3

2059 Words
Asyifa sudah berhasil di bujuk oleh Bi Minah supaya dia mau pakai baju, dia ikut turun ke lantai bawah bersama Bi Minah. “Asyifa, kita hari ini cari sekolah buat kamu ya,” ucap Nek Rumi pada cucu semata wayangnya. “Ekolah? api A..i..fa endak mau ekolah,” sahut gadis kecil tersebut yang masih agak cadel saat berbicara. “Asyifa, di sekolah banyak teman, ada guru-guru cantik juga yang mau bermain sama kamu, kita pergi sekarang ya, nenek yakin kalau kamu sudah lihat sekolah nanti kamu juga akan betah di sekolah kamu,” ucap Nek Rumi yang kekeh sama ucapannya, mereka tetap harus pergi meski Asyifa menolak Sedikit memaksakan kehendak demi kebaikan Asyifa menurutnya tidaklah salah. Asyifa akhirnya ikut bersama nek Rumi untuk mencari PAUD terbaik untuk cucu semata wayangnya. ... Di tempat lain. Mayra baru saja bangun tidur dengan rasa malas, dia pergi menuju dapur untuk memasak mie instan untuk dirinya, dia terbiasa makan mie saat pagi hari. “Sampai kapan kamu malas-malasan begini? Apa kamu tidak malu sama diri kamu sendiri?!” Ucapan bernada tinggi terdengar oleh Mayra, suara Bibinya yang berdiri tidak jauh dengannya. Mayra menoleh dengan tatapan seperti sedang bertanya pada bibinya, ada apa? “Sudah saatnya kamu balas budi! Bukankah sudah sangat lama kamu tinggal di rumah ini, kamu bisa makan makanan enak, tidur nyenyak, dan pergi sekolah dengan bahagia! Sekarang kamu sudah tamat SMA, tidak aneh kalau kamu sudah bisa pergi cari pekerjaan dan bawa pulang uang sebanyak-banyaknya ke rumah ini! Itung-itung membayar uang yang sudah kami habiskan untuk kamu dengan cara mencicil sedikit demi sedikit!” Glek! Mayra menelan saliva mendengar ucapan bibinya, perempuan yang sudah memberi tumpangan untuknya selama 6 tahun ini, kini berkata dengan kalimat ingin di balas budi. Mayra bukan tidak tahu balas budi, tapi apa yang harus di balaskan? Selama ini dia jajan dari hasil usahanya sendiri, hanya makan nasi sehari 2 kali dan tidur malam yang dia nikmati di rumah tersebut. ‘Mungkin maksudnya aku harus membayar beras yang selama ini ku makan, dan air putih yang sudah ku telan,’ batin Mayra sambil menggenggam gelas kaca di tangannya dengan kuat. Kruk! Suara gelas yang retak dalam genggamannya. “Aku akan bekerja hari ini,” sahut Mayra dengan linangan air mata. Dia bangkit berjalan sambil terus menggenggam gelas tersebut, Lalu membuangnya ke tong sampah karna sudah tidak bisa dipakai lagi. Mayra masuk ke dalam kamar dan menatap wajahnya di cermin. “Aku harus cari uang dengan sungguh-sungguh!” ucapnya dengan tegas. “Kerja mengantar kerupuk untuk pelanggan hanya bergaji sedikit, aku tidak bisa membayar hutang beras Bibi yang sudah ku makan,” lanjutnya lagi dengan mata yang berkaca-kaca. Dia tidak menyangka, orang yang sudah di anggap sebagai orang tuanya dulu ternyata meminta bayaran atas apa yang sudah dia habiskan. Mayra selama kelas 1 SMP sudah mulai mengantarkan kerupuk untuk pelanggan, dia akan di bayar sesuai dengan kemampuan dia, dan uang tersebut biasanya digunakan untuk keperluan sekolahnya, terutama untuk membayar uang bulanan. Dia mulai banting tulang setelah orang tuanya meninggal karna kecelakaan. ... Mayra keluar rumah untuk mencari udara segar, duduk diam di rumah hanya akan membuat bibinya makin tak suka padanya. “Aku harus kerja apa?” lirih Mayra bertanya pada dirinya sendiri. Dia duduk di pinggir jalan, menatap kendaraan yang lalu lalang di hadapannya. Dia sudah tidak peduli di tatap aneh oleh orang lain. “Andai aku masih kecil, aku tidak perlu memikirkan beban berat begini,” gumamnya sambil melihat anak kecil yang sedang kejar-kejaran sambil tertawa. Mayra mendekati tempat main mereka, dia butuh hal yang menyenangkan untuk merelaks pikirannya. “Mayra, kamu sedang apa di sini?” tanya Bu Noni selaku guru PAUD di tempat tersebut. “Eh Bu Noni, tidak Bu, saya hanya ingin melihat mereka main, enak ya jadi mereka, bisa tertawa dengan bahagia,” sahut Mayra. Bu Noni tersenyum. “Kamu mau mengajar di sini? Kalau kamu mau, kamu bisa langsung mulai hari ini, biar kamu bisa lihat mereka terus,” ucap Bu Noni. “Apa? Saya mengajar? Ah ibu ini bercanda, mana bisa saya mengajar, saya aja lulusan SMA,” sahut Mayra malu-malu kucing. “Yang kamu ajari ini anak PAUD, bukan anak kuliahan yang perlu sekolah tinggi. Di sini kamu hanya perlu bernyanyi, menggambar, dan mengenalkan huruf dan angka sama mereka, selebihnya ya jaga keamanan mereka.” Mayra tidak menjawab, dia memandang serius ke arah anak-anak. “Kalau masalah gajian, kamu gak perlu khawatir, kamu juga akan di gaji meskipun tidak terlalu banyak,” lanjut bu Noni lagi. “Tidak, bukan begitu Bu, hanya saja saya ragu, apa saya bisa buat mereka nyaman dengan saya,” jawab Mayra. “Kalau begitu kita coba hari ini biar kita tau bagaimana perkembangannya,” ucap Bu Noni bersemangat dan Mayra ikut saja dengan permintaan Bu Noni. Mayra ikut mengajar seperti arahan dari Bu Noni, tak seperti bayangannya, anak-anak tersebut sangat menyukai Mayra, Mayra pun menikmati waktu bersama mereka, dan karna mereka, dia bisa melupakan beban hidupnya sejenak. Setelah mengajar, Mayra tidak buru-buru pulang ke rumah, dia belum siap mendengar ocehan bibinya, dia memilih duduk di taman sambil memakan es krim. Berbeda dengan nenek Rumi dan Asyifa, sudah beberapa PAUD yang mereka datangi, tapi tidak ada satu pun yang bisa membuat Asyifa betah dan nyaman, akhirnya mereka mampir di taman atas permintaan Asyifa. “Jangan pergi jauh-jauh dari nenek ya, nenek gak kuat kejar kamu,” pesan Nek Rumi pada Asyifa setwlah mereka turun dari mobil. “Iya Nek,” sahutnya dengan nurut. “Nek, A..i...fa mau es kim,” lanjut Asyifa lagi saat melihat gerobak es krim di depan mereka. “Boleh, tapi jangan banyak-banyak ya, Cuma boleh beli satu,” jawab nek Rumi. Dia mengeluarkan uang dan memberikannya pada Asyifa, Asyifa bergegas menuju gerobak es krim. “Mau beli rasa apa Dek?” tanya penjual es krim tersebut. “Cok..at,” jawab Asyifa. “Mau berapa?” “Atu.” “Wah, kebetulan rasa coklat tinggal satu lagi, ini untuk kamu,” ucap penjual es krim tersebut sambil memberikan satu es krim rasa coklat untuk Asyifa, Asyifa pun menerimanya dengan semringah. Asyifa tidak sabar untuk segera melahap es krimnya, dia membuka sendiri bungkusan plastik es krimnya. “Ke sini biar nenek yang bukain,” ucap nek Rumi yang tau kemampuan cucunya, dia belum mahir membuka bungkusan makanan. Tak menggubris ucapan neneknya, Asyifa langsung membuka sendiri dan melahapnya sambil berlari ke arah neneknya. “Jangan lari-lari, kena es di baju kamu,” pesan nek Rumi. Bruk! Asyifa kesandung kakinya sendiri dan berakhir dengan jatuh ke tanah, membuat Asyifa menangis. Mayra yang berada di sana refleks bangun dan menolong Asyifa. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Mayra sambil membersihkan baju Asyifa yang terkena debu dan daun kering, juga es krim yang jatuh dan mengenai lengan bajunya. “Hiks ... es krim ku, huaaaa ... nenek, es krim ku jatuh,” ucap Asyifa yang malah menangisi es krimnya yang sudah bercampur dengan debu. Nek Rumi melihat Asyifa jatuh langsung bergegas untuk menolong cucunya, tapi Mayra lebih dulu menjangkau Asyifa, sehingga di bantu bangun oleh Mayra. “Tidak apa-apa, es krim bisa kita beli lain, yang penting kamunya tidak apa-apa kan?” sahut Nek Rumi sambil mengelus wajah Asyifa penuh kasih sayang. “Tapi ... di cana ndak ada agi laca cok..at, huu ... huu,” jawab Asyifa yang terus menangisi es krimnya. “Oh, tidak ada lagi, jadi bagaimana ini? Apa kita pulang saja dan cari tempat jualan es krim yang lain?” tanya Nek Rumi. “Gak mau, A...i..fa mau makan di sini, di taman,” jawab Asyifa merengek pada neneknya. Mayra teringat dengan es krimnya yang sempat di beli lebih, dan sepertinya yang dia beli rasa coklat. Dia kembali ke tempat duduknya semula dan mengambil es krim tersebut. “Jangan nangis lagi, kakak punya es krim rasa coklat untuk kamu, nih,” ucap Mayra sambil menyodorkan es krim tersebut untuk Asyifa. Asyifa langsung menerimanya begitu dia lihat es krim yang sama persis seperti yang dia beli barusan. “Makasih banyak nak ya, kamu baik sekali, Asyifa, ayo bilang makasih sama kakak ini karna sudah mau membagikan es krimnya untuk kamu,” perintah Nek Rumi pada Asyifa. “Makasih ya kakak,” ucap Asyifa dengan ekspresi bahagia membuat Mayra gemas sama wajahnya Asyifa. “Sama-sama cantik, lain kali hati-hati ya, gak boleh lari-lari kalau lagi makan,” sahut Mayra sambil mengelus kepala Asyifa dengan lembut. Nek Rumi tersenyum hangat melihat Mayra memperlakukan Asyifa dengan baik. “Kamu tinggal di mana Nak?” tanya Nek Rumi. “Saya tinggalnya tidak jauh dari sini Nek,” jawab Mayra sambil tersenyum. “Kakak, ayo kita main perosotan,” pinta Asyifa pada Mayra membuat mata Mayra membelalak karna di ajak main sama anak kecil yang baru saja dia temui. “Oh, boleh, tapi sebaiknya kamu habiskan es krim kamu dulu,” sahut Mayra. “Asyifa, mungkin kakaknya lagi sibuk,” tegur nek Rumi. “Tidak apa-apa kok Nek, saya tidak sibuk, saya suka sama anak-anak,” jawab Mayra dengan senyum tulusnya. Asyifa segera menghabiskan es krimnya dengan cepat, lalu berlari menuju perosotan bersama Mayra. Mereka bermain segala macam mainan yang ada di taman hingga lelah. Asyifa berlari mendekati neneknya saat melihat nek Rumi menawarkan minuman untuknya. “Ayo duduk dulu sama kita, kamu pasti lelah juga, sepertinya Asyifa suka main sama kamu,” ajak nek Rumi pada Mayra. Mayra mengangguk dan duduk dengan sopan bersama mereka. Nek Rumi sudah menyediakan beberapa macam makanan mahal di hadapan mereka. “Tadi saya suruh Burhan membeli ini semua untuk kalian berdua, nenek lihat kalian lelah habis main, kalian pasti lapar,” ucap Nek Rumi membuat Mayra menaikkan kedua alisnya seolah bertanya siapa Burhan itu. “Burhan itu sopir kami, dia duduk di sana sambil menunggu kami,” lanjut Nek Rumi lagi sambil menunjuk ke arah lelaki yang duduk mengopi di warung seberang jalan. “Kakak Mayra, ayo makan,” ajak Asyifa membuat nenek Rumi tersenyum. “Oh jadi nama kamu Mayra, rupanya kalian sudah kenalan ya,” ucap Nek Rumi. “Iya Nek, nama saya Humayra, di panggil Mayra, tadi Asyifa juga memperkenalkan dirinya sama saya,” sahut Mayra. “Oo begitu, nenek biasa di panggil Nek Rumi, kamu bisa panggil saya nenek seperti yang di panggil Asyifa.” “Iya Nek.” “Ngomong-ngomong kamu masih sekolah?” tanya Nek Rumi sambil menghidangkan makanan ke hadapan Mayra dan Asyifa. “Baru lulus SMA tahun kemarin Nek,” jawab Mayra seraya menyendokkan makanan di hadapan Asyifa untuk di suapi. “Loh, sudah tamat SMA, Nenek pikir kamu masih sekitar kelas 1 SMA, wajah kamu awet muda,” puji Nek Rumi membuat Mayra terkekeh. “Ah Nenek bisa aja,” ucapnya dengan wajah merah merona. “Benaran, Nenek tidak mengada-ngada, jadi sekarang kamu kuliah?” “Tidak juga Nek, saya kerja.” “Oh kerja, kerja apa?” “Saya ... kerja apa aja yang ada Nek,” Mayra menjawab dengan bingung, karna dia memang bekerja apa yang bisa menghasilkan uang. “Oh begitu, ya sudah kamu lanjut makan, nenek asyik bertanya aja sama kamu sampai lupa suruh kamu makan, ayo di makan ini, habiskan ini semua, kalian berdua pasti lelah, apa lagi Asyifa, dari pagi ke sana ke mari mencari sekolah yang cocok, gak ketemu-ketemu, entah gimana sekolah yang cocok untuk dia yang bisa bikin dia nyaman.” Mayra memakan makanan di hadapannya, “Asyifa mau masuk PAUD?” tanya Mayra. “Iya, tapi belum ketemu yang pas.” “Oh begitu,” ucap Mayra sambil mengangguk paham. Setelah menghabiskan makanan dan lanjut main sebentar lagi, Asyifa dan Mayra pun pulang ke rumahnya masing-masing. “Nek, besok Asyifa main sama kak Mayra lagi ya,” pinta Asyifa saat mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. “Siapa Mayra? Teman baru Asyifa?” tanya Rayyan pada Ibunya. “Iya, baru sekali ketemu,” sahut nek Rumi, “Eh, tapi Asyifa sayang, nenek lupa tanya Nak Mayra tinggal di mana, kita gak bisa lagi ketemu sama Nak Mayra,” sambung nek Rumi. “Gak mau, pokoknya Asyifa besok mau main sama Kak Mayra!” ucap Asyifa tetap kekeh pada keinginannya. “Ya sudah, mau gimana lagi, besok kita cari kak Mayra,” jawab nek Rumi mengalah, “Semoga saja besok Nak Mayra datang lagi ke taman,” gumamnya. Rayyan tidak ikut campur pada permintaan Asyifa, kalau dia ikut campur dan melarang Asyifa untuk tidak kekeh ingin menemui temannya itu pasti akan membuat Asyifa makin merajuk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD