Sayang pilih yang mana buat besok? Di Bandung dingin tapi sama kamu bakalan panas.
Sera melihat dua foto gaun tipis yang Zara kirimkan, dan membuat hatinya seketika berdenyut pedih.
Jadi apa yang dia dengar adalah kenyataan?
Apa yang Zara katakan tentang Aryan semuanya benar.
Sera menggerakkan jarinya ke bawah untuk mencari pesan lain.
Kamu cemburu sama Dito?
Ayolah dia hanya kamuflase, gak mungkinkan aku mengakui kalau aku memiliki kamu. Jangan marah lagi, ya?
Aku kangen deh, padahal baru tadi siang kita bercinta...
Aku juga.
Besok kita ke Lombok, siap- siap ya. Pesan tersebut di ikuti emoticon love yang membuat Sera seketika mual.
Sera terus melihat percakapan itu sejak satu minggu lalu. Mungkin pesan sebelumnya sudah Aryan hapus.
Tapi, sekarang Sera tak bisa tak sakit hati saat mengatahui kenyataan jika keduanya memang bermain di belakangnya.
Sera menahan air matanya yang hendak mengalir saat terdengar pintu kamar mandi terbuka. Meletakan ponsel Aryan di tempat semula Sera memilih keluar dari kamar.
"Mau kemana, Sayang?" Baru saja akan membuka pintu kamar terdengar suara Aryan.
"Aku lihat Hanna dulu," ucapnya, lalu keluar dan menutup pintu dengan cepat.
Aryan mengerutkan keningnya lalu berjalan ke arah ponselnya. Melihat tak ada notifikasi apapun Aryan memilih berjalan ke arah ranjang untuk membaringkan tubuhnya.
Di balik pintu Sera meremas dadanya yang terasa sesak. Suaminya yang dia percayai ternyata benar-benar mengkhianatinya dengan sahabatnya.
Mereka bahkan tega berperan agar menutupi kesalahan mereka dengan hubungan Zara dan Dito.
Keterlaluan! Sera yakin di belakangnya mereka menertawakannya. Apa mereka pikir mereka bisa terus menyembunyikannya selamanya?
Sera terdiam di tepi ranjang Hanna, dimana gadis kecil itu terlelap. Matanya menatap kosong dengan air mata yang mulai mengering.
Pengkhianatan Aryan dan Zara terasa menyakitkan. Tapi lebih dari itu Sera justru merasa muak bahkan mual saat membayangkan mereka bergumul dan bertukar peluh dalam ranjang yang sama, lalu tanpa rasa bersalah Aryan menyentuhnya?
Enam tahun pernikahannya ternoda.
Sejak kapan?
Sejak Zara bekerja di kantor Aryan?
Jika benar, itu artinya lima tahun lalu saat dia baru melahirkan.
Atau setelah mereka saling mengenal lebih jauh mereka semakin dekat dan terjadilah hubungan terlarang itu?
Apa ini salahnya karena menyarankan Zara bekerja di kantor Aryan?
Apa yang kurang darinya hingga Aryan mengkhianatinya?
Apa dia tidak menarik lagi hingga Aryan memilih berselingkuh?
Berbagai macam pertanyaan muncul di benak Sera. Merasa insecure dan menyalahkan diri sendiri begitu menghantui. Apa yang kurang darinya selama ini hingga Aryan memiliki wanita lain. Dan yang lebih parahnya adalah Aryan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tidak! Ini bukan salahnya jika keduanya memang tak bisa menahan nafsu setan.
Menyesal?
Ya, Sera menyesal telah memasukan Zara pada kehidupan rumah tangganya. Tapi, Sera lebih menyesal saat Aryan tak benar-benar mencintainya. Sebab jika Aryan mencintainya pria itu tidak akan mengkhianatinya.
Benar.
Mereka yang bersalah.
Sera terus mensugesti dirinya dan mengatakan jika dia tidak bersalah. Bukan dia yang memiliki kekurangan, tapi Aryan lah yang tidak bersyukur.
.....
Di pagi hari Sera menyiapkan sarapan, sebisa mungkin Sera tidak menunjukkan kesedihannya apalagi di depan Hanna.
Seperti biasa Aryan muncul dengan membawa dasi di tangannya.
Pria itu tak pernah bisa menggunakan dasi dengan benar, selalu dia yang harus mengenkannya.
Tenggorokkan Sera terasa kering saat tiba-tiba terlintas jika selain dirinya ada Zara yang mungkin juga kerap melakukannya, apalagi setelah mereka bercinta.
Sera meremas sendok di tangannya berusaha menahan dirinya untuk tidak kembali menangis.
"Sayang pasangin dasinya." Jika sebelumnya Sera akan merasa lucu dengan tingkah manja Aryan, kali ini Sera merasa jijik. Pria ini bermanja padanya memujinya dan setiap hari berbicara dengan kata-kata sayang, namun ternyata itu hanya bualan semata.
Sera meraih dasi di tangan Aryan, dan seperti biasa pinggangnya akan di peluk.
"Hanna belum turun?" tanya Aryan saat tak melihat Hanna di kursi makannya.
"Hanna masih mandi." Aryan mengangguk.
Setelah memastikan ikatan dasi itu terpasan sempurna Sera melepaskan diri.
"Perfect. Makasih, Sayang," ucap Aryan dengan mengecup bibirnya.
Sera berbalik dan mengusap permukaan bibirnya dengan punggung tangan.
Jijik itu yang Sera rasakan.
"Mas, kamu inget gak sama Pak Sumardi?" Sera meletakan secangkir kopi di depan Aryan.
Aryan mengerutkan keningnya. "Oh, inget dong, yang rumahnya di ujung komplek, kan? Kenapa?"
Sera menatap Aryan yang meniup kopinya lalu menyeruputnya sedikit- sedikit.
"Kamu tahu gak dia selingkuh?"
Hampir saja kopi di mulut Aryan menyembur keluar. "Panas," ucapnya dengan terkekeh. "Gosip kali. Tumben sih biasanya kamu gak pernah ikut- ikutan gosip."
Sera tersenyum. "Ya gak tahu juga gosip atau enggak, tapi kasihan sama bu Rina. Katanya beliau di cerai dan Pak Sumardi memilih selingkuhannya." Wajah Aryan nampak biasa saja. Pria itu menikmati kopinya dengan tenang. Tapi Sera tahu Aryan tetap mendengarkannya. Jadi untuk menambah suasana semakin panas Sera kembali berucap- "Yang lebih kasihannya lagi, katanya Pak Sumardi tega bilang Bu Rina udah tua, dan gak bisa menyenangkannya lagi di ranjang."
Urat di wajah Aryan mulai menegang. "Aku heran sama pria yang mendahulukan nafsu diatas segalanya. Kenapa gak bicara sejak awal membicarakannya tanpa membuka aib istrinya. Kalau ada yang kurang kan bisa di bicarakan, didiskusikan. Kalau sudah gak bisa, baru bercerai baik- baik bukan malah selingkuh."
Sera kembali menatap wajah Aryan. "Jahat kan, Mas?" Aryan mengangguk. "Mas aku minta satu hal sama kamu." Sera duduk dan menghadapkan tubuhnya pada Aryan.
Aryan masih menatapnya. "Ya?"
"Kalau ada sesuatu dari aku yang kurang atau aku membuat kesalahan kamu bisa kan ngomong langsung?“
Aryan menelan ludahnya kasar. "Aku gak mau kamu beralasan ada yang kurang dariku lalu kamu selingkuh di belakangku. Aku lebih rela kamu jujur, dan aku akan melepaskan kamu kalau kamu memang tidak mencintai aku lagi dan tidak bahagia lagi denganku."
"Ke- napa kamu bicara begitu sih, Sayang? Aryan menggenggam tangan Sera. Pria itu nampak takut kehilangannya.
"Aku gak akan meninggalkan kamu. Apalagi demi wanita lain. Aku sangat mencintai kamu."
Tidak meninggalkan, tapi berselingkuh. Apa menurut Aryan itu tidak masalah?
"Aku cuma benci kebohongan, Mas. Dan aku gak akan memaafkan pria yang berselingkuh." Sera melepas tangan Aryan lalu kembali menyiapkan bekal untuk Hanna.
"Aku gak mungkin melakukan itu," ucap Aryan dengan yakin.
Sera menghentikan gerakannya. "Aku percaya kamu gak gitu." Sera tersenyum lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
.....
Aryan menatap Sera yang berkutat dengan pekerjaannya. Tanpa Sera tahu dia sudah mengkhianatinya. Apa yang akan terjadi jika Sera tahu kalau selama ini dia sudah berselingkuh? Apa Sera benar-benar akan meninggalkannya?
"Mas?"
"Mas?"
"Mas!" Sera mengguncang bahu Aryan.
"Ya, kenapa Sayang?" ucap Aryan dengan terkejut.
"Kenapa sih, ngelamun? Jangan bilang kamu juga punya selingkuhan?" Sera tersenyum sementara wajah Aryan menjadi pucat.
"Eng-gak mana mungkinlah."