Chapter - 04

1528 Words
Di sore hari yang mendung,  Chelsea tampak sedang termenung di balkon kamarnya, memikirkan kejadian kemarin, sepertinya ia masih belum bisa melupakan kejadian-kejadian itu, terutama soal dirinya menghajar Rina Amstrong dengan sangat kuat sampak gadis angkuh itu berdarah wajahnya. Itu memang memuaskan, tapi cukup membahayakan karena bisa membuat posisinya tersingkirkan dari panti asuhan kecil ini. Chelsea tidak pernah membayangkan dia bisa mengalami hal-hal semacam itu, karena selama ini dia selalu mengalah dan mengabaikan segala olokan-olokan dari Rina Amstrong dan kawan-kawannya, tapi akhir-akhir ini dia melawan dan membuat komplotan gadis penguasa di panti asuhan ini jengkel. Sejujurnya Chelsea tidak ingin bertindak melawan pada mereka, karena itu bisa merepotkan, tapi rasanya dia tidak bisa terus-terusan diam saat dirinya diolok-olok terus-menerus setiap hari karena rasanya sangat memuakkan, apalagi jika dia sedang berada dalam mode hari yang buruk, itu bisa berakibat fatal dan dapat melukai orang lain. Perlahan-lahan, Chelsea tersadar dari lamunannya karena kulinya terkena tetesan-tetesan air yang berjatuhan dari langit. Oh, hujan. Chelsea segera bergegas masuk ke kamar untuk berteduh dan kini dia hanya sedang duduk di depan jendela sambil menikmati rintikan-rintikan hujan di luar. Rasanya sangat sepi, tapi juga menenangkan. Ini lebih baik daripada harus bertemu dengan rombongan geng Rina Amstrong yang menyebalkan. Beberapa hari yang lalu, Chelsea pernah menemukan sebuah cincin di lorong menuju aula, tapi dia tidak tahu itu milik siapa, jadi dia memutuskan untuk menyimpannya sementara di  laci mejanya, dan dia baru teringat lagi soal itu, karena itulah, Chelsea menghampiri laci mejanya dan mengambil cincin yang ditemukannya beberapa hari yang lalu. Ia memandangi cincin itu, penasaran pada pemilik dari benda cantik ini. Chelsea yakin, cincin ini pasti harganya sangat mahal, karena kilauan-kilauan emas yang mengulitinya sangat memukau juga hiasan bintang yang terdapat di bagian tengahnya sangat elegan. Cincinnya jelas mempunyai nilai seni yang sangat mahal. Meskipun begitu, Chelsea tidak berani untuk memberitahu ibu panti soal ini, karena itu bisa menyebabkan kehebohan, dan ujung-ujungnya ia akan dianggap sebagai pencuri. Chelsea bingung dan resah soal itu, jadi dia memutuskan untuk tetap menyimpannya, menunggu waktu yang tepat sampai dia berani memberikan cincin ini pada sang pemiliknya. Tentu saja Chelsea terpesona pada benda itu, tapi dia tidak bisa lebih dari itu, karena cincin tersebut milik orang lain, bukan milik dirinya. Chelsea tidak punya hak untuk sekedar memakainya, jadi dia hanya menyimpannya saja di dalam laci mejanya. Di sore hari yang mendung,  Chelsea tampak sedang termenung di balkon kamarnya, memikirkan kejadian kemarin, sepertinya ia masih belum bisa melupakan kejadian-kejadian itu, terutama soal dirinya menghajar Rina Amstrong dengan sangat kuat sampak gadis angkuh itu berdarah wajahnya. Itu memang memuaskan, tapi cukup membahayakan karena bisa membuat posisinya tersingkirkan dari panti asuhan kecil ini. Chelsea tidak pernah membayangkan dia bisa mengalami hal-hal semacam itu, karena selama ini dia selalu mengalah dan mengabaikan segala olokan-olokan dari Rina Amstrong dan kawan-kawannya, tapi akhir-akhir ini dia melawan dan membuat komplotan gadis penguasa di panti asuhan ini jengkel. Sejujurnya Chelsea tidak ingin bertindak melawan pada mereka, karena itu bisa merepotkan, tapi rasanya dia tidak bisa terus-terusan diam saat dirinya diolok-olok terus-menerus setiap hari karena rasanya sangat memuakkan, apalagi jika dia sedang berada dalam mode hari yang buruk, itu bisa berakibat fatal dan dapat melukai orang lain. Perlahan-lahan, Chelsea tersadar dari lamunannya karena kulinya terkena tetesan-tetesan air yang berjatuhan dari langit. Oh, hujan. Chelsea segera bergegas masuk ke kamar untuk berteduh dan kini dia hanya sedang duduk di depan jendela sambil menikmati rintikan-rintikan hujan di luar. Rasanya sangat sepi, tapi juga menenangkan. Ini lebih baik daripada harus bertemu dengan rombongan geng Rina Amstrong yang menyebalkan. Beberapa hari yang lalu, Chelsea pernah menemukan sebuah cincin di lorong menuju aula, tapi dia tidak tahu itu milik siapa, jadi dia memutuskan untuk menyimpannya sementara di  laci mejanya, dan dia baru teringat lagi soal itu, karena itulah, Chelsea menghampiri laci mejanya dan mengambil cincin yang ditemukannya beberapa hari yang lalu. Ia memandangi cincin itu, penasaran pada pemilik dari benda cantik ini. Chelsea yakin, cincin ini pasti harganya sangat mahal, karena kilauan-kilauan emas yang mengulitinya sangat memukau juga hiasan bintang yang terdapat di bagian tengahnya sangat elegan. Cincinnya jelas mempunyai nilai seni yang sangat mahal. Meskipun begitu, Chelsea tidak berani untuk memberitahu ibu panti soal ini, karena itu bisa menyebabkan kehebohan, dan ujung-ujungnya ia akan dianggap sebagai pencuri. Chelsea bingung dan resah soal itu, jadi dia memutuskan untuk tetap menyimpannya, menunggu waktu yang tepat sampai dia berani memberikan cincin ini pada sang pemiliknya. Tentu saja Chelsea terpesona pada benda itu, tapi dia tidak bisa lebih dari itu, karena cincin tersebut milik orang lain, bukan milik dirinya. Chelsea tidak punya hak untuk sekedar memakainya, jadi dia hanya menyimpannya saja di dalam laci mejanya. Di sore hari yang mendung,  Chelsea tampak sedang termenung di balkon kamarnya, memikirkan kejadian kemarin, sepertinya ia masih belum bisa melupakan kejadian-kejadian itu, terutama soal dirinya menghajar Rina Amstrong dengan sangat kuat sampak gadis angkuh itu berdarah wajahnya. Itu memang memuaskan, tapi cukup membahayakan karena bisa membuat posisinya tersingkirkan dari panti asuhan kecil ini. Chelsea tidak pernah membayangkan dia bisa mengalami hal-hal semacam itu, karena selama ini dia selalu mengalah dan mengabaikan segala olokan-olokan dari Rina Amstrong dan kawan-kawannya, tapi akhir-akhir ini dia melawan dan membuat komplotan gadis penguasa di panti asuhan ini jengkel. Sejujurnya Chelsea tidak ingin bertindak melawan pada mereka, karena itu bisa merepotkan, tapi rasanya dia tidak bisa terus-terusan diam saat dirinya diolok-olok terus-menerus setiap hari karena rasanya sangat memuakkan, apalagi jika dia sedang berada dalam mode hari yang buruk, itu bisa berakibat fatal dan dapat melukai orang lain. Perlahan-lahan, Chelsea tersadar dari lamunannya karena kulinya terkena tetesan-tetesan air yang berjatuhan dari langit. Oh, hujan. Chelsea segera bergegas masuk ke kamar untuk berteduh dan kini dia hanya sedang duduk di depan jendela sambil menikmati rintikan-rintikan hujan di luar. Rasanya sangat sepi, tapi juga menenangkan. Ini lebih baik daripada harus bertemu dengan rombongan geng Rina Amstrong yang menyebalkan. Beberapa hari yang lalu, Chelsea pernah menemukan sebuah cincin di lorong menuju aula, tapi dia tidak tahu itu milik siapa, jadi dia memutuskan untuk menyimpannya sementara di  laci mejanya, dan dia baru teringat lagi soal itu, karena itulah, Chelsea menghampiri laci mejanya dan mengambil cincin yang ditemukannya beberapa hari yang lalu. Ia memandangi cincin itu, penasaran