“Wanita itu lagi, wanita itu lagi. Aku istrimu, bukan w************n itu.” Suara seorang wanita mendominasi di sebuah ruang kamar. Ia tengah marah pada pria yang saat ini tengah duduk di sudut ranjang. Pagi hari, harus di awali pertengkaran mereka. “Apa kau tidak bisa diam dan tidak mengomel,” pintah pria itu. Wajahnya terlihat keriput, padahal usianya masih tergolong cukup mudah. “Hans …” teriak wanita itu. “Kau—” “Kenapa kau selalu menyalahkanku, Ambar? Dan kenapa kau terus menerus menyebutnya w************n?” Pria itu menarikan nada bicaranya, pada Ambar. Setiap hari selalu pertengkaran di antara mereka, tiada hari tanpa bertengkar. Lima tahun pernikahan, tidak pernah ada kata kebahagian di pernikahan mereka. Hans yang masih memikirkan Amm, ia bahkan masih mencintai wanita itu te

