“Mas Gala serius, ini? Enggak lagi bercanda, kan, ya?” Aku masih merasa seperti mimpi. Pasalnya, baru tadi pagi dia membuatku agak pesimis, tiba-tiba pernyataannya sore ini membuatku jantungan. Saking jantungannya, tadi aku sampai blank agak lama. “Kenapa kamu malah kaya gitu, Ma? Siapa yang ngajak nikah duluan?” “Ih! Poinnya bukan itu. Kan tetap aja Mas Gala duluan. Tapi sebenarnya, duluan siapa itu bukan intinya. Mas yakin mau nikahin aku? Beneran? Serius? Enggak lagi ngerjain aku?” “Atau aku harus tarik lagi aja kata-kataku?” “Enggak, enggak, enggak!” jawabku cepat. “A-aku seneng, tapi sedih juga, tapi bingung. Campur aduk, sumpah.” “Senengnya karena?” “Karena aku akan terbebas dari Mas Rendra dan keluarganya.” Dan aku akan menikah dengan orang yang kusukai diam-diam. Bagian ini,