pada pemilik dari benda cantik ini. Chelsea yakin, cincin ini pasti harganya sangat mahal, karena kilauan-kilauan emas yang mengulitinya sangat memukau juga hiasan bintang yang terdapat di bagian tengahnya sangat elegan. Cincinnya jelas mempunyai nilai seni yang sangat mahal. Meskipun begitu, Chelsea tidak berani untuk memberitahu ibu panti soal ini, karena itu bisa menyebabkan kehebohan, dan ujung-ujungnya ia akan dianggap sebagai pencuri. Chelsea bingung dan resah soal itu, jadi dia memutuskan untuk tetap menyimpannya, menunggu waktu yang tepat sampai dia berani memberikan cincin ini pada sang pemiliknya. Tentu saja Chelsea terpesona pada benda itu, tapi dia tidak bisa lebih dari itu, karena cincin tersebut milik orang lain, bukan milik dirinya. Chelsea tidak punya hak untuk sekedar memakainya, jadi dia hanya menyimpannya saja di dalam laci mejanya. Di sore hari yang mendung,  Chelsea tampak sedang termenung di balkon kamarnya, memikirkan kejadian kemarin, sepertinya ia masih belum bisa melupakan kejadian-kejadian itu, terutama soal dirinya menghajar Rina Amstrong dengan sangat kuat sampak gadis angkuh itu berdarah wajahnya. Itu memang memuaskan, tapi cukup membahayakan karena bisa membuat posisinya tersingkirkan dari panti asuhan kecil ini. Chelsea tidak pernah membayangkan dia bisa mengalami hal-hal semacam itu, karena selama ini dia selalu mengalah dan mengabaikan segala olokan-olokan dari Rina Amstrong dan kawan-kawannya, tapi akhir-akhir ini dia melawan dan membuat komplotan gadis penguasa di panti asuhan ini jengkel. Sejujurnya Chelsea tidak ingin bertindak melawan pada mereka, karena itu bisa merepotkan, tapi rasanya dia tidak bisa terus-terusan diam saat dirinya diolok-olok terus-menerus setiap hari karena rasanya sangat memuakkan, apalagi jika dia sedang berada dalam mode hari yang buruk, itu bisa berakibat fatal dan dapat melukai orang lain. Perlahan-lahan, Chelsea tersadar dari lamunannya karena kulinya terkena tetesan-tetesan air yang berjatuhan dari langit. Oh, hujan. Chelsea segera bergegas masuk ke kamar untuk berteduh dan kini dia hanya sedang duduk di depan jendela sambil menikmati rintikan-rintikan hujan di luar. Rasanya sangat sepi, tapi juga menenangkan. Ini lebih baik daripada harus bertemu dengan rombongan geng Rina Amstrong yang menyebalkan. Beberapa hari yang lalu, Chelsea pernah menemukan sebuah cincin di lorong menuju aula, tapi dia tidak tahu itu milik siapa, jadi dia memutuskan untuk menyimpannya sementara di  laci mejanya, dan dia baru teringat lagi soal itu, karena itulah, Chelsea menghampiri laci mejanya dan mengambil cincin yang ditemukannya beberapa hari yang lalu. Ia memandangi cincin itu, penasaran pada pemilik dari benda cantik ini. Chelsea yakin, cincin ini pasti harganya sangat mahal, karena kilauan-kilauan emas yang mengulitinya sangat memukau juga hiasan bintang yang terdapat di bagian tengahnya sangat elegan. Cincinnya jelas mempunyai nilai seni yang sangat mahal. Meskipun begitu, Chelsea tidak berani untuk memberitahu ibu panti soal ini, karena itu bisa menyebabkan kehebohan, dan ujung-ujungnya ia akan dianggap sebagai pencuri. Chelsea bingung dan resah soal itu, jadi dia memutuskan untuk tetap menyimpannya, menunggu waktu yang tepat sampai dia berani memberikan cincin ini pada sang pemiliknya. Tentu saja Chelsea terpesona pada benda itu, tapi dia tidak bisa lebih dari itu, karena cincin tersebut milik orang lain, bukan milik dirinya. Chelsea tidak punya hak untuk sekedar memakainya, jadi dia hanya menyimpannya saja di dalam laci mejanya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD