"Hey, apa yang kau lakukan?!" Pekikan seorang pria
Membuat Diana yang sedang mem pilok mobil seseorang menoleh ke arahnya. Melotot kan matanya menduga bahwa sang pria adalah pemilik mobil tersebut. Mengambil ancang ancang untuk melarikan diri pun dia lakukan. Namun sayang sang pria lebih dulu mencekal tangannya.
Ah sial!
"Apa yang kau lakukan?!" Ulang pria tersebut
Diana menundukkan kepalanya, "Maaf kan saya pak" Ucapnya pelan
"Pak... Pak... Saya bukan Bapakmu!. Kenapa kau mencoret coret mobil saya?!"
"Saya hanya bermain truth or dare dengan teman teman saya" Ucapnya lirih
"Saya tidak peduli dengan itu. Apa orang tuamu tidak mengajarkan sopan santun kepadamu?!"
Diana menjilat bibir bawahnya gugup, "Saya akan menggantinya. Berapa yang harus saya bayar?"
"Ckk, dasar anak jaman sekarang!. Kau pikir saya tidak punya uang hingga meminta pada bocah ingusan sepertimu?!" Sarkasnya
"Minggir" Lanjutnya menepis kasar tangan Diana yang dia genggam
"Cih Benar benar tidak punya sopan santun" Ucapnya pelan saat memasuki mobilnya
Di liriknya Diana yang masih berdiri kikuk di samping mobilnya. Tak lama Diana berlalu meninggalkan mobilnya dengan menggendong tasnya.
"Ck, kenapa Rio tidak mengankat teleponku?" Ucapnya kesal
"Kenapa sial sekali diriku hari ini. Aku takkan pergi sendiri lagi mulai saat ini!"
"Huh, menyebalkan. Sudah ke tumpahan kopi panas, dan sekarang lihat. Mobilku di coret coret oleh seorang anak SMA?!. Entah apa lagi yang akan terjadi nanti." Gerutunya
"Bagaimana aku akan menjemput Eliza kalau begini." Seketika kekesalannya bertambah kala mengingat ia akan makan siang bersama kekasihnya.
"Diana Meggie W " Ucapnya mengingat bet nama Diana
"Awas saja nanti kalau aku bertemu dia lagi. Memangnya dia siapa? Berani sekali memanggilku Bapak. Emang tampangku se tua itu apa?!" Cerocosnya
***
"Ini semua salahmu, Anna!"
"Sudahlah, Diana. Itu cuma permainan." Lerai Bella membantu saudara kembarnya lepas dari amarah Diana
Prang
"Diamlah!" Bentaknya sambil membanting botol alkohol yang ada di meja. Salah satu pelayan langsung membersihkan pecahan botol kaca itu.
"Maaf kan aku Diana. Aku benar benar minta maaf. Aku tak tau kalau akan menjadi seperti ini" Ucap Anna penuh penyesalan, dan Diana hanya mengacuhkannya.
"Pelayan" Panggil Diana
"Iya, Nona"
"Kapan Ayah akan pulang?"
"Sekitar satu jam lagi, Nona"
"Siapkan air hangat untukku mandi" Perintah Diana
"Baik, Nona" Ucap pelayan tersebut sambil membungkuk 'kan badannya undur diri
"Ahh aku sungguh lelah sekali" Ucapnya berlalu pergi menuju kamarnya yang berada di lantai atas
Anna dan Bella saling tatap satu sama lain dan menggidikkan bahu nya acuh, kemudian keluar dari kediaman keluarga Wilson.
***
Tok tok tok
"Masuk"
"Maaf Tuan. Di bawah ada Nona Eliza"
Pria yang sedang duduk angkuh di kursi kebesarannya itu pun menoleh ke arah Asisten pribadinya, "Keributan apa lagi yang dia buat?" Tanyanya seolah Eliza selalu membuat keributan saat di kantornya
"Nona Eliza memberontak masuk ingin bertemu dengan anda, Tuan. Nona Eliza juga mengaku sebagai calon istri anda, Tuan Nathan."
Nathan Abigael Einstein, Nathan. Pria berumur 27th itu menghela nafas panjang, "Usir" Perintahnya dingin.
Sudah muak dengan kelakuan mantan kekasihnya yang dengan beraninya menidurinya saat dia dalam pengaruh alkohol.
"Baik, Tuan."
"Tunggu" Ucap Nathan sambil berjalan kearah Rio, Asisten pribadinya.
"Beri jaminan kalau dia mengandung anak saya." Lanjutnya lalu kembali ke tempatnya.
.
.
.
Saya penulis amatir~