptamu. Selamat tinggal.” Bisik Aleandro sambil memegang kepala serigala itu dan kemudian memutarnya hingga bunyi derak tulang patah dapat kudengar.   “Aku tidak mengerti. Serigala tidak diciptakan, tapi kenapa kau bilang akan memburu pencipta mereka?” Tanyaku saat kami dalam perjalanan menuju Acasa Manor dengan menggunakan taksi_salah satu kendaraan yang terpaksa kami gunakan saat ini mengingat aku tidak membawa sepeda motorku dan Aleandro... Entahlah, aku tidak tahu jenis kendaraan apa yang akan dipilih vampir satu ini, mengingat dia bisa bergerak lebih cepat daripada kendaraan di jalanan. Seharusnya aku pulang ke apartemenku sendiri, tapi telepon dari Wren tepat semenit setelah Aleandro membunuh serigala itu mengubah keputusanku_dan sepertinya keputusan Aleandro juga. Aku curiga kalau Wren menelepon karena tahu kalau Aleandro sudah membunuh serigala itu walaupun Wren sudah jelas-jelas melarangnya. Dan kalau benar Wren marah, maka aku memilih untuk menjauhi vampir itu. Aku sudah pernah melihatnya marah_benar-benar marah_hanya karena Lily mengendarai salah satu mobilnya dan berakhir dengan kecelakaan lalu lintas. Wren mencemaskan keselamatan istrinya? Tidak. Butuh lebih dari kecelakaan mobil untuk membunuh putri Lucifer itu. Yang Wren cemaskan adalah kondisi mobilnya. Aku cukup mengenal masterku itu untuk tahu kalau posisi Lily dalam hidupnya hanya disaingi oleh keberadaan koleksi mobil Wren. Betapa kasihannya wanita itu. “Aku tidak akan mengatakan apapun sebelum kita tiba di rumah Wren. Aku tidak ingin mengulang cerita ini dua kali.” Ucapnya sangat pelan. Kalau aku pernah berpikir bahwa anggota hunterku adalah makhluk paling menyebalkan, maka vampir di sebelahku ini jelas master dari segala hal menyebalkan yang ada di muka bumi. Masterku adalah Wren_walau dia tidak sepenuhnya bisa kusebut master_tapi vampir ini bersikap seakan dia adalah master dari seluruh vampir di dunia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana cara sang raja vampir bersikap kalau bawahannya saja bisa bersikap seangkuh ini. Sesaat aku bersyukur karena selama ini aku tidak pernah harus berhadapan langsung dengan sang raja vampir, selalu ada Wren disana. Sekali lagi aku bersyukur karena Wren tidak pernah menunjukkan sedikitpun kesombongan seperti vampir di sebelahku ini_walau harus kuakui, Wren punya cara tersendiri dalam menyombongkan dirinya. Aku hanya diam sampai kami tiba di Acasa Manor. Tidak memerlukan pemeriksaan lama untuk bisa memasuki rumah tempat tinggal sang penguasa Inggris Raya itu mengingat baik aku ataupun Aleandro sudah dikenal oleh sistem keaman rumah Wren yang sedikit bersifat magis. Aku bukan baru kali ini berkunjung ke rumah Wren, dan dalam setiap kunjungan, aku selalu kagum dengan rumah ini. Bentuknya, luasnya, lingkungannya, segalanya tentang Acasa Manor adalah keindahan. Dan sepertinya Wren memang sudah menunggu kami karena dia sendirilah yang menyambut kami di pintu beberapa saat kemudian dengan wajah kesal. “Kita akan bicara di ruang kerjaku, Aleandro. Zac sudah menunggu disana. Rasanya aku ingin pindah saja dari rumahku sendiri saat Zac muncul bersama badai listriknya begitu tahu kondisi korban.” Ujar Wren sambil membimbing kami menuju ruangan yang disebutnya sebagai ruang kerja. “Master... Maaf kalau aku ingin tahu. Tapi tim-ku bukan penyebab masalah ini, bukan?” Tanyaku cemas, karena walau tim-ku terdiri dari orang-orang terkuat yang kupilih sendiri, mereka semua_termasuk aku_tetap saja manusia yang tidak akan pernah bisa menghadapi kemurkaan sang raja vampir. Dan kalau tim-ku yang menyebabkan semua ini, maka hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan kami. Wren berbalik hanya untuk tersenyum simpul padaku dan kembali jalan. “Tidak, Amelia. Tim-mu seperti biasa selalu berusaha menyembunyikan yang terburuk sampai mereka mendapatkan izinmu untuk melaporkannya padaku. Tidak. Ini bukan salah tim-mu. Zac meminta Harvey mengikuti kalian saat kalian meninggalkan kami. Dan Harvey-lah yang menyampaikan laporan itu. Kemampuan Zac melihat isi pikiran klan-nya membuatnya mendapatkan visualisasi dari keadaan korban. Aku memang tidak senang dengan keputusan kalian yang ingin menyembunyikan masalah ini dariku. Tapi sepertinya ada yang lebih tidak senang lagi dengan keadaan ini selain aku.” Jelas Wren. “Siapkan diri kalian karena ini bukan lagi ruang kerjaku, tapi sebuah medan listrik.” Bisik Wren sesaat kemudian begitu kami tiba di depan sebuah pintu ganda besar. Belum sempat aku membayangkan apa yang sedang terjadi, Wren sudah membuka pintu dan pemandangan yang kulihat cukup mengejutkan. Benda-benda di ruangan itu melayang-Wrenang di udara seakan tidak ada gravitasi di dalam ruangan itu. Dan sama sekali tidak ada cahaya lampu, satu-satunya cahaya yang ada di dalam ruangan itu hanyalah cahaya api di pembakaran. Aku tahu kalau Wren juga punya kekuatan itu. Tapi dia tidak pernah membuat siapapun takut dengan kekuatannya. Wren menganut sistem kepercayaan dalam setiap hubungan kerja yang dilakukannya, bukan berdasarkan ketakutan, itu yang membuat kami setia padanya. Dan aku belum pernah melihat Wren benar-benar bertarung. “Apa yang terjadi, Master?” Bisikku benar-benar ingin tahu, karena jelas akan mematikan kalau bertanya pada sang raja vampir. “Katakan semuanya, Aleandro.” Ujar Zac, sang raja vampir bahkan tanpa menunggu salah satu dari kami duduk di sofa. “Well, aku cukup tertekan dengan aksi pamer kekuatanmu ini, Zac. Tidak mudah menceritakan apa yang terjadi dibawah tekanan seperti ini.” Ujar Aleandro tenang. “Kendalikan kekuatanmu atau kau-lah yang harus mengatakan semuanya.” Zac menatap Aleandro tidak senang. Tapi dengan perlahan benda-benda di ruangan itu mulai berjatuhan di lantai sebelum dikembalikan ke tempatnya semula. “Maafkan aku, Wren. Lagi-lagi aku merusak rumahmu.” Gumam Zac lalu dengan sangat anggun duduk di sebuah sofa tunggal yang ada di sudut dekat jendela. “Kau sudah terlalu sering meminta maaf karena sudah merusak perabotan di rumahku, Zac. Yang kubutuhkan bukan permintaan maaf, tapi ganti rugi.” Gumam vampir yang menjadi masterku itu. “Aku akan meninggalkan kalian disini, tapi ingat jangan ada lagi barang-barang yang rusak. Aku benar-benar akan mengklaimnya kalau terjadi kerusakan kali ini.” Sambungnya sebelum berjalan keluar dari ruang kerjanya dan meninggalkan kami menghadapi sang raja vampir. “Sebenarnya, apa yang ingin kau ketahui, Zac? Kau pasti sudah bisa menduga apa yang terjadi berdasarkan laporan klan Ursa-mu.” Ujar Aleandro datar sambil berjalan menuju jendela dan memilih menatap ke satu titik di luar sana yang menurutnya cukup Wrenak dipandang daripada apapun yang ada di dalam ruangan ini. “Yakinkan aku kalau aku bisa saja salah menduga, Aleandro.” Gumam Zac sangat pelan. Aleandro menggeleng pelan. “Aku tidak bisa. Apa yang kau pikirkan itulah kenyataannya, Milord. Werewolf yang baru saja kubunuh tadi bukan lagi werewolf, ada darah vampir di dalam tubuhnya. Itulah yang membuatnya memburu manusia, darah vampir di tubuhnya hanya bisa dipuaskan oleh darah manusia. Dan aku tidak yakin kalau dia adalah satu-satunya were berdarah vampir.” Ujar Aleandro dingin. “Menurutmu, siapa vampir yang mungkin melakukan ini, Aleandro?” Tanya Zac kemudian. “Yang pasti bukan vampir yang dengan mudahnya mematuhimu, Zac. Aku curiga kalau vampir yang sedang kita bicarakan ini adalah salah satu vampir kuno yang sangat kuat mengingat efek darahnya pada anjing itu.” Ujar Aleandro cepat. “Dan jujur saja, aku tidak mengenal darah ini.” “Aku benci mengatakan ini tapi prioritasmu adalah menemukan vampir yang menciptakan mereka, Aleandro. Werewolf itu... Wren yang akan mengurusnya. Vampir itu jelas sudah melanggar hukum kita. Tidak ada yang boleh mengganggu kestabilan yang sudah susah payah kubuat ini. Tidak seorangpun.” Ujar Zac. “Dan kau, manusia. Pergilah. Tidak ada yang bisa kau lakukan kali ini.” Ujar sang raja vampir padaku. “Oh, kau tidak bisa mengusirku begitu saja, Milord. Aku disini sebagai salah satu hunter masterku. Dan akulah yang tadinya diminta untuk mengejar were itu. Jadi aku punya hak untuk mendengar apa yang sebenarnya sedang terjadi.” “Dan kau sudah mendengarnya. Pergi.” Aku mendesah panjang. “Aku sudah berusaha membayangkan seberapa sombongnya sang raja yang tidak pernah kutemui ini begitu melihat tingkah pesuruhnya. Tapi aku tidak menyangka kalau sikapnya bahkan lebih sombong dari Ratu Inggris sekalipun.” Ucapku sebelum sempat menyadari betapa salahnya ucapan itu. Saat itulah aku sadar kalau benda-benda yang tadi sudah kembali ke tempat semula kembali bergerak melayang. Sang raja vampir menatapku dengan kesal. Sepertinya aku sudah menggali kuburanku sendiri. Semoga Tuhan menyelamatkanku kali ini, karena kalau aku selamat, maka aku akan mengabdikan diriku di panti asuhan selama seminggu penuh. “Wren akan murka kalau kau membunuhnya, Zac.” Ujar Aleandro tenang bahkan tanpa melirikku sedikitpun. Tidak ada jawaban. Tapi beberapa menit kemudian, Zac mengangguk setuju. “Aku lebih baik mendengar ocehan tidak bergunanya daripada menghadapi kemarahan Wren.” Gumam Zac. “Pergilah, Aleandro. Mulailah pencarianmu. Semakin cepat semakin baik.”  “Baiklah.  Tapi aku ingin bertanya satu hal padamu.” Sahut Aleandro cepat. “Katakan.” “Apa aku memiliki wewenang penuh seperti biasanya atau untuk yang satu ini, aku harus membawanya ke hadapanmu?” Tanya Aleandro ringan. “Lakukan seperti biasanya, sobat.” “Baiklah. Kalau begitu aku akan pergi. Sampai jumpa, Milord.” Ucap Aleandro yang kali ini benar-benar melemparkanku ke mulut neraka. Selama 5 menit kemudian, baik aku maupun sang raja vampir sama-sama memilih untuk diam. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Apa aku harus pamit dan pergi atau menanyakan hal yang menjadi pikiranku sejak tadi. Tapi... Apa benar kabar yang kudengar selama ini kalau masterku dan Alby adalah vampir kesayangan sang Raja? Lihat saja tadi, begitu Aleandro menyebut nama Wren, emosinya langsung reda. Tidak hanya itu, tadi Zac juga sempat meminta maaf karena sudah merusak perabotan di ruang kerja Wren. Apa masterku memang memiliki pengaruh sebesar itu pada sang Raja? Tepat saat aku memutuskan untuk bertanya pada sang raja dengan mempertaruhnya nyawaku, pintu ruang kerja Wren kembali terbuka, dan kali ini yang muncul adalah Lily, diikuti oleh Wren. “Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi!” Sembur Lily begitu berhadapan dengan Zac. Aku menatap Wren bingung, begitu juga dengan Zac. Dengan pasrah Wren menarik Lily ke sisinya dan mendorong wanita itu agar duduk di sofa sementara masterku, Wren, vampir yang menguasai Inggris Raya itu berlutut dengan salah satu kakinya di hadapan Lily sambil menggenggam tangan Lily. Kemesraan mereka memang bisa membuat makhluk suci sekalipun merasa iri. “Baiklah, amour. Aku akan mengatakannya. Ada masalah yang cukup besar sedang mengintai Inggris, amour. Werewolf mulai melanggar batas-batas kesepakatan. Bukan hanya itu saja, ada bahaya besar yang mungkin akan terjadi kalau aku terlambat mengambil tindakan dan aku harus meningkatkan pengawasan.” “Baiklah, aku mulai mengerti. Lalu, apakah Amelia juga akan ditugaskan?” Aku menatap Lily dan Wren bergantian. Kenapa Lily membawaku dalam masalah ini? Wren melirikku sebelum mengangguk enggan. “Ya. Dia akan ikut, dia dan timnya.” “Bagus!” Ucapku spontan. Dadaku berdegup kencang, perasaan bahagia tiba-tiba mengalir deras dalam tubuhku. Berburu were adalah pengalaman pertama dan aku yakin itu pasti akan menarik. “Tidak, Amelia. Kau tidak boleh ikut dengan tugas itu. Kau manusia, Ya Tuhan! Mereka mengincar manusia!” Sembur Lily cepat. “Apa bedanya dengan vampir kalau begitu?” Tanyaku lembut karena aku tahu Lily bersikap seperti ini karena dia mengkhawatirkanku. Dia selalu bersikap seperti ini sejak pertama kali kami berkenalan. Bahkan dia sering kali memarahi Wren hanya untuk memberikanku liburan. Dari yang aku tahu, Lily bersikap seperti ini karena dia tidak memiliki keluarga, satu-satunya orang yang bisa disebutnya sebagai keluarga adalah ayahnya yang seorang malaikat hitam_julukan bagi Lucifer_karena itu dia selalu menganggap setiap orang disekitarnya sebagai keluarga. “Kau sudah biasa menghadapi vampir! Demi Tuhan, jangan buat aku bertengkar dengan kedua pria ini, Amelia.” Sembur Lily kesal. Aku menghampiri Lily dan memukul pelan kepalanya. Tidak sopan pastinya, tapi semua yang ada di ruangan itu tahu kalau aku hanya bercanda, putri Lucifer tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya dengan mudah. “Kau kira aku lahir langsung berhadapan dengan vampir? Aku juga belajar menghadapi mereka dan aku berhasil. Sekarang aku ingin belajar untuk menghadapi werewolf, Lily. Ini akan berguna suatu hari nanti.” “Tidak bisakah kau membuat dia menyerah, Zac?” Pinta Lily sambil menatap Zac memohon. Zac mengedikkan bahunya. “Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Dia bukan klan-ku. Bahkan dia tidak mendengarku saat aku menyuruhnya pergi.” Aku mengangguk mendengar ucapan sang raja vampir. “Aku bukan klan siapapun. Aku hanya bekerja untuk klan Libra.” Tukasku cepat. “Kalau begitu aku permisi dulu, Lily. Aku harus menyiapkan tim-ku untuk saat-saat yang tidak terduga.” “Tunggu dulu, Amelia.” Ujar Wren tiba-tiba yang sukses membuatku mengerem langkahku seketika. “Aku sudah memikirkannya. Aku tahu kalau Zac memerintahkan Aleandro untuk mengurus vampir yang membuat masalah ini. Karena itu lebih baik kau pergi bersama Aleandro. Selain kau bisa belajar cara berburu vampir dari sang master hunter, kau juga sudah terbiasa menghadapi vampir.” “Kau gila?” Sembur Lily cepat dan langsung berdiri menghampiri suaminya. “Vampir itu pasti lebih berbahaya dibanding werewolf, Wren! Kita tidak tahu seberapa berbahayanya dia. Dan Aleandro! Ya Tuhan, mereka akan lebih dulu saling membunuh sebelum memburu vampir yang kau maksud itu. Aku tidak pernah melihat Aleandro berburu bersama orang lain. Tidak bisakah dia tetap disini saja menjalani pekerjaannya seperti biasa?” “Aleandro cukup sering berburu bersamaku. Dan tidak, Aleandro tidak akan membunuh Amelia untuk alasan sepele. Dia tahu Amelia adalah orang berharga untukku, jadi dia tidak akan melakukannya.” Sahut Wren cepat. “Bukan itu yang kumaksud!” Geram Lily. Aku menarik Lily ke sisiku. “Menarik, walaupun kesempatanku untuk berburu were tertunda. Aku akan pergi bersama Aleandro. Terima kasih.” Ucapku tulus dan langsung menghambur keluar dari ruang kerja itu. Aku tidak tahu apa alasan Wren membiarkanku pergi memburu vampir itu bersama Aleandro, tapi aku yakin itu ada hubungannya dengan perjanjian kami dulu. Tidak masalah, lagipula aku tidak sepenuhnya manusia sejak hari itu. Aku selalu berharap bisa mati setelah bertemu kembali dengan orang itu. Orang yang telah mengubahku menjadi seperti ini. “Amelia!” Aku berhenti tepat sebelum menuruni anak tangga depan Acasa Manor dan melihat siapa orang yang memanggilku itu. Lily melesat keluar dari rumah dan menghampiriku. “Bawa ini.” Ujarnya sambil menyerahkan sebuah kunci padaku. “Apa ini?” “Ini kunci mobil Wren. Aku mengambilnya diam-diam. Kau pasti membutuhkan kendaraan kalau ingin bepergian jauh.” “Aku punya kendaraan sendiri, Lily, jadi kau tidak perlu mencuri ini dari Wren.” Lily menggeleng cepat. “Tidak... Tidak... Aku tidak akan membiarkanmu menjelajahi Inggris dengan menggunakan motor. Tidak. Bawa ini atau aku akan menghalangimu untuk pergi. Aku bisa melakukannya, Amelia.” Tidak perlu diingatkan lagi. Aku tahu kalau Lily berniat menghentikanku, benar-benar menghentikanku, bahkan Wren mungkin akan kesulitan menghentikan istrinya itu. Dalam beberapa bulan terakhir, aku melihat sendiri bagaimana Lily berlatih menguasai kekuatannya, kekuatan malaikat dari Lucifer. Dan itu terbukti dengan mudahnya dia mengalahkan Gavriel dan beberapa vampir kepercayaan Wren yang lain. “Baiklah, sesuai keinginanmu, Nyonya besar.”gumamku pasrah. Tiba-tiba Lily memelukku erat. “Kau tahu kalau aku menyayangimu. Walau baru 2 tahun aku mengenalmu, tapi aku selalu merasa kalau kita sudah sangat dekat.” “Itu karena kau terlalu sibuk ikut campur dalam urusan orang lain, Lily.” Selaku cepat. “Aku harus pergi. Sampai ketemu lagi.” Pamitku kemudian dan meninggalkan Lily di teras. “Hubungi aku kalau kau membutuhkan bantuan!” Teriaknya kuat yang hanya kutanggapi dengan lambaian tangan. Aku berjalan menuju garasi mobil Wren yang nyaris seperti ruang pameran. Banyak sekali mobil sport mewah ada disana. Dan untuk informasi, tidak satupun dari mobil disini yang bisa ditembus peluru. Aku bahkan curiga apakah Wren juga mengubahnya menjadi anti misil? “Baiklah, mari kita lihat mobil apa yang dicuri Lily untukku dari suaminya.” Gumamku pelan sambil memperhatikan kunci mobil yang diberikan Lily padaku. Ada lambang banteng di gagang kunci itu. Banteng berarti Lamborghini. Oke. Hanya ada tiga Lamborghini di tempat ini. Dengan cepat aku berusaha mencoba kunci itu dengan mobil yang ada disana. Dua yang pertama jelas tidak sesuai dengan kunci yang kumiliki. Hanya tersisa satu, dan aku tahu kalau itu adalah salah satu mobil kesayangan Wren, Lamborghini Reventon. Semoga aku salah mengenali emblem kunci ini. Semoga aku salah mengenali kerbau sebagai banteng, atau rusa sebagai banteng, atau apa saja. Jangan sampai mobil yang diberikan Lily adalah mobil ini. Jangan sampai. “Perhatianmu membuatku dalam masalah, Lily Russell.” Geramku sambil melompati pintu mobil dan memasukkan kunci ke dalam lubangnya sebelum menekan tombol starter Mesinnya langsung menyala pada percobaan pertama. “Bagus. Wren akan murka kalau tahu mobilnya menghilang. Dan mungkin dia sendiri yang akan menguburku.” Bisikku lalu dengan yakin mengendarai mobil keluar dari garasi dan meluncur cepat menuju pintu gerbang depan. Lagipula, produsen mobil mana yang akan menggunakan kerbau atau rusa sebagai emblem mereka?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD