Bab 1 || Halusinasi

1077 Words
Seorang gadis yang mengenakan rok berwarna abu-abu dan kemeja putih dengan lambang OSIS di sakunya berjalan menuju kamarnya dengan wajah yang sangat lelah. Hari ini banyak sekali kegiatan yang menerjangnya. Sebagai anak SMA yang duduk di kelas dua SMA, tentu saja yang namanya kesibukan tidak pernah hilang pada kamus gadis itu. Ditambah lagi tadi adalah tugas terakhirnya sebagai pengurus OSIS, jadi dia terpaksa pulang malam. Gadis itu berniat untuk tidak mendaftarkan diri sebagai pengurus OSIS periode berikutnya sebab ia benar-benar kelelahan dan tak sanggup lagi. Karena gadis itu pulang terlalu malam, ia langsung menuju pulau kapuk setelah sebelumnya membersihkan diri dan berganti baju. Tentu saja ia harus menerima omelan panjang dari sang mama tercinta sesampainya gadis itu di rumah tadi. Mungkin ini juga menjadi salah satu alasan mengapa gadis tersebut tidak mendaftarkan diri sebagai pengurus OSIS lagi, karena sering pulang larut malam. Ditambah lagi, akhir-akhir ini gadis itu sering mengalami hal aneh. Seperti sering merasa diikuti, apalagi jika dia pulang malam. Dia teringat kejadian saat menunggu pesanan ojek online-nya, tiba-tiba serasa ada yang menggelitik tengkuknya. Gadis itu sampai berkali-kali mengusap tengkuknya. Hal yang lebih menyeramkan lagi, ia seperti merasa diawasi oleh seseorang. Entah siapa orang itu. Gadis itu sampai berulang kali menggerakkan bola matanya secara liar karena takut terjadi sesuatu. Apalagi ia sendirian di tempat ini. Syukurlah, tak lama kemudian ojek online pesanannya sudah sampai. Namun, sayang, perasaan lega itu tak bertahan lama karena tiba-tiba gadis itu merasa diikuti oleh seseorang. Entahlah, dia sendiri juga bingung ada apa dengan perasaannya. Mengapa pula dia selalu merasakan hal yang aneh ini? Namun, gadis itu selalu menyugesti dirinya sendiri bahwa mungkin ini akibat kelelahan karena telah menjadi pengurus OSIS sehingga ia selalu merasakan halusinasi. Semoga saja seperti itu. ✨✨✨ PRANG .… Saat gadis itu mempersiapkan dirinya untuk tidur, tiba-tiba bunyi benda jatuh memekakkan telinga gadis itu. Awalnya dia tidak peduli karena dia sangat mengantuk malam itu. Tapi selang beberapa detik ia langsung merasakan ada keanehan. Jika mendengar suara seperti ini, biasanya mamanya yang tercinta itu langsung berteriak menanyakan benda apa yang terjatuh tadi dengan suaranya yang menggelegar. Tapi kali ini tidak, padahal telinga mamanya itu terkenal sangatlah tajam untuk mendengar suara sekecil apapun itu. Gadis itu langsung memiliki feeling yang tidak enak. Dia bingung apa yang harus ia lakukan. Setelah beberapa detik ia mengalami pergolakan batin, akhirnya dia memutuskan untuk melupakan kejadian tadi. Namun sayang kejadian mengerikan tak berhenti sampai di situ. KRIYET .… Perlahan-lahan gadis itu mendengar suara derit pintu terbuka. Seketika ia terjingkat ketakutan. Bukan pintu itu yang membuatnya takut. Yang membuat gadis itu ketakutan adalah pintu itu terbuka dengan sendirinya secara perlahan. Ia langsung menutupi wajahnya yang cantik itu dengan selimut. Gadis itu terlihat ketakutan sekali. Bagaimana tidak? Pintu itu terbuka tapi tak terlihat siapa yang membuka pintu kamar gadis itu. Tidak mungkin angin penyebab terbukanya pintu itu, karena sekarang sedang musim panas dan tidak ada angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Hanya ada hawa panas yang menyelimuti ruangan tidur sang gadis. Namun, sayang, hawa panas itu tak dapat menghangatkan tubuh sang gadis yang kini mulai menggigil ketakutan. Bahkan gadis itu rasanya tidak mampu berteriak untuk mengeluarkan rasa takutnya. Selain menyeramkan, suara derit pintu itu benar-benar membuat telinga sakit. Sepertinya setelah ini sang gadis akan meminta papanya supaya engsel pintu kamarnya dilumasi. Untunglah, beberapa detik kemudian suara derit pintu itu pun mulai hilang. Meski begitu, sang gadis tetap merasa was-was. Perlahan tapi pasti, ia membuka selimut yang telah digunakan untuk menutupi wajahnya itu. Ia ingin melihat lagi keadaan pintu kamarnya. Barangkali orang tuanya iseng membuka pintunya dan membuat anak semata wayangnya ini takut. Kalau sampai itu terjadi, ia akan marah dengan mereka. Saat selimutnya terbuka sempurna .… "AAAA!" Tanpa diminta suara sang gadis pun langsung memenuhi kamarnya Tepat di depan wajahnya, berdirilah sesosok makhluk yang mengerikan. Wajahnya sungguh menyeram,dengan darah yang mengalir di wajahnya. Kulitnya yang putih pucat pun terkena tetesan darah serta goresan-goresan yang membuat siapapun bergidik ngeri melihatnya, serta mata berwarna semerah darah yang membuat siapa saja ketakutan melihatnya. Ditambah lagi dengan suara desisan makhluk itu semakin membuat gadis itu membeku ketakutan. Tak lama setelah sang gadis berteriak, seketika itu juga sosok tersebut langsung berubah 180° dari wujud asalnya. Matanya yang merah, yang bisa membuat siapa saja ketakutan saat melihatnya, seketika berubah menjadi mata coklat yang sangat indah. Lalu, darah yang mengalir dari pelipis sosok itu seakan-akan menguap dan menghilang tanpa bekas. Dan ... kulitnya yang penuh dengan goresan mengerikan itu, berubah menjadi kulit putih yang sangat halus. Ya! Sekarang sosok itu berubah menjadi sosok berwajah putih yang ramah. Benar-benar berbeda jauh dari penampakannya yang mengerikan tadi. Perlu beberapa detik untuk sang gadis menghilangkan rasa syoknya. Ia masih tak sanggup untuk berkata-kata. Sampai akhirnya gadis itu mendengar suara derap langkah menuju kamarnya. “Dhira, kamu kenapa teriak-teriak?” tanya sang mama dengan khawatir diikuti oleh sang papa yang ikut masuk ke kamarnya. "Kamu enggak apa-apa, 'kan? Enggak ada maling, 'kan?" Saat sang mama bertanya seperti itu pada anak gadisnya, spontan sang papa langsung mengecek jendela kamar Dhira. Aman. Tidak ada tanda-tanda dibobol. “Euh....” Dhira masih bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya. Ia melihat ke samping kanannya dan ternyata sosok itu menghilang. Aneh, ini benar-benar aneh. Mungkin ia hanya berhalusinasi. "Kamu tadi kenapa teriak, 'Nak? Mimpi buruk?" Lagi-lagi sang mama bertanya pada Dhira. Namun, gadis itu masih terdiam. Ia benar-benar syok. Wajahnya pun sampai memucat. “Sudah, kamu tidur lagi aja, ya. Nggak perlu diingat-ingat lagi mimpi buruknya. Ingat, besok kamu masih sekolah,” ucap sang papa menenangkan diikuti dengan sang mama yang mengelus lembut rambut Dhira. Sepeninggal kedua orangtuanya, Dhira pun menutup matanya dan berusaha melupakan kejadian mengerikan tadi. Sepertinya ucapan kedua orangtuanya itu benar. Mungkin … mungkin saja itu hanya mimpi buruknya. Atau justru halusinasinya? Argh … kenapa pula aku harus ngalamin hal yang aneh kayak gini? Jujur, dia lelah karena selama ini merasa diikuti dan puncaknya adalah tadi ketika muncul sosok yang menyeramkan. Namun, anehnya, tak lama setelah itu, si sosok menyeramkan justru beralih menjadi lelaki yang … tampan (?) Oke, sepertinya gadis itu benar-benar berhalusinasi. Apapun itu, setelah ini ia berjanji untuk tidak ikut menjadi bagian pengurus OSIS lagi. Dia tidak ingin gara-gara kelelahan, dirinya menjadi berhalusinasi tidak jelas. Ini adalah halusinasi paling menyeramkan yang pernah Dhira alami akhir-akhir ini. Sepertinya dia memang harus mengistirahatkan diri supaya bayangan yang tidak jelas itu menghilang. Namun, sial. Gadis itu masih tidak bisa memejamkan matanya. Bahkan sampai jam di dinding kamarnya menunjukkan pukul 23.57. Pasti besok matanya berkantung dan menghitam seperti panda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD