Chapter - 03

1572 Words
Keesokan harinya, Chelsea bergegas untuk bersiap-siap memulai pelajaran, dia senang karena hari ini tampaknya Rina Amstrong tidak begitu mengganggunya lagi seperti dulu. Sebenarnya ia agak heran, tapi biarlah, begini lebih baik dibandingkan terus mengalami perundungan-perundungan menyebalkan yang dilakukan oleh gadis paling angkuh dan paling berkuasa di panti asuhan ini. Ketika Chelsea tiba di ruang kelas, ia menemukan Rina Amstrong sedang mengobrol dan bercanda ria dengan teman-teman kelompoknya, entah apa yang sedang mereka bicarakan, Chelsea tidak begitu mempedulikannya sama sekali. Namun, meskipun demikian, Chelsea merasa Rina Amstrong sembunyi-sembunyi memperhatikannya, entah apa maksudnya, tapi ia merasa ada yang tidak beres pada hal tersebut. Tidak ingin memikirkannya, Chelsea langsung saja membuka buku pelajarannya dan membaca-baca materi yang tertera di buku tersebut, untuk mempersiapkan apa yang akan diajarkan di kelas hari ini agar dirinya tidak terlalu kaget pada materinya. Itu salah satu kebiasaan yang Chelsea lakukan saat dirinya berada di kelas sebelum pelajaran dimulai. Ketika banyak anak-anak lain bercanda dan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, termasuk Rina Amstrong, Chelsea malah menyibukkan diri dengan buku pelajarannya di bangkunya sendirian, tampak begitu fokus dan serius. Banyak anak-anak yang kagum pada sikap Chelsea, tapi banyak pula yang membenci kebiasaan yang sok jenius tersebut. Terlepas dari itu semua, tetap tidak ada yang berani mendekati Chelsea, entah untuk sekedar memujinya atau mungkin menghinanya. Hari ini tampaknya sangat berbeda dari hari-hari biasanya. Dari yang seharusnya Chelsea mendengar suara-suara hinaan dan perundungan verbal dari anak-anak yang membencinya, kini mereka tampak tidak menunjukkannnya lagi hari ini. Apakah ini karena peristiwa semalam? Soal Chelsea yang memukul wajah Rina Amstrong sampai berdarah? Tapi jika itu memang terjadi, dan tersebar, mengapa tidak ada kehebohan sama sekali? Apakah mereka sengaja menutupi peristiwa itu agar tidak terdengar oleh anak-anak lain, karena itu bisa membuat harga diri Rina anjlok. Apapun alasannya, Chelsea tidak mempedulikannya. Selama dia bisa menikmati hari dengan damai, itu sudah cukup. “Hey!” Saat waktu istirahat tiba, seseorang mendekati Chelsea yang sedang duduk sendirian di taman, dia salah satu gadis teman satu gengnya Rina Amstrong. Entah apa yang membuatnya mau duduk bersebelahan dengan gadis berkulit gelap seperti Chelsea, tapi sepertinya ada yang sangat ingin disampaikan orang itu pada Chelsea. “Bukankah kau itu—” “Ya, aku kemari karena diperintah oleh Rina, panggil saja aku Nirmala,” kata gadis berambut hitam panjang itu pada Chelsea dengan ketus. “Aku hanya ingin bilang, kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu sebelumnya pada Rina.” “Bertanggung jawab? Apa maksudmu? Memangnya apa yang kulakukan?” “Jangan pura-pura bodoh! Kau sudah melukai wajah Rina Amstrong  sampai berdarah-darah! Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu sebelum Rina memberitahu Ibu Panti dan menyebarkan ke semua orang! Jika tidak ingin itu terjadi! Kau harus bertanggung jawab!” Chelsea menghela napasnya sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. “Baiklah, baiklah, apa yang harus kulakukan agar aku bisa bertanggung jawab atas apa yang kulakukan padanya? Mencium kakinya? Menjadi budaknya? Atau apa? Konyol!” Kemudian, Chelsea langsung beranjak pergi dari hadapan gadis itu saking muaknya dengan segala ocehan yang dikeluarkan orang itu padanya. Padahal Chelsea ingin menikmati waktu makan siangnya, tapi kedamaiannya rusak saat ajudan dari Rina Amstrong datang pada dirinya. Sangat menyebalkan, pikir Chelsea dengan mengembungkan pipinya kesal. Keesokan harinya, Chelsea bergegas untuk bersiap-siap memulai pelajaran, dia senang karena hari ini tampaknya Rina Amstrong tidak begitu mengganggunya lagi seperti dulu. Sebenarnya ia agak heran, tapi biarlah, begini lebih baik dibandingkan terus mengalami perundungan-perundungan menyebalkan yang dilakukan oleh gadis paling angkuh dan paling berkuasa di panti asuhan ini. Ketika Chelsea tiba di ruang kelas, ia menemukan Rina Amstrong sedang mengobrol dan bercanda ria dengan teman-teman kelompoknya, entah apa yang sedang mereka bicarakan, Chelsea tidak begitu mempedulikannya sama sekali. Namun, meskipun demikian, Chelsea merasa Rina Amstrong sembunyi-sembunyi memperhatikannya, entah apa maksudnya, tapi ia merasa ada yang tidak beres pada hal tersebut. Tidak ingin memikirkannya, Chelsea langsung saja membuka buku pelajarannya dan membaca-baca materi yang tertera di buku tersebut, untuk mempersiapkan apa yang akan diajarkan di kelas hari ini agar dirinya tidak terlalu kaget pada materinya. Itu salah satu kebiasaan yang Chelsea lakukan saat dirinya berada di kelas sebelum pelajaran dimulai. Ketika banyak anak-anak lain bercanda dan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, termasuk Rina Amstrong, Chelsea malah menyibukkan diri dengan buku pelajarannya di bangkunya sendirian, tampak begitu fokus dan serius. Banyak anak-anak yang kagum pada sikap Chelsea, tapi banyak pula yang membenci kebiasaan yang sok jenius tersebut. Terlepas dari itu semua, tetap tidak ada yang berani mendekati Chelsea, entah untuk sekedar memujinya atau mungkin menghinanya. Hari ini tampaknya sangat berbeda dari hari-hari biasanya. Dari yang seharusnya Chelsea mendengar suara-suara hinaan dan perundungan verbal dari anak-anak yang membencinya, kini mereka tampak tidak menunjukkannnya lagi hari ini. Apakah ini karena peristiwa semalam? Soal Chelsea yang memukul wajah Rina Amstrong sampai berdarah? Tapi jika itu memang terjadi, dan tersebar, mengapa tidak ada kehebohan sama sekali? Apakah mereka sengaja menutupi peristiwa itu agar tidak terdengar oleh anak-anak lain, karena itu bisa membuat harga diri Rina anjlok. Apapun alasannya, Chelsea tidak mempedulikannya. Selama dia bisa menikmati hari dengan damai, itu sudah cukup. “Hey!” Saat waktu istirahat tiba, seseorang mendekati Chelsea yang sedang duduk sendirian di taman, dia salah satu gadis teman satu gengnya Rina Amstrong. Entah apa yang membuatnya mau duduk bersebelahan dengan gadis berkulit gelap seperti Chelsea, tapi sepertinya ada yang sangat ingin disampaikan orang itu pada Chelsea. “Bukankah kau itu—” “Ya, aku kemari karena diperintah oleh Rina, panggil saja aku Nirmala,” kata gadis berambut hitam panjang itu pada Chelsea dengan ketus. “Aku hanya ingin bilang, kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu sebelumnya pada Rina.” “Bertanggung jawab? Apa maksudmu? Memangnya apa yang kulakukan?” “Jangan pura-pura bodoh! Kau sudah melukai wajah Rina Amstrong  sampai berdarah-darah! Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu sebelum Rina memberitahu Ibu Panti dan menyebarkan ke semua orang! Jika tidak ingin itu terjadi! Kau harus bertanggung jawab!” Chelsea menghela napasnya sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. “Baiklah, baiklah, apa yang harus kulakukan agar aku bisa bertanggung jawab atas apa yang kulakukan padanya? Mencium kakinya? Menjadi budaknya? Atau apa? Konyol!” Kemudian, Chelsea langsung beranjak pergi dari hadapan gadis itu saking muaknya dengan segala ocehan yang dikeluarkan orang itu padanya. Padahal Chelsea ingin menikmati waktu makan siangnya, tapi kedamaiannya rusak saat ajudan dari Rina Amstrong datang pada dirinya. Sangat menyebalkan, pikir Chelsea dengan mengembungkan pipinya kesal. Keesokan harinya, Chelsea bergegas untuk bersiap-siap memulai pelajaran, dia senang karena hari ini tampaknya Rina Amstrong tidak begitu mengganggunya lagi seperti dulu. Sebenarnya ia agak heran, tapi biarlah, begini lebih baik dibandingkan terus mengalami perundungan-perundungan menyebalkan yang dilakukan oleh gadis paling angkuh dan paling berkuasa di panti asuhan ini. Ketika Chelsea tiba di ruang kelas, ia menemukan Rina Amstrong sedang mengobrol dan bercanda ria dengan teman-teman kelompoknya, entah apa yang sedang mereka bicarakan, Chelsea tidak begitu mempedulikannya sama sekali. Namun, meskipun demikian, Chelsea merasa Rina Amstrong sembunyi-sembunyi memperhatikannya, entah apa maksudnya, tapi ia merasa ada yang tidak beres pada hal tersebut. Tidak ingin memikirkannya, Chelsea langsung saja membuka buku pelajarannya dan membaca-baca materi yang tertera di buku tersebut, untuk mempersiapkan apa yang akan diajarkan di kelas hari ini agar dirinya tidak terlalu kaget pada materinya. Itu salah satu kebiasaan yang Chelsea lakukan saat dirinya berada di kelas sebelum pelajaran dimulai. Ketika banyak anak-anak lain bercanda dan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, termasuk Rina Amstrong, Chelsea malah menyibukkan diri dengan buku pelajarannya di bangkunya sendirian, tampak begitu fokus dan serius. Banyak anak-anak yang kagum pada sikap Chelsea, tapi banyak pula yang membenci kebiasaan yang sok jenius tersebut. Terlepas dari itu semua, tetap tidak ada yang berani mendekati Chelsea, entah untuk sekedar memujinya atau mungkin menghinanya. Hari ini tampaknya sangat berbeda dari hari-hari biasanya. Dari yang seharusnya Chelsea mendengar suara-suara hinaan dan perundungan verbal dari anak-anak yang membencinya, kini mereka tampak tidak menunjukkannnya lagi hari ini. Apakah ini karena peristiwa semalam? Soal Chelsea yang memukul wajah Rina Amstrong sampai berdarah? Tapi jika itu memang terjadi, dan tersebar, mengapa tidak ada kehebohan sama sekali? Apakah mereka sengaja menutupi peristiwa itu agar tidak terdengar oleh anak-anak lain, karena itu bisa membuat harga diri Rina anjlok. Apapun alasannya, Chelsea tidak mempedulikannya. Selama dia bisa menikmati hari dengan damai, itu sudah cukup. “Hey!” Saat waktu istirahat tiba, seseorang mendekati Chelsea yang sedang duduk sendirian di taman, dia salah satu gadis teman satu gengnya Rina Amstrong. Entah apa yang membuatnya mau duduk bersebelahan dengan gadis berkulit gelap seperti Chelsea, tapi sepertinya ada yang sangat ingin disampaikan orang itu pada Chelsea. “Bukankah kau itu—” “Ya, aku kemari karena diperintah oleh Rina, panggil saja aku Nirmala,” kata gadis berambut hitam panjang itu pada Chelsea dengan ketus. “Aku hanya ingin bilang, kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu sebelumnya pada Rina.” “Bertanggung jawab? Apa maksudmu? Memangnya apa yang kulakukan?” “Jangan pura-pura bodoh! Kau sudah melukai wajah Rina Amstrong  sampai berdarah-darah! Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu sebelum Rina memberitahu Ibu Panti dan menyebarkan ke semua orang! Jika tidak ingin itu terjadi! Kau harus bertanggung jawab!” Chelsea menghela napasnya sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. “Baiklah, baiklah, apa yang harus kulakukan agar aku bisa bertanggung jawab atas apa yang kulakukan padanya? Mencium kakinya? Menjadi budaknya? Atau apa? Konyol!” Kemudian, Chelsea langsung beranjak pergi dari hadapan gadis itu saking muaknya dengan segala ocehan yang dikeluarkan orang itu padanya. Padahal Chelsea ingin menikmati waktu makan siangnya, tapi kedamaiannya rusak saat ajudan dari Rina Amstrong datang pada dirinya. Sangat menyebalkan, pikir Chelsea dengan mengembungkan pipinya kesal.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD