Destined people

1395 Words
Pada keesokan harinya, pada pagi hari Alex berangkat ke sekolah. Walaupun hari ini Alex sedang tidak ingin keluar rumah namun dia harus melakukannya karena dia dipaksa oleh ibunya lagi. Oleh karena itu kini Alex sedang berjalan sambil merasa gugup dan terus waspada, dia memperhatikan keadaan di sekitar karena dia takut ada orang yang sedang mengikutinya.  Lalu pada saat dia melewati kedai corn dog milik Rusty, tak sengaja dia bertemu dengan Henry yang sedang berjalan di depannya. Oleh karena itu Alex langsung berlari sambil memanggil nama Henry untuk menghentikan langkah kaki temannya itu.  "Henry!"  Namun ketika didekati oleh Alex, Henry malah merasa risih dan memarahinya. "Hey! Sudah kubilang jangan memanggil namaku di depan umum."  "I- iya, maaf. Tapi itu kan sudah kebiasaanku sejak dari dulu, jadi sulit bagiku untuk tidak melakukannya, hehheh." Ucap Alex sambil tersenyum dan menggaruk kepalanya.  "Pokoknya tetap tidak boleh! Aku sudah menetapkan aturan kepadamu. Jika kau tetap ingin menjadi temanku, maka kau harus mematuhi aturan itu."  "I- iya, baiklah ... Tapi ngomong-ngomong, apakah sore ini kau sibuk? Aku ingin membicarakan sesuatu tentang kejadian yang kemarin kualami. Bolehkah hari ini aku datang ke rumahmu?" Tanya Alex.  "Jangan hari ini."  "Kenapa?"  "Karena hari ini teman-teman satu klub catur akan datang ke rumahku, jadi sebaiknya kau datang lain kali saja."  "O- ouh. Baiklah."  "Dan sekarang, berdirilah disini untuk beberapa menit. Biarkan aku berjalan ke sekolah lebih dulu, supaya aku tidak terlihat sedang berjalan bersamamu." Suruh Henry kepada Alex.  "O- oke." Ucap Alex sambil diam untuk mematuhinya, kemudian Henry berjalan menjauh.  Sedangkan di sisi Alex, Rusty menghampirinya sambil berkata. "Hmm, sombong sekali anak itu. Bukankah dia adalah temanmu sejak kecil??" Tanya Rusty.  "Ya, dia adalah satu-satunya temanku. Tapi akhir-akhir ini dia sedang banyak kesibukan."  "Hmm, walaupun begitu, tak seharusnya dia bersikap seperti itu kepadamu."  "A- ada alasan khusus mengapa dia harus bersikap seperti itu. Sebenarnya ... Aku memiliki reputasi buruk di sekolah, sehingga semua orang menghindariku. Dan supaya Henry tidak ikut dihindari, maka lebih baik tak ada yang tahu soal hubungan pertemanan kami di sekolah."  "Wah wah wah ... Tapi seharusnya jika dia adalah temanmu, dia akan tetap mendukungmu dan selalu ada untukmu." Ucap Rusty.  "Ti- tidak masalah. Aku baik-baik saja dengan hal itu." Jawab Alex.  "Hmm, aku akan memberi sebuah saran padamu Alex ... Kau sudah terlalu banyak berkorban dan menanggung beban yang terlalu banyak. Seharusnya kau jangan terlalu sering berkorban demi orang lain."  "A- aku tidak apa-apa ... Oh iya, aku berangkat ya." Ucap Alex yang berpamitan kepada Rusty untuk pergi menuju ke sekolah.  Sedangkan Rusty hanya bisa menghela nafas sambil melihat Alex berjalan pergi. "Hmm, dia adalah anak yang baik. Namun sayangnya tidak banyak orang baik yang berada di sekelilingnya."  Singkat cerita, hari itu berjalan seperti biasa. Alex dijauhi dan dikucilkan di sekolahnya, namun dia tidak terlalu mempedulikan hal itu. Dia tetap tersenyum sambil berjalan pulang menuju ke rumah.  Namun tiba-tiba dia teringat akan sesuatu, yakni sosok seorang gadis yang kemarin menabraknya dengan sepeda, dan gadis itu adalah seorang pengantar makanan di sebuah restoran restoran mie, namanya adalah Ara. Maka dari itu, sebelum pulang ke rumah, Alex memutuskan untuk pergi berkunjung dan makan di Restoran Ara.  Beberapa saat kemudian, Alex akhirnya berhasil menemukan restoran tersebut, yang ukurannya sederhana tapi suasananya nyaman, di dalamnya ada 4 buah meja yang berjejer rapi, dan suasana dapur yang bisa terlihat dari luar. Ketika Alex masuk, ada suara lonceng yang berbunyi, sehingga Ara langsung datang untuk menyambutnya.  "Selamat datang, silahkan dudu.... Eh, Alex." Ucap Ara sambil tersenyum.  "H- hai." Alex menyapa dan mereka berdua saling tersenyum.  Lalu singkat cerita, Alex sudah duduk di meja dan dia juga sudah memilih menu. Sehingga setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya Ara keluar sambil membawa makanan dan minuman pesanan Alex di atas nampan, lalu dia menyajikannya kepada Alex.  "Ini, selamat menikmati."  "Te- terima kasih." Ucap Alex, sembari menatap Ara lalu dia menatap ke sekelilingnya karena merasa canggung.  Maka Ara juga menatap ke sekeliling karena penasaran dengan apa yang sedang dilihat oleh Alex, kemudian Ara menyimpulkan. "O- ouh, suasana disini terasa sepi ya? ... Itu karena kedai kami belum memiliki banyak pelanggan. Kami baru buka disini selama 2 bulan."  "O- oh ... Kalau begitu aku akan menjadi pelanggan setia kalian." Ucap Alex.  "Benarkah?? Wahh, aku sangat senang."  Lalu saat melihat senyuman Ara, tiba-tiba Alex berpaling dan memakan hidangan di depannya dengan lahap, supaya serangan gugup yang dirasakannya bisa teralihkan, dia merasa canggung karena melihat senyuman Ara yang terlalu manis baginya. Namun karena Alex makan dengan terburu-buru, maka dia tersedak hingga terbatuk-batuk.  "Uhuk, uhuk!!"  Oleh karena itu Ara merasa khawatir dan dia segera memberikan Alex minum. "Alex, kau tidak apa-apa? Minum ini."  Dan setelah dia minum, Alex segera menjawab. "A- aku tidak apa-apa. Terima kasih."  "Makannya pelan-pelan saja."  "Makanannya terlalu enak, sehingga aku memakannya secara terburu-buru."  "Hmm." Ara tersenyum lagi.  Lalu tiba-tiba seorang pria keluar dari dapur. Dia adalah seorang pria tampan dengan rambut berwarna hitam yang diikat, dan dia mengenakan pakaian koki berwarna hitam. Orang itu adalah kakak dari Ara, dia keluar dari dapur sambil berkata.  "Ara, kenapa kau mengganggu pelanggan yang sedang makan?"  "Ti- tidak, aku tidak mengganggunya, aku sedang menolongnya." Jawab Ara.  "I- iya, barusan aku tersedak." Ucap Alex menambahkan.  Kemudian sang kakak datang mendekati mereka berdua, sehingga Ara langsung saja memperkenalkannya kepada Alex.  "Kakak, ini adalah orang yang kuceritakan kemarin. Namanya adalah Alex ... Alex, ini adalah kakakku, namanya adalah Ren."  "H- hai, senang bekenalan dengan anda." Ucap Alex.  Namun Ren menjawab. "Oh, jadi ini orang yang kemarin membuat kita rugi?" Lalu perkataan itu membuat Alex terkejut sambil cegukan.  "Uhuk!"  "Kakak, sudah kubilang itu bukan salahnya, aku yang telah menabraknya!" Ujar Ara.  "Yah, sudah, lupakanlah. Sekarang nikmati hidangannya, ya, Alex." Ucap Ren.  Oleh karena itu, Alex langsung mengangguk dan dia kembali memakan hidangan yang telah disajikan oleh Ren kepadanya. Namun tiba-tiba saja, ada seseorang yang datang ke tempat itu, dia mengenakan topi rimba yang tampak tidak asing bagi Alex, sehingga Alex segera terperanjat ketika melihatnya, dan orang tersebut tak lain tak bukan adalah Ryuji.  "Oh, Halo Ren, Ara." Ucap Ryuji sambil masuk ke dalam kedai.  Sedangkan Alex yang melihat sosok Ryuji, kaget karena rupanya Ryuji telah mengenal Ren dan Ara, sehingga Alex langsung tersedak dan batuk lagi, lalu Ara dan Ren segera berusaha untuk memberi Alex minum sambil menepuk-nepuk punggung Alex. Sedangkan Ryuji terus berjalan mendekati mereka semua, dan dia juga mendengar Ara yang menyebut nama Alex, sehingga kini Ryuji jadi tahu nama dari anak remaja itu, maka Ryuji berjalan sambil berkata.  "Ouh, jadi namamu adalah Alex ya?"  "Ryuji, apakah kau mengenalnya?" Tanya Ren.  "Ya, di rapat kita yang kemarin malam, kita membicarakan tentang sosok sang Holy knight, iya kan? ... Dan anak inilah sosok tersebut."  "Apa??"  "Hah??" Ren dan Ara merasa sangat terkejut mendengar perkataan dari Ryuji.  Lalu tiba-tiba Alex meletakan uang di meja, dan dia bergegas untuk pergi dari tempat itu, dia beranjak dari kursi sambil berkata. "Terima kasih untuk hidangannya, tapi aku harus pergi."  Namun ketika Alex sedang berjalan, dengan cepat Ren menarik kerah bajunya dari belakang sambil berkata. "Hey, tunggu dulu ... Kau harus ikut dengan kami."  Alex yang langkahnya telah dihentikan, sontak saja merasa takut. "T- tolong ampuni nyawaku. A- aku mau dibawa kemana?"  Kemudian, untuk menenangkan Alex, Ara segera berdiri di sampingnya sambil menggenggam tangan Alex, dan dia berkata. "Alex, tenang saja. Kami tidak akan menyakitimu, percayalah kepada kami." Dan perkataan itu ternyata mampu membuat Alex sedikit tenang.  "Ikutlah bersama kami sob ... Kumohon." Ucap Ryuji. sehingga Alex mengangguk, yang artinya dia bersedia untuk ikut dengan mereka.  Sementara itu di luar kedai, dari kejauhan. Ada sosok seorang laki-laki berpakaian jas rapi yang sedang memperhatikan mereka, dia melihat Alex sedang bersama Ara dan kakakknya. Sosok pria stalker itu tak lain tak bukan adalah pria yang kemarin telah dirasuki oleh iblis dan bertarung melawan Ryuji. Rupanya dia memang selalu menguntit dan memperhatikan Ara dari kejauhan, dan hari ini dia merasa sangat kesal karena Alex berada di kedai tersebut.  "Grrr!!! Bocah itu ternyata cukup akrab dengan Ara dan kakaknya. Aku sangat ingin membunuhnya, tapi aku tidak boleh menampakan diriku sekarang, karena pria bertopi rimba itu juga ternyata ada disana. Sialan!" Ucap si pria stalker.  Singkat cerita, beralih ke tampat lain, atau lebih tepatnya di markas utama dari kelompok Billy dan kawan-kawan. Tempat itu merupakan sebuah Sasana tinju yang tidak terlalu besar dan tampak biasa saja, dengan ring tinju yang berada di tengah ruangan, dan berbagai alat olahraga yang tersedia di Sasana tersebut, yang merupakan tempat milik Billy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD