16. Antara Menolak dan Tidak

2007 Words

“Ayo kita menikah, Mas. Aku akan ikuti semua mau Mas Gala. Kontraknya seratus persen Mas Gala yang atur. Mau, ya?” Aku mengatakan itu dengan satu tarikan napas. Rasanya lega, tetapi juga takut di saat yang sama. Aku tahu, ini sangat amat nekat. Namun, aku benar-benar sudah buntu. Mas Gala adalah satu-satunya harapanku saat ini. Tidak ada yang lain. “Mas? Hallo? Kok diam aja?” kini aku mulai harap-harap cemas karena Mas Gala tak kunjung merespon. “M-mas—” “Kamu gila, Ma?” “Iya, aku emang gila. Tapi ini aku ngomongnya serius. Bukan candaan. Ayo kita menikah—” “Enggak!” Mas Gala berseru tegas dan menekan. “Aku nyuruh kamu lupain apa yang pernah kulakukan malam itu. Kenapa sekarang malah kaya gini—” “Kejadiannya enggak seperti apa yang Mas Gala lihat. Banyak kesalahpahaman di sana. Ada

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD