Accepted feeling

863 Words
Malam itu menjadi malam penuh duka bagi semua pihak, baik dari pihak musuh, kelompok Faksi angin, terutama juga bagi Alex dan ibunya. Kesedihan dan penyesalan yang mereka alami mungkin tidak akan bisa sembuh dalam waktu cepat, namun mereka harus tetap tegar supaya bisa menjalani hari esok dengan baik, dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang terjadi.  Singkat cerita, Pada keesokan harinya, Alex terbangun ketika mendengar ada suara ketukan di pintu kamarnya, lalu dengan ekspresi wajah masih mengantuk, dia bangkit dan duduk di atas ranjangnya. Disaat bersamaan, dia mendengar suara ibunya yang berbicara dari luar.  "Alex, apakah kau sudah bangun?"  Lalu Alex menjawab dengan singkat. "Ya."  Setelah itu, ibunya mulai membuka pintu dan dia masuk ke dalam kamar Alex sambil membawakan nampan berisi sarapan. Tanpa banyak bicara, ibu Alex menaruh nampan itu di atas meja belajar Alex, kemudian dia segera duduk di sebelah Alex, karena sepertinya ada sesuatu yang harus dibicarakan antara ibu dan anak tersebut.  "Alex, ibu ingin minta maaf kepadamu."  "Tidak usah ibu, harusnya aku yang minta maaf karena telah membentak ibu kemarin." Jawab Alex.  "Ibu memang pantas menerima itu, karena ibu sadar bahwa selama ini ibu tidak pernah memberikan perhatian yang lebih kepadamu ... Ibu terlalu sibuk bekerja dan bahkan tidak pernah mengajakmu untuk mengobrol ataupun berekreasi."  "Tidak apa-apa ibu, aku sudah tidak mempermasalahkan tentang hal itu lagi."  "Tapi ibu tetap ingin meminta maaf padamu Alex."  "Ba- baiklah, aku memaafkan ibu."  "Hmm."  Sang ibu tersenyum, setelah itu dia lanjut berkata. "Oh iya, bagaimana kalau besok kita pergi ke Mall untuk berbelanja? Sudah lama ibu tidak mengajakmu berbelanja."  "Ti- tidak, tidak usah ... Saat ini aku sedang tidak ingin pergi kemana-mana."  "Oh iya, ada yang ingin ibu tanyakan ... Alex, apakah terjadi sesuatu padamu di sekolah?" Tanya sang ibu.  "Ti- tidak, aku baik-baik saja."  "Hmm, besok ibu akan datang ke sekolahmu untuk bertanya kepada para guru mengenai masalah yang sedang kau alami." Ucap sang ibu.  "Ja- jangan bu! Sudah kubilang aku baik-baik saja ... Tolong jangan datang ke sekolah. Aku serius!" Ujar Alex dengan nada sedikit membentak.  "Ba- baiklah ibu mengerti, tapi mulai sekarang jika ada sesuatu yang ingin kau ceritakan atau jika kau sedang memiliki masalah, tolong beritahu ibu."  "Iya."  "Sekarang, Apa ada yang kau butuhkan?"  "Tidak."  "Kau ingin dibelikan apa ketika ibu pulang nanti?"  "Tidak ada bu."  "Jika ada yang bisa ibu bantu..."  Namun sebelum sang ibu menyelesaikan kalimatnya, Alex berkata. "Aku baik-baik saja bu."  Setelah mendengar perkataan dari Alex, sang ibu sempat menghela nafas lalu dia menjawab.  "Hmm, baiklah ... Kalau begitu sekarang ibu akan berangkat kerja, jika kau merasa belum ingin masuk sekolah, maka kau boleh diam di rumah, tapi jangan keluyuran kemana-mana."  "I- iya." Jawab Alex.  Setelah itu, akhirnya sang ibu pun pergi. Sedangkan Alex masih berdiam diri di kamarnya sambil termenung memikirkan peristiwa kemarin. Dia sebenarnya ingin menghubungi dan melihat keadaan teman-temannya, yakni para anggota kelompok Faksi angin, namun Alex masih merasa malu, karena dia terbebani oleh tragedi yang kemarin terjadi. Apalagi dia juga merasa bersalah atas kematian Ren.  Tapi walau bagaimanapun juga dia harus bisa mengatasi beban yang ada di dalam hatinya itu. Sebagai seorang pria dan juga sebagai seorang Holy knight, dia harus mampu mengatasi masalah yang kemungkinan besar akan terjadi di masa depan, akibat lolosnya Jefirros bersama kekuatan Raja iblis. Sehingga cepat atau lambat dia memang harus datang dan menemui lagi teman-temannya, supaya mereka bisa terus berjuang bersama untuk menciptakan menyelesaikan masalah ini.  Selain itu, Alex juga teringat kata-kata dari Ren, yang menyuruhnya menggunakan perasaan ingin melindungi untuk meningkatkan kekuatannya. Karena perasaan itulah yang akan selalu menuntun Alex di jalan yang benar, dan Ren menaruh keyakinan besar terhadap Alex, sebagai seorang Holy knight yang akan membawa kedamaian terhadap konflik ini. Itulah kenangan dari Ren yang akan tetap dikenang oleh Alex.  Atas semangat yang telah Ren berikan kepadanya, tentu saja Alex tidak akan pernah melupakan tujuan yang selama ini telah dia bangun di dalam hatinya, yakni menyatukan ras pedang dan ras perisai, untuk bersama-sama membasmi iblis jahat.  Alex membayangkan senyuman yang pernah dia dapatkan dari setiap anggota Faksi angin, mulai dari Rusty, Miran, Max, Billy, Ara, Ren, dan Ryuji. Mereka semua adalah orang-orang yang sangat berarti bagi Alex, dan dia tidak ingin mengecewakan mereka untuk kedua kalinya. Namun tetap saja, perasaan Alex masih terbebani oleh ras bersalah, sehingga untuk bisa bertemu dengan teman-temannya lagi mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama.  Lalu ketika Alex mulai bangkit berdiri dari kasurnya untuk pergi ke toilet, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan di balkon kamarnya tersebut, sehingga Alex merasa kaget, kemudian dia segera berjalan secara perlahan keluar dari kamarnya menuju ke balkon. Saat melakukan hal itu Alex merasa gelisah sekaligus waspada.  Tapi seketika dia merasa lega saat melihat keluar melalui jendela, karena ternyata sosok yang sedang berada di balkon kamar Alex bukanlah sosok musuh, namun sosok itu tak lain tak bukan adalah Ryuji.  Oleh karena itu, Alex segera keluar walaupun dengan raut wajah sedikit ragu-ragu, sehingga dia hanya bisa menunduk karena belum sanggup untuk menatap wajah Ryuji secara langsung.  Sedangkan Ryuji segera menyapa Alex dengan ekspresi wajah riang.  "Selamat pagi Alex, maaf kemarin malam aku tidak bisa menemanimu." Ucap Ryuji, dengan nada ceria seperti biasanya.  Dan melihat ekspresi wajah Ryuji itu tentu saja Alex langsung merasa kaget sekaligus heran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD