Episode 3

938 Words
Alfa baru saja sampai di kantornya, beberapa pegawai di sana memberi hormat kepada Alfa yang tetap berjalan acuh nan dingin. Alfa memang di kenal sebagai seseorang yang sangat dingin dan bahkan kejam. Mike segera mengikuti Alfa menuju ruangan Alfa. Mike segera membantu Alfa melepaskan mantel tebal berwarna hitam, lalu menggantungkannya di patung kristal yang ada di sana. "Pak, ini berkas baru yang akan anda tangani," ucap Mike menyerahkan map kepada Alfa yang kini sudah duduk di atas kursi kebesarannya. "Apa kasusnya?" tanya Alfa dengan nada dingin. "Kasusnya seorang wanita muda yang membunuh seorang pria," serunya membuat Alfa terdiam sesaat. "Simpan saja berkas itu di atas meja," ucap Alfa yang di turuti Mike. Ω "Sir, saya berani bersumpah kalau saya tidak membunuhnya, saya ini korban. Mereka ingin mencoba melecahku," isaknya kepada seorang pria yang tengah mengintrogasinya. "Tetapi semua bukti menyudutkanmu, dan di sana hanya ada kamu dan dia. Akuui saja, di sini sudah terbiasa wanita yang berusaha menipu seorang pria kaya," ucap polisi itu sungguh menyakiti hati gadis itu. "Harus berapa kali saya jelaskan, saya tidak membunuhnya. Mereka kabur saat temannya terluka, aku hanya akan kembali pulang ke rumah dan mereka semua mencegahku di jalan. Mereka ingin melecehkanku," isak tangisnya begitu menyayat di saat tak ada yang mempercayainya satu orangpun. "Miss, sebaiknya anda bekerjasama dengan kami. Kalau anda terus tidak mengakuinya, maka hukuman yang akan anda terima akan semakin berat." "Tapi aku sudah mengatakan yang sejujurnya," isaknya sudah sangat putus asa. "Sudahlah, biarkan saja dulu dia. Mungkin nanti saat pengadilannya berlangsung dia akan mengaku," seru polisi yang lain. Kedua polisi itu keluar dari ruang introgasi meninggalkan gadis itu sendirian yang hanya bisa menangisi hidupnya. Ω Rivaldo tampak buru-buru datang ke bandara untuk menjemput Meysa. Adik bungsunya itu baru kembali dari Belanda setelah menyelesaikan study nya. "Astagfirulloh!" "I'm Sorry-" ucapan Rival menggantung saat bertatapan dengan seorang gadis di depannya yang juga tampak kaget. "Ma-maafkan saya," gumam gadis itu memperbaiki kerudung dan juga tas bawaannya. "Ah tidak, seharusnya saya yang meminta maaf. Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Rival. "Saya baik-baik saja," ucapnya tersenyum kecil dan hendak berlalu pergi. "Eh tunggu, kenalkan aku Rivaldo." Rival menyodorkan tangannya ke arah wanita cantik itu. "Ehh, namaku Lamia," jawabnya menyatukan kedua tangan di d**a membuat Rival tersenyum seraya menarik tangannya kembali. "Saya permisi." Lamia berlalu pergi tanpa menoleh lagi, Rival masih terus menatap Lamia hingga ia hilang di tutupi oleh orang-orang yang berlalu lalang. "Hei," sapa seseorang membuat Rival menoleh. "Mey!" "Rival," kekehnya memeluk Kakak kesayangannya itu. "Aku mencarimu, ku pikir kau mengingkari janji," seru Meysa memukul d**a Rival dengan pelan. "Tidaklah, aku tidak lupa kapan adik kesayanganku pulang." Rival tersenyum cerah seraya mengusap kepala Meysa. "Kak Alfa tidak datang?" tanyanya seraya menengok kesana kemari. "Kau tau dia," seru Rival membuat Meysa menghela nafasnya dengan lesu. "Ya sudah ayo kita pulang, Dad dan Mom sedang menanti kedatanganmu," ucap Rival. Ω Alfa duduk di atas kursi kebesarannya dengan beberapa orang di depannya, tetapi mata tajamnya yang seperti mata elang itu hanya tertuju pada seorang wanita yang menunduk sedih di depannya dengan pakaian penjara wanita Amerika. Alfa sudah mendengar semua ucapan dari penuntut umum, dan hanya beberapa pembelaan dari pengacara yang di sediakan di penjara. "Ada yang ingin kau katakan, Nona Sahira Azahra." Entah kenapa mengucapkan kata itu membuat hati Alfa tercubit dan matanya memanas. Nama gadis di depannya ini sungguh mirip dengan adik yang menghilang beberapa tahun lalu. Azahra... "Sir, saya berani bersumpah kalau saya tidak melakukan apapun. Saya di sini yang menjadi korbannya, mereka ingin melecehkanku. Dan salah satu teman dari pria itu yang melukainya di depanku." "BOHONG!" teriak seorang pemuda dari bangku pengunjung. "Harap Tenang!" Bentak Alfa, ia menatap mata Sahira yang tampak polos dan berair, entah kenapa tatapan itu mengingatkannya pada Zara adiknya. Ia tak kuat menatapnya, tetapi dia tetap harus bersikap adil. "Malam itu di jalan _ aku hendak pulang dengan menggunakan sepedaku. Karena ban sepedaku kempes, aku terpaksa memapahnya dan seketika mereka semua menghadangku dengan mobil sport warna merah dan mereka mulai menggangguku, mereka hendak melecehkanku. A-aku berusaha berlari menghindar dan meminta pertolongan tetapi tak ada yang menolongku, hingga aku bisa melawan mereka. Karena perlawananku, mereka menjadi kesal dan ingin memukuliku, tetapi aku berhasil menghindar dan malah mengenai temannya." Alfa merenung sesaat, ia ingat malam itu, waktu itu ia melewati jalan itu dan melihat seorang gadis yang mencoba menghentikan mobilnya, mungkinkah itu gadis ini? pikir Alfa. "BOHONG itu pak Hakim!" teriak anak muda yang lain dari belakang. "Saya bilang harap tenang!" suara Alfa menggelegar di dalam ruangan itu diiringi dengan ketukan palu. "Mr. Bruce apa anda tidak mencoba menyelidikinya dulu?" tanya Alfa. "Saya sudah menyelidikinya dan tak banyak bukti yang bisa saya kumpulkan," jawab pengacara yang di sediakan penjara untuk tersangka. Tampak jelas di sudut sebelah kiri, sepasang suami istri tua tengah menangis terisak melihat keadaan putri mereka. "Sidang di tunda, dan akan kembali berlangsung 3 hari lagi," ucap Alfa diiringi ketukan palu. Beberapa orang bersorak kesal dan mengumpat karena keputusan Alfa tetapi sebagian darnya menghela nafas lega. Alfa berlalu pergi meninggalkan ruangan sidang dengan beberapa orang di belakangnya. "Mr." panggilan itu menghentikan langkah Alfa di lorong luar ruang sidang. Sepasang suami istri tua berjalan mendekatinya dan melipatkan kedua tangannya di depan d**a. "Kami mohon tolong putri kami, kami yakin dia tidak melakukan kejahatan ini. Dia bahkan tak berani membunuh semut sekalipun," isak sang wanita tua itu. "Ibu, ini tidak di perbolehkan. Silahkan pergi jangan mengganggu pak Hakim!" seru seseorang berbadan tinggi yang menjauhkan mereka berdua dari Alfa. Alfa hanya menatapnya sebentar dan kembali menatap lurus ke depan. Dan masih terdengar suara teriakan kedua orangtua itu di belakang Alfa. Ω TBC... 08-12-2018 Bantu cariin buat castnya Alfa dong kira-kira siapa yah?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD