Chapter 3 - siapa nya dia

1125 Words
" selamat datang lagi kemari" sapa nya ramah pada pelanggan baru keluar 'aku haru beberes rak lainnya' Dengan cekatan Ririn menata tempat snack di tempatnya dengan rapi, bekerja di toko kelontong tak seburuk di pikirkan, " Sudah makan siang," Ririn mendongak melihat rekan kerjanya Rio menanyai. " Nanti dulu ae, masih banyak" " Udah makan siang dulu, Mie seadanya aja di depan ayo" paksa nya. Tak mewah hanya mie cup serta roti pisang " Di sini sejuk ya" Menikmati semilir angin di depan toko "Masih dingin di kampung udaranya sejuk, tapi gak parah banget di sini" "Oh" " Kamu kenapa mau kerja di sini, kamu kuliah di tempat ternama" " Kuliah ku beasiswa, tapi kebutuhan ku gak ada yang nanggung" " Wahh pinter dong!" Serunya " Gak juga, belajar mati-matian baru bisa dapet nilai lumayan, banyak yang pinter juga" sagahnya " Udah nih habis, aku lanjut dulu ya" Ririn beranjak seusai membereskan sampahnya, kembali ke meja kasir. Rio menatap Ririn dari luar toko, mengagumi paras ayu serta tingkah apa adanya. " Loh udah mau balik?" Ririn tergesa Menganti pakaian kerjanya " Iya nih, udah selesai siff ku. Mau ke kerjaan ku lainnya, pergi dulu ya" Ririn mengambil langkah lebar-lebar meningalkan tempat kerjanya, menyisakan, Rio. Masih tersisa jam kerja. Langkah pasti, Ririn memasuki tempat praktik Dr Ryan, dirinya sebagai perawat hewan di sana. Nuansa putih bersih menyapa orang memasuki ruang praktik itu. "Selamat datang Rin," senyum manis Dr Ryan mengembang menyapa Gadis muda. " Selamat siang juga, dok. Hari ini apa yang saya kerjakan" balasnya pada pria dewasa " Seperti biasannya, tapi ada anjing buangan baru masuk tadi pagi, kau bisa memandikan mereka kan" " Siap.. saya ganti baju dulu pak dokter". Kaus hitam tadi kini berubah jadi baju putih bersih, baju kerjanya. Anjing jenis Pomeranian, poodle serta banyak hewan jenis lainnya. Sudah jadi bagian sehari-hari merawat hewan di sana membantu sang dokter sebagai asisten nya, terlepas dirinya hanya anak pegawai lepas sejak dua Minggu lalu. " Kau sudah selesai Rin?" Dr Ryan menghampiri, Ririn, tengah mengeringkan bulu-bulu hewan " Kau istirahat dulu gih udah mulai gelap," " Nanggung, Dok. Selesai mandiin tingal ngasih vitamin terus dah kelar, tadi udah saya kasih makan juga" Ririn sama sekali tak jijik dirinya membantu hewan di sana memakan vitamin hewan, menjaga kesehatan satwa lucu itu. " Yau dah, selesai ini kamu temenin saya minum teh ya, capek tadi banyak hewan peliharaan yang di rawat, mana ada owner-nya yang gak mau ngurus anabul nya" Dokter muda itu menghela nafas kesal, berlalu dari ruangan hewan menyisakan Ririn bersama binatang lainnya. Teh terlihat baru di seduh uap nya mengepul di udara "Kamu gak capek Rin, bolak balik kerja siff sana sini" Ryan menyadarkan punggung lebarnya di sofa, ruangan Konsul dokter itu terlihat rapi dan bersih, baunya harum pula. "Cukup buat hidup paling gak, Dok" " Kamu udah cukup lama di sini, jangan panggil Dokter, pangil Ryan aja" " Tapi ngerasa gak sopan deh, Dok. Eh- Ryan" canggungnya Terlihat dokter Ryan mempunyai rasa terhadap mahasiswi manis tersebut, " Kamu gak niat kerja full aja di sini, dari pada kamu ngambil siff sana sini," "Lebih fleksibel siff, Ryan" kakunya memangil bos dengan nama saja. Ririn mengambil mug teh meminum teh beraroma Jasmine lamat-lamat, menghilangkan perasaan canggung bersama orang berwibawa kini. " Tak usah canggung Rin, kamu santai saja, kalau gak ada kamu saya sulit juga ngurus klinik hewan ini" Ucap Ryan mencairkan suasana dengan lugas 'terimakasih tuhan bos ku baik-bwik semua, tapi dokter Ryan kelewat ganteng banget kenapa sih' Ririn tersenyum membalas. "Eh, Ryan, saya pamit pergi siff lainnya ya" "Lagi?" " Tiga siff saya ambil" "..." " Saya pamit undur diri, Dok eh- Ryan" pamitnya undur diri sembari membungkuk hormat. Langit sudah ketara gelap, kini Ririn memulai siff kerjanya di cafe tak jauh dari kost nya, dirinya pun dapat numpang mandi di sana. " Baru datang Rin" tegur wanita ber-kuncir kuda "Dari tadi mbak, baru selesai mandi nih," balasnya sembari tersenyum pada Nissa senior nya di tempat kerja. " Ya udah Ayuk beberes meja" ajaknya. Meja coklat bata, serta kusen-kusen di bersihkan nya telaten bersama rekan kerja satu siff dengannya " Rin, aku tingal dulu ya aku kebelet banget ke wc" temannya terlihat berwajah kesakitan menahan sembelit " Iya cepet balik!" Ririn masih asik dengan kegiatan beres-beresnya Seorang pria paruh baya serta wanita muda memasuki caffe tersebut, " Mbak, pesen makanan taruh buku menunya di meja sana ya" " Iya pak, tunggu sebentar, silakan duduk" balasnya pada pria terlihat kaya dengan setelan necis. " Ini pak menunya" Dengan sopan Ririn menyodorkan buku menu pada pelanggan "Loh-" Kagetnya melihat gadis bersama pria itu adalah Nina "Kamu kenal dia sayang?" " Eh- enggak gitu kenal om, dia teman kuliah ku" Wajah nya di alihkan dari Ririn 'kenapa dia di sini' " Oh iya? Wah gak nyangka dunia sempit" Gelak tawa mengenal kan terdengar di telinga Nina, ia tak suka om-om ini. Banyak omong " Saya pesan rice ball chicken minumnya ice tea," " Samakan saja" Nina menimpali ketus, Ririn pamit undur diri menyiapkan segala pesanan pelanggan, sekembalinya dari dapur Ririn menata hidangan sekilas melihat wajah bahagia si om-om kaya namun pandangan Nina terlihat melempar wajah sinis. Jam terus berlanjut Ririn melihat kepergian kedua orang tadi selesai makan, malam semakin larut pelanggan berlalu lalang tinggal sedikit " Eh, kamu kenal cewek tadi?" Tanya rekan kerja Ririn spontan seusai menyelesaikan pesanan " Siapa?kan banyak tamu nya mbak" Bingung Ririn dari balik meja kasir " Yang tadi loh, cewek muda sama om-om" 'oh, Nina maksud nya' "Emang siap cewek tadi, mbak kenal ya" tanya Ririn balik " Aku kira kamu kenal, udah lama cewek itu gak kemari. Tiap kesini Gonta ganti om-om" cibirnya " Paling itu om nya, terus besok pamannya bisa jadi itu bapak nya, mbak" " Masa sih?kek nya mesra. Simpenan kali" " Husshh.. gak boleh gitu". *** Jam kerja telah usai dirinya hanya butuh berjalan kaki untuk sampai di kost. " Loh Nina," Melihat sosok cantik di caffe tadi, kini menungguinya di depan pintu kost berdiri menunggu si pemilik kamar. " Minum dulu yang hangat kamu dah lama kan di luar" Teh kantong baru di seduh panas, mengepul dari mug putih. " Makasih" " Kenapa malam-malam kamu nunguin aku, gak langsung pulang" " Soal tadi, aku minta maaf. Walaupun udah cerita sama Lo, gue ngerasa malu tentang pekerjaan gue" " lah kenapa, santai saja lagi emang kamu kerja? aku belum pernah liat kamu kerja" tanya nya dnegan polos " kamu beneran gak sadar" Ririn mengaduk belakang leher nya, memang apa nya yang gak sadar, dia kan memang tak pernah menemui sosok cantik itu ketika bekerja? mungkin tadi, ya tadi saat ia melayani pesanan nya sebagai tamu, itu saja. mana ada dia lihat anak itu bekerja. Nina kali ini harus benar-benar menjelaskan sesuatu pada anak ini
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD