Almira mengumpulkan pakaian lelaki yang masih tertidur pulas dan juga miliknya dari ruang tamu, hingga ke depan pintu kamar, tempat di mana dosa terindahnya terjadi tadi malam. Ia harus segera meminta lelaki itu meninggalkan rumah Jenny. Ia tak ingin Jenny kembali dan menemukan kekacauannya tadi malam. Ia tak tahu apa yang salah dengan otaknya, hingga dirinya berani melakukan hal senekad itu. Almira merasa kedua kakinya mendadak lemah, ia berjongkok dan menarik rambut frustrasi. Suara langkah kaki yang mendekat, membuatnya segera berdiri, ia membalik tubuh dan menemukan lelaki itu tengah tersenyum ke arahnya. Almira mengulurkan pakaian lelaki itu, sedang si lelaki mengerutkan kening, merasa heran mengapa ia diusir sepagi itu. “Kamu harus segera pergi,” ucap Almira dingin, tak ada tatapan

