7. Kemarahan Java di Kantor

1075 Words
“Cepat cari tahu tentangnya, aku ingin kau menemukan foto tentang wanita itu,” titah Java. Ia semakin penasaran tentang Amm. Sifat membatasi diri dari luar membuatnya ingin mengenal wanita itu. Bahkan namanya pun tidak ia tahu. “Hari ini kita ada meeting,” seru Seon memperingatkan Java jika mereka akan menghadiri sebuah meet. “Sekarang?” tanya Java sambil meraih jas miliknya. “Ya.” “Pastikan mereka tidak membuatku menunggu seperti rapat sebelumnya.” “Semuanya telah hadir,” jawab Seon. Mengingat bagaimana marahnya Java saat ia datang tapi tidak menemukan satupun orang yang berada di dalam ruangan meeting, kejadian itu pula membuat beberapa karyawan dipecat akibat membuat seorang Java menunggu. Langkah kakinya melangkah keluar. Ia telah berada di Indonesia selama beberapa tahun karena hukuman dari ayahnya-ketua Yvren. Hobi ke club serta bermain dengan para wanita yang membuatnya berakhir dikirim ke perusahaan cabang, walaupun sebenarnya dia adalah Presdir Yvren. Bermain perempuan, ia memang paling menyukainya, tapi dalam hal pekerjaan ia bukan seseorang yang awam. Yvren sampai berada di deretan perusahaan besar di Korea membuatnya diakui keahliannya itu. Kakinya dipercepat masuk ke dalam sebuah lift dari arah belakangnya terlihat seorang pria yang terburu-buru ikut masuk. Pakaian pria yang ikut masuk ke dalam begitu rapi, seketika menghidupkan iPad yang tengah dipegang olehnya, dia melakukan beberapa slide. Seon bisa melihat wajah atasannya tidak terlihat senang sedikitpun tetapi tidak menghilangkan kewibawaan dirinya sekaligus kuasa seorang Java dengan pakaian berkemeja putih, serta jas berwarna abu-abu yang digunakan untuk membungkus tubuh atletis itu dengan sempurna. Seon mengecek beberapa jadwal yang telah ia susun untuk Java hari ini. “Setelah meet, hari ini kita akan meeting dengan klien,” jelas pria yang mengikutinya masuk ke dalam lift. “Batalkan,” ucap Java dingin. Seon melihat ke arah Java yang tengah membelakanginya, ada garis kerutan di dahinya. Ia bingung mengapa Java tiba-tiba membatalkan meet tapi ia tidak berniat bertanya lebih lanjut, dan memilih kembali membaca jadwal yang lain. “Makan siang bersama dengan—“ “Batalkan,” “T-tapi—“ lagi-lagi Seon dibuat tidak habis pikir, sebagai seorang asisten ia melihat ekspresi dari Java yang terpantul dari pintu lift membuatnya mengurungkan niatnya melanjutkan perkataannya. Ia tahu jika suara dari pria dihadapannya tidak terdengar bagus, hari ini akan terjadi hal karena menjadi pelampiasan emosi Java. Seon sangat yakin hal itu. Masih ada beberapa jadwal tetapi semuanya dibatalkan oleh Java. “Mereka yang membutuhkanku bukan aku yang membutuhkan mereka. Jadi, batalkan saja. Jika tidak terima batalkan kerja sama dengan mereka dan beri peringatan agar tidak ada cabang perusahaan bekerjasama dengan mereka,” “Apa—“ “Apa menurutmu aku tidak menarik?” tanya Java melihat pantulan wajahnya. Tampan, tinggi, dan berkarisma. Tidak ada yang salah dari penampilannya itu, tapi ia masih belum bisa percaya jika ia telah di tolak berkali-kali oleh wanita. Seon yang berada di belakangnya hanya bisa cengengesan, ia tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa. “Semakin ia menolak, membuatku semakin tertarik padanya,” ucap Java tersenyum. Seon yang berada di belakang ia menelan salivanya melihat pantulan wajah Java dari dinding lift. Perkataan Java memanglah benar, begitu banyak orang yang datang padanya, untuk menjadikannya sebagai investor. Menolak mereka adalah hal wajar bagi atasannya. Tidak sedikit perusahaan yang dibatalkan janji temu bersama pria itu, mendapatkan list blacklist dari daftar perusahaan mendapatkan dana dari Java karena bersikukuh untuk bertemu dengan pria itu secara langsung. “Baik, aku akan membatalkan semua jadwal mu hari ini,” sambungnya. “Apa aku harus membatalkan jadwal hari ini?” tanya Seon beberapa menit kemudian pintu lift terbuka tetapi Java tidak keluar dari sana, pria itu hanya terdiam. “Tidak. Rapat tetap dilakukan,” ucapnya kemudian melangkah keluar. Di mana Java Lee berada akan ada asisten tampannya-Seon Jarvis asisten Java yang gemar memakai kacamata bulat untuk menambah bingkai wajah tampannya. Java tidak pernah salah memperkerjakan seseorang, ia memilih seseorang dengan sangat hati-hati serta tidak akan mengkhianatinya seperti Seon-pria yang mengawali karirnya hanya dengan menjadi seorang OB di kantor Java, tentunya kantor pria bermanik mata biru itu tidak seperti saat ini. Seon menemani karir Java. Hal yang paling menarik Java dari sang asisten adalah Seon begitu cekatan, ia lebih dulu berjalan dan membukakan pintu kantor untuk Java, kemudian masuk ke dalam ruangan rapat, saat ia melihat beberapa berkas yang berhamburan di atas meja ia segera membereskannya. Terdengar suara kegaduhan dari luar ruangan, tapi ketika pria bermata biru, masuk ke dalam ruangan seketika ruang rapat yang tadinya berisik berubah hening seketika karena kehadiran Java. Java segera melepaskan jas miliknya dan meletakkannya dia duduk di kursi. Semua orang terdiam, saat pria itu masuk. Tatapan yang begitu mengintimidasi, matanya menatap satu per satu semua orang yang berada di ruangan itu. tidak terkecuali. Ruangan mulai gelap, dan terlihat seseorang tengah memberikan penjelasan, dengan bantuan proyektor pria itu menjelaskan dengan sangat detail, sedangkan Java membaca apa yang tengah dijelaskan oleh pria itu. “Apa konsep kalian begitu kolot seperti ini? Apa membuat sesuatu yang baru, dan menjual kalian tidak bisa lakukan?” tanya Java membuat seorang pria yang tengah menjelaskan konsep itu memilih untuk berhenti. Java membuka lembar demi lembar berkas itu, kemudian membantingnya dengan kasar membuat semua orang terdiam seketika. Beberapa orang saling memandang satu sama lain, semua konsep pada rapat kali ini tidak sesuai keinginannya begitu membosankan. Java kembali mengambil berkas yang lain tetapi semuanya sama saja. “Mengganti artis, membuat merek baru. Apa-apaan ini, apa ide kalian hanya sampai sini saja?” bentaknya. Di dalam ruangan ada begitu banyak orang yang usianya jauh di atasnya, namun tidak ada yang berani membuka suara untuk menegur atau mengomentari pria itu. “Jika kinerja kalian seperti ini, aku tidak akan segan-segan mengganti posisi kalian dengan orang lain yang layak,” Semua orang yang berada di ruangan itu seketika membuka suara. “K-kami akan kembali mencari ide yang baru dan akan membuat konsep yang berbeda,” Tidak ingin dipecat dari perusahaan mereka memilih untuk mencari ide baru walaupun harus mengulang semuanya dari awal lagi. Tatapan mata yang tajam diberikan untuk orang-orang di depannya. Semuanya menunduk tidak ada yang berani mengangkat kepala. Suara derit kursi terdengar, Java telah beranjak dari tempat duduknya. “Aku tidak ingin janji palsu kalian. Berikan apa yang kalian janjikan padaku, jika tidak bereskan seluruh barang kalian dan pergi dari perusahaan.” Semua orang membulatkan mata, melihat satu sama lain. Perkataan Java tidak pernah main-main, apa yang dia katakan selalu terjadi. Hal itu membuat semua orang berdiri. “K-kami akan melakukan yang terbaik,” ucap mereka memberi hormat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD