Gadis Berhijab Merah

1292 Words
Leo yang sedang mengunyah bakso tersedak. Berbeda dengan Rayhan, juga kedua sahabatnya, Luna dan Clarissa yang menatap Ana dengan pandangan aneh dan sulit diartikan seolah mereka berkata; "Tumben si Ana berani ngegombalin Rayhan. Biasanya juga kalau ketemu diem aja dan cuma berani natap curi-curi pandang. Lah sekarang udah berani ngegombal, kesambet apaan dia? Tapi bagus sih ada perubahan. Siapa tahu mereka jodoh kan? Yang satu cantik, yang satu ganteng. Anaknya seperti apa ya nantinya? Pasti cantik dan ganteng seperti orang tuanya. Aku dukung kamu, Na. Aku dukung. Semangat!!!" ucap Luna dalam hati, sambil terus menatap Ana. "Wah, si Ana udah mulai berani nih mendekati Rayhan. Aku harus apa ya sekarang? Mengikuti jejak Ana, berusaha dekat dengan Rayhan, bersaing secara sehat dengan Ana? Atau diam saja di tempat, membiarkan Ana dekat dengan Rayhan? Atau yang paling jahat, menggagalkan aksi pendekatan Ana terhadap Rayhan? Ah tidak, tidak. Bagaimanapun Ana adalah sahabat terbaik aku. Kalaupun aku ingin maju selangkah, aku harus melangkah dengan cara yang sehat, bukan dengan cara yang jahat," ucap Clarissa dalam hati, sambil terus menatap Ana dengan tatapan yang sulit diartikan. Clarissa tak menyangka bahwa Ana, sahabat dekatnya, akan seberani itu sekarang. Clarissa tahu sahabatnya itu telah memendam rasa terhadap Rayhan sedari dulu, sedari mereka masih kuliah semester pertama. Tapi yang dia tahu, Ana itu bisa dibilang pasif terhadap lawan jenis. Maklum, ini pengalaman pertama Ana jatuh cinta, dan jelas dia sama sekali belum pernah merasakan pacaran. Tapi setelah mengetahui Ana yang sekarang, sepertinya Clarissa harus waspada dan berfikir untuk bertindak satu langkah lebih maju dari sahabatnya itu. "Tadi Ana menggombali saya?" ucap Rayhan dalam hati, sambil sesekali menatap Ana, kemudian mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Rayhan tak menyangka Ana berani menggombalinya. Yang Rayhan tahu, selama ini Ana adalah orang yang cuek terhadap lawan jenis. Pernah sih sesekali ia melihat Ana akrab dengan laki-laki, itu pun pasti membicarakan hal-hal yang serius dan penting. Tapi sekarang seorang Rayana Az-Zahra berani menggombalinya? Rayhan terkejut sekaligus senang. Entahlah, dirinya pun bingung. Padahal bukan sekali dua kali dirinya digombali oleh seorang perempuan. Bahkan kalau dihitung-hitung bisa puluhan kali lebih. Secara Rayhan ini merupakan salah satu most wanted di kampus. Tapi kenapa ketika dia mendengar gombalan yang bisa dibilang receh dari seorang Rayana Az-Zahra, dia merasa seperti ada kupu-kupu yang terbang diperutnya? Rayhan jadi bingung jadinya. Dan masih banyak pemikiran-pemikiran aneh lainnya. "Kesambet apaan kamu, Na?" tanya Leo, setelah berhasil meneguk air mineralnya sampai habis, efek tersedaknya tadi, dan juga Luna yang telah tersadar dari keterkejutannya mendengar ucapan Ana. Mereka berdua bertanya kompak sekali, sampai-sampai kata dan intonasinya pun sama, wk wk. "Cie cie yang ngomongnya barengan," goda Clarissa sambil menatap jahil Luna dan Leo. "Apaan sih, Sa. Kenapa kamu ikut-ikutan aku ngomong kayak gitu tadi?" ucap Luna marah, sambil menatap Leo dengan tatapan sebalnya. Karena ucapan mereka yang sama dan berbarengan tadi, Luna jadi digoda oleh Clarissa, sahabatnya. "Ih, nggak ya. Aku yang kepikiran duluan buat ngomong kayak gitu tadi, jangan asal ngomong kamu! Jadinya fitnah tau," ucap Leo dengan nada sebalnya, tak terima dengan tuduhan Luna. "Oh yaa? Jangan-jangan kamu memang sengaja ngebareng-barengin pas aku ngomong, biar dikira jodoh," ucap Luna tak mau kalah. "Kepedeean banget kamu. sorry ya, kamu bukan tipe aku," ucap Leo sambil menggerak-gerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri di hadapan Luna. "Terserah kamu. Kamu juga bukan tipe aku," ucap Luna sebal. Kemudian memalingkan mukanya ke arah lain. Dirinya kesal, kenapa Leo harus bawa-bawa tipe cewek coba? Apa tadi dia bilang? Luna tidak termasuk kedalam tipe ceweknya? Matanya picek kali ya, sampai nggak bisa lihat bidadari tanpa sayap kayak Luna? "Kalian berdua apa-apaan sih, ribut mulu kerjaannya kalau ketemu. Kaya Tom dan Jerry tau nggak? Ya emang salah kalau aku nanya gitu ke Rayhan? Dianya aja biasa aja, kenapa kalian yang repot? Lagian aku tuh cuma bercanda kali, soalnya si Rayhan kan dari tadi nggak kedengeran suaranya, diem mulu. tadi tuh aku cuma bercanda ya, ber-can-da!!" lerai Ana yang sudah bosan mendengar Tom dan Jerry sedang adu mulut. Dia yakin kalau dirinya tidak segera melerai keduanya, sampai adzan maghrib berkumandang pun mereka berdua tidak akan berhenti. Ana juga berusaha mengelak, padahal ucapan polos dirinya tadi serius ingin menggombali Rayhan. Eh malah pada begitu responnya, ya sudah dia bilang bercanda. Padahal menggombali Rayhan tadi adalah salah satu misi pendekatannya terhadap Rayhan. Karena menurut artikel yang dia baca kemarin, salah satu misi pendekatan terhadap lawan jenis yang lumayan efektif adalah dengan memberikan sebuah gombalan. ya, Rayhan ini adalah laki-laki yang Ana suka sejak awal masuk kuliah dulu. Tepatnya ketika kegiatan ospek. Jadi Rayhan ini adalah pahlawan penyelamat Ana ketika dia hampir dimarahi senior, karena lupa membawa senter. Salah satu persyaratan yang harus dibawa saat kegiatan ospek, untuk kegiatan jalan malam. Rayhan memberikan senter miliknya kepada Ana, dan rela terkena omelan sang senior. Sejak saat itu, Ana terpesona pada kebaikan dan ketampanan yang Rayhan miliki. "Beneran juga nggak apa-apa kali, Na, ha ha. Ya sudah kita duluan ya, mau latihan basket di lapangan," ucap Leo seraya bangkit berdiri, diikuti Rayhan di belakangnya menuju lapangan. "Eh, Na. Ngomong-ngomong kamu ceritanya udah mau nunjukin kalau kamu suka nih sama Rayhan?" tanya Clarissa yang sudah penasaran sejak tadi, diikuti Luna yang mengangguk, tanda ia juga sama penasarannya dengan Clarissa. Soalnya Ana yang mereka berdua tahu cuma berani menyukai Rayhan dalam diam. Ana yang tidak berpengalaman soal laki-laki. "Nggak tau juga sih, tapi usaha boleh-boleh aja kan?" jawab Ana sambil tersenyum penuh arti, memandangi punggung tegap Rayhan yang masih terlihat olehnya, sedang melangkah menuju lapangan basket. "Aku setuju, Na. Cinta itu harus diperjuangkan. Aku punya ide nih biar kamu bisa deket sama Rayhan," setuju Luna yang dibalas senyuman lebar Ana. "Apa, apa-apa?" jawab Ana dengan heboh, sambil menatap Luna antusias. "Sabar dong sis, haha.. Jadi kan si Rayhan lagi latihan basket nih, nanti pas dia lagi istirahat, kamu samperin dia. Terus kasih dia air mineral deh. Siapa tahu kan dia jadi luluh kalau dapet perhatian dari kamu," ucap Luna memberi ide. "Jangan..." ucap Clarissa reflek yang dibalas tatapan tanya dan sedikit curiga oleh kedua sahabatnya. "Em..Ng..Nggak gitu maksud aku. Memangnya Rayhan mau nerima air mineralnya? Kan kalau ditolak bikin malu, Na. Kamu tau sendiri dia orangnya seperti apa, cuek, dingin, dan datar," jawab Sabrina cepat, dan agak terbata di awal. Takut mereka berdua curiga. Berharap jawabannya tadi, dapat mengalihkan jawaban refleknya yang berasal dari hati. "Oh, kirain apa, Sa. Boleh juga ide kamu Lun. Nggak ada salahnya kan dicoba? Lagian yang aku lihat, walaupun Rayhan orangnya cuek, dingin, dan datar, tapi dia sopan kok, pasti dia mau nerima air mineral dari aku," jelas Ana penuh antusias, yang ditanggapi dengan anggukkan dan senyuman manis tanda setuju dari Luna. Berbeda dengan Clarissa yang menanggapinya dengan senyuman yang sulit diartikan. ********** Setelah selesai menghabiskan makanan mereka, dan merencanakan misi pendekatan Ana terhadap Rayhan, mereka memutuskan untuk pergi ke lapangan tempat Rayhan dan teman-temannya latihan basket. Tak lupa Ana pun membawa satu botol air mineral untuk ia berikan kepada Rayhan, menggenggamnya erat, semoga Rayhan mau menerima air mineralnya, dan mulai luluh terhadapnya. "Eh, Na. Itu yang sama Rayhan siapa ya? Kok kelihatannya deket banget sih mereka," tanya Luna. Seraya memicingkan matanya, menatap tajam dua orang yang sedang asyik mengobrol di pojok pinggir lapangan. Sontak kedua sahabatnya yang lain, Ana dan Clarissa, ikut mengalihkan arah pandang mereka. Yang awalnya sedang mencari Rayhan di lapangan, mengikuti arah pandang Luna yang menatap ke arah pojok pinggir lapangan. Terlihat di sana, ada Rayhan dan seorang gadis cantik dan anggun dengan hijab berwarna merahnya, sedang asyik mengobrol, dan ada air mineral ditangan gadis itu. Ana dan Clarissa langsung membelalakan matanya saat tahu siapa yang mereka lihat, Ana yang awalnya ingin melakukan aksi pendekatan terhadap Rayhan dengan memberikan air mineral, langsung mengurungkan niatnya. Terlihat dari langkahnya yang berbalik menjauh dari lapangan. "Eh Na.. Anaa.. Kamu mau kemana?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD