Mengenang 40 Hari Prof Dr Syafii Maarif
Muhammadiyah Tengah Berduka
Pena Persatuan, Mei 27, 2022
PENAPERSATUAN – Innalillahi wa inna ilaihi rijiun…Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berduka. Telah wafat Buya Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif pada hari Jumat tgl 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
إنا لله و إنا إليه راجعون. أللّهمّ اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه وأكرم نزوله ووسّع مدخله. وأدخله الجنّة وأعذه من عذاب القبر وفتنته ومن عذاب النّار.
آمّين يآ ربّ العالمين.
Semoga beliau husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dilapangkan di kuburnya, dan ditempatkan di jannatun na’im. Mohon dimaafkan kesalahan beliau dan do’a dari semuanya. Pemakaman dll informasinya menyusul. Demikian pesan singkat dari Haedar Nashir, PP Muhammadiyah.
Prof. Dr. K.H. Ahmad Syafii Maarif (bahasa Arab: احمد شافعي معارف; 31 Mei 1935 – 27 Mei 2022) atau akrab disapa Buya Syafi’i adalah seorang ulama dan meninggal: 27 Mei 2022 (umur 86) di Sleman, D. I. Yogyakarta
Lahir: 31 Mei 1935;Sumpurkudus, Sijunjung, Sumatra Barat.
Prof.Dr. Ahmad Syafii Maarif, MA lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935. Ia lahir dari pasangan Ma’rifah Rauf Datuk Rajo Malayu, dan Fathiyah. Ia bungsu dari 4 bersaudara seibu seayah, dan seluruhnya 15 orang bersaudara seayah berlainan ibu.Ayahnya adalah saudagar gambir, yang belakangan diangkat sebagai kepala suku di kaumnya. Sewaktu Syafii berusia satu setengah tahun, ibunya meninggal. Syafii kemudian dititipkan ke rumah adik ayahnya yang bernama Bainah, yang menikah dengan adik seibu ibunya yang bernama A. Wahid.
Pada tahun 1942, ia dimasukkan ke sekolah rakyat (SR, setingkat SD) di Sumpur Kudus.Sepulang sekolah, Pi’i, panggilan akrabnya semasa kecil, belajar agama ke sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah pada sore hari dan malamnya belajar mengaji di surau yang berada di sekitar tempat ia tinggal, sebagaimana umumnya anak laki-laki di Minangkabau pada masa itu. Pendidikannya di SR, yang harusnya ia tempuh selama enam tahun, dapat ia selesaikan selama lima tahun. Ia tamat dari SR pada tahun 1947, tetapi tidak memperoleh ijazah karena pada masa itu terjadi perang revolusi kemerdekaan.[8] Namun, setelah tamat, karena beban ekonomi yang ditanggung ayahnya, ia tidak dapat meneruskan sekolahnya selama beberapa tahun.[4] Baru pada tahun 1950, ia masuk ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah di Balai Tangah, Lintau sampai duduk di bangku kelas tiga.
Merantau ke Jawa
Pada tahun 1953, dalam usia 18 tahun, ia meninggalkan kampung halamannya untuk merantau ke Jawa. Bersama dua adik sepupunya, yakni Azra’i dan Suward, ia diajak belajar ke Yogyakarta oleh M. Sanusi Latief. Namun, sesampai di Yogyakarta, niatnya semula untuk meneruskan sekolahnya ke Madrasah Muallimin di kota itu tidak terwujud, karena pihak sekolah menolak menerimanya di kelas empat dengan alasan kelas sudah penuh. Tidak lama setelah itu, ia justru diangkat menjadi guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia di sekolah tersebut tetapi tidak lama. Pada saat bersamaan, ia bersama Azra’i mengikuti sekolah montir sampai akhirnya lulus setelah beberapa bulan belajar. Setelah itu, ia kembali mendaftar ke Muallimin dan akhirnya ia diterima tetapi ia harus mengulang kuartal terakhir kelas tiga. Selama belajar di sekolah tersebut, ia aktif dalam organiasi kepanduan Hizbul Wathan dan pernah menjadi pemimpin redaksi majalah Sinar (Kini Dibawahi oleh Lembaga Pers Mu’allimin), sebuah majalah pelajar Muallimin di Yogyakarta.
Setelah ayahnya meninggal pada 5 Oktober 1955, kemudian ia tamat dari Muallimin pada 12 Juli 1956, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya, terutama karena masalah biaya. Dalam usia 21 tahun, tidak lama setelah tamat, ia berangkat ke Lombok memenuhi permintaan Konsul Muhammadiyah dari Lombok untuk menjadi guru. Sesampai di Lombok Timur, ia disambut oleh pengurus Muhammadiyah setempat, lalu menuju sebuah kampung di Pohgading tempat ia ditugaskan sebagai guru. Setelah setahun lamanya mengajar di sebuah sekolah Muhammadiyah di Pohgading, sekitar bulan Maret 1957, dalam usia 22 tahun, ia mengunjungi kampung halamannya, kemudian kembali lagi ke Jawa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Surakarta. Sesampai di Surakarta, ia masuk ke Universitas Cokroaminoto dan memperoleh gelar sarjana muda pada tahun 1964. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya untuk tingkat sarjana penuh (doktorandus) pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta) dan tamat pada tahun 1968. Selama kuliah, ia sempat menggeluti beberapa pekerjaan untuk melangsungkan hidupnya. Ia pernah menjadi guru mengaji dan buruh sebelum diterima sebagai pelayan toko kain pada 1958. Setelah kurang lebih setahun bekerja sebagai pelayan toko, ia membuka dagang kecil-kecilan bersama temannya, kemudian sempat menjadi guru honorer di Baturetno dan Solo.Selain itu, suami dari Hj Nurchalifah ini juga sempat menjadi redaktur Suara Muhammadiyah dan anggota Persatuan Wartawan Indonesia.
Karier
Selanjutnya bekas aktivis Himpunan Mahasiswa Islam ini, terus meneruskan menekuni ilmu sejarah dengan mengikuti Program Master di Departemen Sejarah Universitas Ohio, AS. Sementara gelar doktornya diperoleh dari Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Universitas Chicago, AS, dengan disertasi: Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia.
Selama di Chicago inilah, anak bungsu dari empat bersaudara ini, terlibat secara intensif melakukan pengkajian terhadap Al-Quran, dengan bimbingan dari seorang tokoh pembaharu pemikiran Islam, Fazlur Rahman. Di sana pula, ia kerap terlibat diskusi intensif dengan Nurcholish Madjid dan Amien Rais yang sedang mengikuti pendidikan doktornya.
Penulis Damiem Demantra membuat sebuah novel tentang masa kecil Ahmad Syafi’i Maarif, yang berjudul ‘Si Anak Kampung’. Novel ini telah difilmkan dan meraih penghargaan pada America International Film Festival (AIFF).
Aktivitas
Setelah meninggalkan posisinya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, kini ia aktif dalam komunitas Maarif Institute. Di samping itu, guru besar IKIP Yogyakarta ini, juga rajin menulis, di samping menjadi pembicara dalam sejumlah seminar. Sebagian besar tulisannya adalah masalah-masalah Islam, dan dipublikasikan di sejumlah media cetak. Selain itu ia juga menuangkan pikirannya dalam bentuk buku. Bukunya yang sudah terbit antara lain berjudul: Dinamika Islam dan Islam, Mengapa Tidak?, kedua-duanya diterbitkan oleh Shalahuddin Press, 1984. Kemudian Islam dan Masalah Kenegaraan, yang diterbitkan oleh LP3ES, 1985. Atas karya-karyanya, pada tahun 2008 Syafii mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina.[14]
Wafat
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Ahmad Syafii Maarif meninggal dunia[15] di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, pukul 10.15 WIB, Jumat (27/5/2022). Sebelumnya, Buya masuk ke rumah sakit itu sejak Sabtu (14/5) karena mengeluh sesak napas akibat jantung. Bahkan, pada awal Maret lalu, Buya Syafii juga sempat menjalani perawatan medis di RS PKU Gamping. Buya hampir dua pekan menjalani perawatan sampai kondisinya membaik dan diperkenankan untuk pulang. Ribuan mu’aziyin datang silih berganti melepas kepulangan almarhum.(***)
Selamat Jalan Abuya, Guru Bangsa yang Sederhana dan Bersahaja
PenaPersatuan, Mei 27, 2022
PENAPERSATUAN – Indonesia kembali berduka. Tidak saja PP Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berduka. Wafatnya Buya Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif pada hari Jumat tgl 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah, Gamping, dirasakan benar tidak saja oleh kalangan civitas akademik di Jogjakarta. Mungkin, sebagian orang mengenal beliau hanya sebatas seorang Rektor IKIP Jogja (kini Universitas Negeri Jogjakata/UNJ-red).
Civitas akademik UII juga turut kehilangan guru bangsa yang arif, sederhana, luas serta bersahaja. Prof. Dr. Moh. Mahfud MD selaku Dewan Penasehat Alumni UII beserta jajaran DPP IKA UII, Dr. Amir Syarifuddin, MH ( Ketua DPP IKA UII) turut melayat pada Jum’at (27/5). Semoga beliau husnul khatimah. Demikian juga oleh sebagian mahasiswa yang pernah tinggal di Jogja, sudah barang tentu mengenal beliau yang terkadang sangat tegas dengan kemungkaran. Namun dengan anak muda mampu mengimbangi perbincangan.
Kepergian tokoh Muhamnadiyah ini juga dirasakan pembina alumni Fakultas Hukum UII Jogja, “Semoga khusnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dilapangkan di kuburnya, dan ditempatkan di surga,” papar Hj Nurul Hidayah S, SH.MSi alumnus FH UII Jogjakarta 2002.
Sementara itu, Ketum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf menyatakan, “Kita kehilangan tokoh besar bagi kita semua. Kehilangan Buya Syafi’i Maarif. Beliau adalah pengasuh ruhani dan orang tua yang kita cintai semua. Atas nama keluarga besar PBNU saya menyampaikan belajar Singkawang atas kepulangan Abuya, Keluarga besar Muhammadiyah dan segenap bangsa. Adalah menjadi tanggung jawab kita semua untuk melanjutkan visi dan idealisme buya. Semoga barokah dan perjuangan buya terus langgeng untuk kita dalam memperjuangkan kemuliaan bagi peradaban dunia bagi kita semua,” tuturnya.
Sementara itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyampaikan dukacita mendalam atas wafatnya mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif Jumat (27/5/2022). JK menilai Buya sebagai sosok yang banyak berjasa tidak hanya di organisasi Muhammadiyah, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia. “Almarhum Pak Syafii Maarif yang menjadi guru bangsa, negarawan, dan pembimbing kita semuanya,” kata JK yang juga ketua Dewan Masjid Indonesia.
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif pada hari ini, Jumat (27/5/2022).
Ketua DPP PPP Achmad Baidowi mengatakan, partainya mengaku amat kehilangan Buya sebagai cendekiawan muslim. “Kita kehilangan sosok cendekiawan muslim yang mumpuni, teduh dalam berpendapat, mengajarkan moderasi dalam beragama,” kata Baidowi
(Red/Aji S)
Banyak Tokoh Bangsa Kehilangan Abuya Syafi'i
Jogjakarta-Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, menyampaikan rasa duka dan kehilangan atas wafatnya sosok yang akrab disapa Buya Syafii itu.
Haedar menerangkan, Buya Syafii sudah selama hampir satu bulan dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Meskipun sempat kembali ke rumah, namun Buya Syafii kemudian kembali dilarikan ke rumah sakit dua pekan lalu karena mengeluhkan sesak napas.
Bahkan, pada 26 Maret 2022 lalu, Presiden Jokowi dan Mensesneg Pratikno sempat menjenguk Buya Syafii setelah ke luar dari RS dengan kondisi segar bugar. Tapi, 13 hari lalu Buya merasakan lagi sakitnya dan harus dirawat di RS PKU Gamping.
Buya dirawat dengan tim dokter lengkap dan berkoordinasi langsung dengan tim dokter kepresidenan. Walau masih sempat sarapan pagi dan berkomunikasi pada Jumat pagi, sekitar 07.30 WIB Buya Syafii mengalami kritis sampai 10.15 WIB.
"Terima kasih kepada seluruh pihak yang begitu mencintai beliau dengan segala dukungan, takziah, doa bahkan tadi jamaah yang men-shalati beliau bergelombang tiada henti," kata Haedar di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Jumat (27/5/2022).
Atas semuanya Haedar menyampaikan jazakumullah khairan katsiran. Kemudian, mewakili keluarga Buya Syafii dan keluarga besar Muhammadiyah, Haedar memohon maaf jika Buya Syafii ada kelemahan, kekurangan, kekhilafan dan kesalahan.
Lalu, jika ada hak-hak yang belum ditunaikan dan diselesaikan PP Muhammadiyah terbuka menyelesaikan. Senada yang disampaikan Presiden Jokowi, Haedar melihat sosok Buya Syafii sebagai pribadi yang sederhana dan bersedia menerima kritik.
"Beliau selalu berpesan agar menjaga keutuhan bangsa, keutuhan Muhammadiyah, dan keutuhan umat, itu yang selalu diulang," ujar Haedar.
Haedar berpendapat, pemikiran dan jejak langkah Buya Syafii sudah disaksikan seluruh masyarakat Indonesia. Karenanya, ia berharap, apa yang semasa hidup sudah dikerjakan Buya semuanya bisa menjadi amal jariyah dan ilmu bermanfaat.
"Dan seluruh jejak pengabdian menjadi uswah hasanah bagi negeri tercinta," kata Haedar. Sementara itu, Presiden RI Ir.H. Joko Widodo ikut menyalatkan jenazah mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif di Masjid Besar Kauman Yogyakarta, Jumat, 27 Mei 2022. Presiden Jokowi hadir sekitar pukul 15.00 WIB. Sebelum salat jenazah, Presiden Jokowi bersama jemaah di Masjid Besar Kauman me⁹ngikuti ibadah salat Asar. Salat jenazah diimami Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Usai salat jenazah dilakukan upacara pemberangkatan di dalam masjid. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan Buya Syafii merupakan sosok guru bangsa yang hidup sederhana.
"Beliau adalah leader terbaik Muhammsiyah yang selalu menyuarakan tentang keberagaman dan selalau menyuarakan tetang tolarensi antarumat beragama," ujar Jokowi. Ungkapan rasa duka mendalam juga datang dari Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais mengucapkan dukacita atas meninggalnya mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif. Amien mengenang Buya Syafii sebagai sahabat sedari muda.
"Pada hari ini saya berdukacita sangat mendalam karena sahabat saya, karib saya, sejak muda sampai setua ini, saya sebagai saksi bahwa dalam kehidupan yang panjang almarhum telah banyak jasanya buat Muhammadiyah, buat bangsa kita," ucap Amien Rais, Jumat (27/5/2022).
Amien, yang juga pernah menjabat Ketum PP Muhammadiyah, mendoakan almarhum Syafii Maarif.
"Saya doakan mudah-mudahan Saudara Buya Syafii Maarif diterima amal salehnya, diampuni dosa-dosanya, dan beserta orang orang yang mendapatkan ridho Allah, ditempatkan di sisi Allah secara sebaik-baiknya," katanya.
Sebelum salat jenazah, Presiden Jokowi bersama jemaah di Masjid Besar Kauman mengikuti ibadah salat Asar. Salat jenazah diimami Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Usai salat jenazah dilakukan upacara pemberangkatan di dalam masjid. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan Buya Syafii merupakan sosok guru bangsa yang hidup sederhana.
"Beliau adalah leader terbaik Muhammsiyah yang selalu menyuarakan tentang keberagaman dan selalau menyuarakan tetang tolarensi antarumat beragama," ujar Jokowi.
Jenazah tokoh bangsa ini dimakamkan di Pemakaman Khusnul Khotimah, Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.(***)
Tahlilan 7 Hari Wafatnya KH. Abbas Muin dan Prof. Dr. Syafii Maarif
Juni 2, 2022 Admin 0 Komentar KH. Abbas Mu'in, PBNU, Prof. Dr. Buya Ahmad Syafii Maarif, Tahlil
PENAPERSATUAN – Bertempat di Masjid An-Nahdhah di kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, digelar peringatan mengenang profil dua tokoh besar yakni KH. Abbas Muin (Lakspedam NU) dan Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Mantan Ketua PP Muhammadiyah) pada Kamis 2 Juni 2022 (2 Dzulqo’dah 1443 H).
Acara yang dimulai ba’da Isya ini dipandu oleh Rojali dengan pembacaan Yasin oleh H. Satiri Ahmad (DKM An-Nahdhah) dan doa tahlil oleh KH. Ruhiyat Hasby, Ketua PCNU Karawang, Jawa Barat.
Agenda tahlil dan doa bersama ini akan digelar di Masjid An-Nahdlah PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Acara yang yang dimulai pukul 19.30 WIB ini juga digelar secara daring melalui tautan zoom meeting juga disiarkan langsung melalui kanal Youtube TVNU.
Lepas acara Yasinan dan Tahlilan bersama acara berlanjut dengan testimoni mengenang dua tokoh besar NU dan Muhammadiyah yang wafat di Jum’at (27/5).
Secara berurutan pembicara yang hadir Mahbib, Ulil Absar Abdala (Lakspedam NU), Ahmad Suaedy (Unisnu Jakarta) Amsar Dul Manan, Ahmad Rumadi, KH Amir Ma’ruf (Lazis NU) memberikan pesan dan kesan kedua sosok pejuang umat yang sederhana dan bersahaja. Acara ini dikuti oleh ratusan peserta baik luring maupun daring.
“Kita mengirimkan doa dan tahlil kepada kedua tokoh ini nanti malam. Beliau (Kiai Abbas Muin dan Buya Syafii) merupakan tokoh penting yang harus kita hormati. Sebagai bentuk penghormatan kepada jasa-jasa beliau-beliau ini, kita akan berkirim doa,” ungkap Gus Ulil.
Acara ini berakhir pada waktu 24.00 tepat.
(Red/Aji Setiawan
Pergulatan Panjang Jalan Intelektual Abuya Dalam Berbagai Buku
Meninggal di usia 87 tahun (27 Mei 2022), Buya Syafii Maarif yang memiliki nama lengkap Ahmad Syafii Maarif ini merupakan seorang ulama dan cendekiawan Indonesia yang juga rajin menulis dan kerap kali menjadi pembicara dalam sejumlah seminar. Kiranya adalah tepat pada Kamis ,7Juli 2022 menjadi penanda 40 hari meninggalnya beliau. Sekalipun sudah berpulang, Abuya melalui buku-bukunya menjadi inspirasi kaum muda untuk menyerap ide-ide dan gagasan Abuya yang otentik tentang Peradaban Besar Islam.
Dari usia muda , Abuya rajin membaca, menulis, semua sudah dimulai dari usia muda dan dikerjakan sendiri dari menulis, mengedit dan mengirimkan email secara manual ke berbagai penerbit. Saya kira kegigihan dan sekaligus keuletan tersendiri selain tentu saja modal gagasan besar yang autentik dengan narasi besar peradaban baru menjadi sudah keunggulan tersendiri disamping kemampuan menyampaikan narasi itu melalui bahasa mudah, sederhana dan Menerobos sekat-sekat kebutuhan.Galibnya, keberanian dalam menyampaikan sikap dengan bahasa yang singkat, berani dan sederhana menjadi ikonik yang mudah diterima oleh banyak kalangan
Sebagian besar tulisannya adalah masalah-masalah Islam, dan dipublikasikan di sejumlah media cetak dan dalam bentuk buku. Berikut deretan karya-karya Buya Syafii Maarif yang fenomenal.
Penghargaan dan buku yang ditulis Buya Syafii Maarif
Buya Syafii Maarif juga sering menulis dalam jurnal (Informasi, Sigma Pi Gama dan Mizan), majalah (Panji Masyarakat, Suara Muhammadiyah, Dermaha, Ishlah dan Genta) dan surat kabar (Mercu Suar, Abadi, Adil dan Kedaulatan Rakyat).
Buku-buku yang telah ditulis antara lain:
Gerakan Komunis di Vietnam, Mengapa Vietnam Jatuh Seluruhnya ke Tangan Komunis?
Aspirasi Umat Islam Indonesia (tulisan bersama)
Percik-Percik Pemikiran Iqbal (bersama Mohammad Diponegoro)
Dinamika Islam: Potret Perkembangan Islam di Indonesia, Duta Islam untuk Dunia Moderen (bersama Mohammad Diponegoro)
Islam, Kenapa Tidak! dan Orientalisme dan Humanisme Sekuler (bersama DR. M. Amien Rais)
Masa Depan Dalam Taruhan (2000)
Mencari Autentisitas (2004)
Meluruskan Makna Jihad (2005)
Menerobos Kemelut (2005)
Menggugah Nurani Bangsa (2005).
Buya Syafii Maarif juga aktif sebagai kolumnis dan pemakalah di dalam dan luar negeri.
Sedangkan penghargaan yang pernah diperoleh di antaranya adalah:
Hamengku Buwono IX (2004) atas kegigihannya memperjuangkan kehidupan yang harmonis membangun hubungan antar agama yang baik
Magsaysay Award pada tahun 2008 (Manila, 31 Agustus 2008) untuk kategori Peace and International Understanding
Bacharuddin Jusuf Habibie Award 2010 dalam bidang khusus Harmoni Kehidupan Beragama
Tokoh Perbukuan Islam 2011 dari Islamic Book Fair (IBF) Award atas karya-karyanya yang dinilai banyak memberikan inspirasi serta kontribusi bagi perkembangan perbukuan di Indonesia terutama mengenai buku-buku Islam
Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) Award pada tahun 2011 untuk kategori Tokoh Pemerhati Pemerintahan atas kinerja Buya yang tidak henti-hentinya memberikan masukan yang kritik-konsruktif, dan
Lifetime Achievement Soegeng Sarjadi Award on Good Governance untuk kategori Intelectual Integrity dari Soegeng Sarjadi Syndicate yang menganggap Buya sebagai tokoh yang terus-menerus memperjuangkan hak-hak publik melalui kritikan dan ajakan untuk menegakkan keadilan di Indonesia.
Banyak hal yang telah ditulis Abuya, tidak kurang dari 30 karya Buku yang sudah ditulis dan dicetak,Abuya menyajikan Agama Islam tidak saja sebagai sumber nilai, pluralitas juga menjadi narasi besar yang menghiasai banyak buku. Disamping tentu saja Buya Syafii menuangkan pemikirannya soal berbagai masalah kemanusiaan yang bersifat ambivalen. Melansir repository UMY, Buya Syafii juga menyoal manusia yang menyebut dirinya mulia namun kerap memperlihatkan perilaku hina.
Dalam buku terbitan Grafindo Khazanah Ilmu tahun 2005 ini, Buya Syafii mengajak umat muslim untuk membuka mata bahwa nilai-nilai agama dapat mencegah manusia dalam perilaku hina tersebut.
Buku terbitan Bunyan atau PT Bentang Pustaka ini juga mengulas pemikiran Buya Syafii yang menyinggung soal nafsu kekuasaan tanpa diiringi dengan kekuatan moral. Pembaca diajak berpikir tentang rasa haus akan kejayaan yang kerap mengalahkan agama, sebagaimana dikutip dari Google Books.
Dikutip dari Wikipedia, atas karya-karyanya, pada tahun 2008 Buya Syafii Maarif mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina.
Buya Syafii Maarif pernah menjadi dosen FPIPS IKIP, IAIN Sunan Kalijaga, dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Kemudian, penasihat PP Muhammadiyah, Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Yogyakarta, dan Pendiri Maarif Institute.
Selama menjadi dosen dan belajar di Amerika Serikat, Buya Syafii Maarif disebut sangat sering menghadiri seminar dan simposium di dalam dan luar negeri. Di akhir usia, Abuya masih tercatat menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI.(***) Aji Setiawan,mantan wartawan alkisah ,Jakarta. SIMPEDES 372001029009535