The Life of a Teenager

1381 Words
Setelah memakan sarapan yang tidak enak buatan ibunya, kini Alex sudah berangkat menuju ke sekolah, dia berjalan kaki di trotoar bersama para pejalan kaki lainnya, dan suasana kota saat itu sedang ramai sekali. Ketika sedang berjalan, Alex melihat layar besar di persimpangan jalan yang menampilkan seorang pembawa acara berita. Sang pembawa acara berita tersebut sedang memberikan informasi kepada masyarakat mengenai undang-undang senjata tajam yang baru saja diperbaharui oleh pemerintah. Dalam undang-undang itu ada peraturan yang melarang siapapun membawa senjata tajam di depan publik, khususnya pedang. Kecuali pisau yang akan dipergunakan untuk keperluan memasak, itu masih diperbolehkan. Dan bagi siapapun yang melanggar peraturan ini, maka polisi berhak menangkapnya dan orang itu akan mendapat hukuman maksimal 20 tahun penjara. Awalnya hukuman yang diberlakukan bagi orang yang membawa pedang atau pelanggar peraturan tersebut adalah 10 tahun penjara, tapi sekarang setelah diperbaharui, hukumannya bertambah menjadi 20 tahun penjara. Di negara ini, penggunaan senjata tradisional seperti pedang memang telah dinyatakan illegal, dan hal itu dikarenakan banyaknya fenomena pertarungan yang dilakukan oleh para pengguna pedang yang memiliki kekuatan misterius. Jadi sekarang, di jaman modern ini siapapun yang terlihat membawa pedang akan langsung ditangkap dan bahkan pemerintah bisa melakukan sesuatu yang lebih kejam terhadap mereka. Alex terlihat tidak terlalu mempedulikan tentang aturan tersebut, karena dia hanya seorang pelajar SMA yang tidak mungkin membawa pedang kemana-mana, dan dia juga tidak ingin berurusan dengan hal-hal yang berbahaya seperti itu. Tak lama kemudian, Ketika sedang berangkat sekolah, ada beberapa kebiasaan yang selalu dilakukan oleh Alex, dia selalu mampir ke kedai Corn dog milik Rusty, seorang pria bertubuh tambun dan selalu memakai bandana merah di kepalanya. "Hey Alex, lama tak terlihat." Rusty menyapa sambil mengelap meja di kedainya. "Hey, aku pesan yang biasa." "Oke, baiklah." Lalu Rusty segera menyiapkan dan memberikan pesanan Alex, yakni dua Corn dog. "Terima kasih. Semoga jualanmu hari ini laris." Ucap Alex sambil tersenyum. "Ya, sama-sama Alex." Dan setelah itu, seperti biasa Rusty selalu melihat Alex berjalan pergi, dan dia selalu merasa kagum ketika Alex memberikan satu corn dog kepada seorang tunawisma yang berada tak jauh dari kedainya. Oleh karena itu, Rusty berkata. "Hmm, dia adalah anak yang baik. Tapi kenapa dia tidak punya teman ya? Aku selalu melihat dia sendirian." Ucap Rusty sambil menghela nafas. Setelah dari tempat Rusty, Alex melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah, dan terkadang jika ada seorang nenek atau siapapun yang kesulitan menyeberang jalan, Alex selalu sigap membantu mereka dan memberikan senyuman kepada siapapun. Namun lain halnya jika dia sudah berada di sekolah, karena sesampainya dia di sekolah, Alex selalu merasakan atmosfer yang berbeda dari orang-orang di sekelilingnya. Ketika dia berjalan melalui lorong sekolah yang dipenuhi oleh banyak murid, mereka semua selalu menatap Alex secara sinis dan menunjukan raut wajah tidak suka seakan Alex adalah seorang penjahat, dan tentu saja hal itu membuat Alex tidak nyaman sehingga dia merasa sangat risih. Terutama saat dia mendengar orang-orang yang terus bergunjing tentangnya, mereka selalu sengaja membicarakan Alex walaupun sosok orangnya nampak dan berjarak dekat dengan mereka. "Hey, lihat itu. Si anak haram." "Ya, hari ini si anak haram datang ke sekolah." "Untuk apa anak haram itu datang lagi ke sini?" "Huhh! Aku jijik melihatnya." Perkataan-perkataan itulah yang sering didengar oleh Alex di sekolahnya dan dimanapun tempat dia bergaul. Entah siapa yang menyebarkan rumor tersebut kepada semua orang, tapi yang jelas sekarang rumor tersebut menjadi hal yang paling buruk bagi hidup Alex, sehingga dia selalu merasa tidak nyaman jika harus berkumpul dengan banyak orang. Bahkan di ruangan kelas pun, Alex duduk sendirian tanpa ada orang yang mengajaknya berbicara ataupun mendekatinya. Teman-teman sekelas Alex sibuk dengan kegiatannya masing-masing dan bercengkrama dengan satu sama lain sambil sesekali menengok ke arah Alex dengan tatapan sinis. Namun Alex tidak ingin terlalu mempedulikan tentang hal itu, ketika jam pelajaran kosong, dia selalu sendirian di bangkunya sambil menonton video memasak. Lalu tiba-tiba saja, ada seseorang yang didorong hingga terjatuh di dekat Alex, nama orang itu adalah Henry, dia adalah seorang murid pintar di kelas Alex yang memiliki postur tubuh agak pendek dan memakai kacamata. Henry didorong oleh para siswa lelaki di kelas tersebut yang berjumlah tiga orang. Saat Henry terjatuh, Alex merasa kaget sedangkan ketiga siswa yang telah mendorong Henry langsung berkata. "Hey, ayo cepat minta maaf kepada kami!" "Ya, kau sudah menabrak kami tapi tidak mau meminta maaf!" Ujar para siswa itu. Lalu Henry menjawab, "Kenapa aku harus minta maaf?! Kalian yang menghalangi jalanku!" "Ya jika kau ingin lewat, seharusnya kau bilang permisi!" "Aku tidak perlu bilang permisi kepada kalian!" Ujar Henry. "Hah? ... Dasar sombong! Jangan mentang-mentang kau murid terpintar di kelas ini ya!" Ujar salah satu siswa lelaki sambil melayangkan pukulan kepada Henry. Namun, tiba-tiba saja Alex menggenggam tangan siswa itu, sehingga pukulannya tidak sampai kepada Henry. Lalu sambil menoleh Alex bertanya. "Henry, kau tidak apa-apa?" Tapi Henry tidak menjawab pertanyaan tersebut dan dia malah memalingkan wajah meskipun dirinya telah ditolong oleh Alex. Kemudian si siswa lelaki yang tangannya sedang dipegangi oleh Alex, segera menarik tangannya sambil berkata. "Cih, kenapa si anak haram ini ikut campur." Maka dengan tatapan mata tajam Alex berkata kepadanya, "Jaga ucapanmu, mulut kotor." "Apa kau bilang?!" Para siswa itu menjadi marah kepada Alex, sehingga seketika suasana menjadi memanas. Dan tanpa basa-basi para siswa itu mulai memukuli Alex hingga dia terjatuh, setelah itu Alex berusaha untuk melindungi wajah dan tubuhnya ketika dia sedang dipukuli di lantai. Kejadian itu menjadi tontonan bagi para murid yang ada disana, dan tak ada satupun dari mereka yang mau menolongnya. Bahkan Henry pun segera berdiri dan menjauh dari pertarungan itu, dan dia hanya terdiam sambil melihat Alex yang sedang dipukuli oleh tiga orang tanpa melakukan perlawanan sama sekali. Oleh karena itu seorang siswa di sebelah Henry bertanya. "Hehheh, kenapa si anak haram itu tidak melawan? Biasanya dia selalu bisa mengalahkan banyak orang." Lalu Henry menjawab dengan raut wajah datar. "Itu karena, dia sudah dua kali mendapatkan surat peringatan karena berkelahi, jika dia sampai dapat lagi maka dia akan dikeluarkan dari sekolah ini, dan membuat ibunya malu." "O- Ouh, iya benar juga. Hehhe." Pemukulan yang dilakukan terhadap Alex terjadi hingga jam pelajaran kosong selesai, dan hal itu bukanlah kali pertama Alex dihajar, tapi dia sudah sering menerima perlakuan tersebut, sehingga membuat dirinya malas untuk masuk sekolah. Tapi walau bagaimanapun juga, dia harus bisa bertahan sampai lulus nanti, karena dia memiliki tekad untuk menggapai mimpinya, sehingga Alex tidak ingin dikeluarkan dari sekolah, terlebih lagi dia juga tidak mau membuat ibunya kecewa. Singkat cerita, saat pulang sekolah, Henry sedang berjalan sendirian. Tmmiba-tiba ada suara orang yang memanggilnya dari kejauhan. "Henry!! Henry!" Lalu ketika Henry menoleh untuk melihat orang yang memanggilnya, ternyata orang itu adalah Alex, sehingga Henry hanya menghela nafas sambil melanjutkan langkah kakinya. Sedangkan Alex berjalan tergesa-gesa hingga akhirnya dia bisa sampai ke dekat Henry, lalu mereka berdua berjalan berdampingan. "Henry, kau tidak apa-apa?" Tanya Alex. "Bodoh, seharusnya aku yang bertanya seperti itu." "I- iya aku baik-baik saja, jangan khawatir." Sebenarnya Alex dan Henry adalah teman baik sejak mereka kecil, namun karena rumor mengenai diri Alex, maka Henry tidak ingin terlihat akrab dengannya di sekolah, dan hal itu sepertinya bukan masalah bagi Alex, karena diluar sekolah mereka masih tetap berteman seperti biasa. "Hey, kau sudah kusuruh untuk jangan memanggil namaku atau berinteraksi denganku di sekolah. Iya kan?" "I- iya, aku minta maaf ... Tapi aku tidak bisa menahan diri saat melihat dirimu disakiti." Ucap Alex. Lalu Henry tersenyum sambil melihat ke arah lain. Sedangkan Alex melanjutkan perkataannya kepada Henry. "Oh iya, ngomong-nngomong hari ini apakah kau mau mampir ke rumahku untuk main game?" Tanya Alex. "Hmm, kurasa hari ini aku tidak bisa. Karena aku ada janji dengan seseorang." "O- oh, baiklah kalau begitu." "Hmm, ya ... Sampai jumpa Alex." Ucap Henry sambil berbelok arah lain yang menuju ke rumahnya. "Ya, sampai jumpa Henry." Sahut Alex. Setelah itu Alex melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah. Namun secara mengejutkan, ketika Alex melewati suatu pertigaan jalan kecil, tiba-tiba ada seorang wanita pengendara sepeda yang menabrak Alex hingga jatuh, sehingga seketika mereka berdua jatuh tersungkur setelah saling bertabrakan, Alex jatuh terkapar sedangkan si wanita jatuh dari sepedanya bersama kotak penyimpanan makanan yang ada di belakang sepedanya. Wanita itu adalah seorang pengantar makanan yang sedang bertugas, dia memiliki postur tubuh sedikit pendek namun proporsional, dengan rambut coklat yang terurai, dia juga memiliki paras wajah yang cantik dan terlihat muda, sepertinya dia seumuran atau lebih tua beberapa tahun dari Alex.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD