6.Bertemu Vir

1863 Words
Vir langsung melihat ada seorang wanita yang terjatuh tak jauh darinya. Ia perhatikan wanita itu yang sepertinya Tengah kesulitan untuk berdiri berlari dengan langkah perlahan namun pandangannya fokus ke arah depan. "Tunggu dulu, wanita itu ..." Vir memperhatikan dengan detail lalu ia mulai berlari kecil untuk menghampirinya hingga menghentikan langkahnya tepat di dekat wanita itu dan membuat wanita tersebut secara tak sengaja menabrak Vir. "Akh! Ma-maaf. Aku tidak sengaja." Vir tersenyum ketika melihat wanita didepannya ini. Rambut panjang terurai dengan drea berwarna biru muda bahkan ia melihat bajunya sedikit koyak di bagian atasnya bahkan tali bra-nya pun bisa terlihat. Wanita itu berjalan tanpa alas kaki. Iya, wanita itu adalah violet yang selama ini ia cari. "Hei ... Kemana kau lari, Violet!" Mendengar suara teriakan itu yang terlihat sangat dekat membuat violet pun dengan gelanggapan berusaha untuk lari dari tempat itu. "Maaf, permisi," ucapnya nggak melangkah namun dengan cepat langsung ditarik pergelangan tangan oleh Vir. "Tunggu. Apa kau masih mengenaliku?" Ucap Vir berbisik tepat di depan wajah Violet. Seketika itu pula, Violet mengingat sesuatu. 'Tunggu dulu, suara ini, bau parfum ini. Dia .. adalah lelaki yang meniduriku waktu itu dan dia bukan Tuan Jason seperti yang Bibi Jeslyn katakan.' batinnya. Vir memperhatikan Violet yang masih terdiam, ia menyangka sepertinya wanita di depannya ini mengenali dirinya. Ia semakin mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Violet hingga deru nafasnya bisa dirasakan oleh violet. "Jadi, Apakah kamu mulai mengenalku? Violet?" Pertanyaan itu makin membuat violet terbelalak karena ternyata lelaki di depannya ini mengenal dirinya, hingga membuat dirinya perlahan mundur ke belakang, tapi dengan cepat Vir langsung menarik Violet dengan memeluk pinggangnya. Sontak, itu membuat violet pun langsung sangat dekat dengan dirinya. "Si-siapa kau? Maaf, aku tidak mengenalmu. Jadi, mohon lepaskan aku," ucapnya yang berusaha untuk melepaskan tangan lelaki itu di pinggangnya. tapi vir bukannya malam lepaskan dia justru makin minta erat pelukannya pada violet. "Tidak. Kau pastikan mengenalku, Kan. Jujur saja." "Tidak! A-aku benar-benar tidak mengenalmu mungkin saja kau salah orang jadi mohon lepaskan aku!" Di saat violet terus berontak berusaha untuk melepaskan pegangan tangan pir namun lelaki itu yang dengan sigap langsung membopong tubuh violet seperti Ala briday style. "Akh! Tolong ... Lepaskan aku!" Teriaknya kuat, Tapi Vir sama sekali tak peduli. Beberapa pengawalnya yang berada di dekat mobil dan kendaraan lainnya jelas melihat Vir membopong seorang wanita. Sontak saja mereka semua langsung mengenali perempuan tersebut Lalu fir pun langsung memasukkannya ke dalam mobil dan menutup pintu mobil tersebut. "Lepas! Siapa kau? Apa yang akan kau lakukan padaku?!" teriak violet yang semakin menggugurkan posisi duduknya hingga mentok pada pintu mobil. Vir duduk santai sambil bersilang kaki dia memperhatikan wanita di depan umum sepertinya benar-benar ketakutan akan dirinya. apalagi dilihat dari bibirnya mulai pucat gemetar serta posisi duduknya yang semakin menghindar darinya. "Sudahlah, kau tidak usah mengelak lagi. Jujur saja, kau pasti mengenaliku, kan." "Maaf, bagaimana aku bisa mengenalimu. Sedang aku saja tidak bisa melihat," jawab Violet masih dengan perasaan takut. Vir terkekeh kecil sambil menggeleng ia melipat kedua tangannya di depan d**a masih terus memperhatikan wanita di depannya ini. perlahan ia melihat ke arah sekujur tubuh wanita itu yang terdapat beberapa luka di sana bagian lengan pergelangan tangan bahkan telapak kakinya seperti ini terluka karena padi dirinya melihat wanita ini berlari tanpa alas kaki sedikitpun. "Dimana wanita itu?" Terdengar suara teriakan tak jauh dari mobilnya membuat Vir melihat ke arah jendela mobil tersebut sambil memperhatikan beberapa orang yang sepertinya Tengah mencari seseorang berlari di sekitaran taman itu. "Mungkin dia lari ke arah sana dia tidak bisa melihat maka mungkin tidak akan dirinya jauh dari tempat ini." Mendengar kembali perkataan ini dilontarkan oleh beberapa orang itu membuat Vir yakin bahwa mungkin yang dicari oleh mereka adalah viole perlahan ia langsung melihat ke arah wanita tersebut yang masih sedikit meringkuk. "Kau tengah di cari oleh seseorang?" Pertanyan itu sama sekali tak digubris oleh Violet, dirinya yang sudah ketakutan membuatnya tetap terdiam. Vir menghelah napasnya. Perlahan, pandangan matanya tertuju ke arah perut wanita tersebut. 'Kalau perempuan ini hamil, berarti anak yang dia kandung adalah darah dagingku.' batinnya. Perlahan, Vir menggeser posisi duduknya sedikit mendekat ke arah wanita itu dan violet yang menyadari hal tersebut langsung berusaha untuk mengendalikan kepalanya tidak tertuju ke arah Vir. "Kau hamil?" Pertanyaan pertanyaan itu benar-benar membuat violet tersebut. Apa maksud dari laki-laki itu yang mengatakan kalimat tersebut. Dirinya hanya terdiam tak menjawab. "Tuan Vir. Nyonya Qiana mengirim pesan bahwa Tuan muda Vir harus segera membawa wanita ini," ucap sang sopir yang berada di dalam mobil itu. "Baik, kita bawa perempuan ini ke klinik terdekat di sini kita akan periksa keadaannya dan juga mengobati beberapa luka yang berada di tubuhnya." "Baik, Tuan." Sang supir pun segera menyalakan mobilnya lalu mereka pergi untuk menuju ke klinik terdekat sementara beberapa yang lainnya pun tetap mengikuti mereka. Selama berada di dalam mobil violet berusaha untuk berbicara kepada Vir agar dirinya dilepaskan apalagi tadi ia mendengar sang supir yang mengatakan bahwa dirinya akan segera dibawa. Violet Tidak tahu akan dibawa ke mana yang dimaksud oleh sopir itu. "Ma-maaf. Sebelumnya aku mengucapkan terima kasih, karena anda berniat ingin mengobati lukaku, tapi sebaiknya tida perlu, lebih baik turunkan saja aku disini." Vir menoleh kearahnya. Ia masih duduk santai memperhatikan Violet. "Apa aku tidak berterima kasih padaku. Kau tadi berlari dan Tengah di kejar-kejar oleh seseorang, kan. Dan kini, aku menyelamatkanmu dari mereka semua." "Em, i-iya. Aku sangat berterima kasih. Tapi ... Sekarang, aku mohon lepaoska aku saja, Karen a pasti mereka sudah tidak mengejarku lagi." Vir menggeleng. "Tidak. Udah hampir 2 minggu aku mencari keberadaanmu. Dan kini ketika kau sudah ada di depan mataku, tidak mungkin aku melupakanmu mudah begitu saja." "Maaf, tapi untuk apa kau mencariku?" Lagi-lagi Vir tersenyum smrik disudut bibirnya kini ia membuka silanh kaki lalu menggeser posisi duduknya sehingga kedua kaki mereka bertemu. Sontak, violet terkejut hingga perlahan menggeser posisi kakinya. Vir semakin mendekat ke arah violet hingga ia berhenti dan berbisik tepat di telinga wanita itu. "Pertanyaanmu itu sungguh bodoh. Kenapa aku mencarimu? Jelas, karena aku ingin melindungi anakku yang kau kandung." Bisikkan Vir yang serak bahkan tangannya yang mulai menyentuh perut Violet, membuat sang empunya langsung dengan cepat mengalihkan tangan fir dari perutnya. "Maaf, tapi aku tidak hamil. Aku juga tidak mengenal dirimu!" "Oh ya? Apa kau lupa malam itu? Jelas-jelas aku melakukannya padamu, dan kau ingat aku mengeluarkannya di dalam." Mendengar bisikan Vir yang lebih dalam dari sebelumnya apalagi kini Vir mulai menyentuh dagunya membuat perlahan kepala violet pun tertuju ke arah lelaki di depan itu hingga kedua mata mereka bertemu. Tetapi untungnya saja violet tidak bisa melihat dengan jelas. Mungkin kalau bisa melihat wajah Vir sekarang dirinya pasti akan menyangka kalau sebentar lagi akan diserang oleh seorang vampir. Violet tertegun. "Ma-maaf, ta-tapi ... A-aku tidak hamil," ucapnya dengan gugup dan terbata. "Oh ya? Kita akan buktikan nanti Saat di klinik. Mau kau ambil atau tidak kau akan tetap ikut bersamaku. Kamu tahu adalah wanita satu-satunya yang pernah aku tiduri." Setelah mengucapkan kalimat itu Vir langsung membenarkan posisi duduknya menjauh dari violet ia duduk seperti biasa dengan menyilangkan kaki dan bersedekap d**a menuju ke arah depan. Sedangkan violet dengan detak jantung yang masih berdekuk kencang dan juga rasa ketakutan di dalam dirinya membuat Gadis itu mengatur nafasnya beberapa kali dan menormalkan detak jantungnya. 'Aku tau dia Tuan Vir. Semua orang membicarakan tentang dirinya yang kejam dan juga dingin. Bahkan dia tidak segan-segan untuk menghabisi siapapun orang yang berurusan dengannya. Apalagi sampai membuatnya benar-benar marah. Apa yang harus aku lakukan?' batin Violet. Iya, violet tahu cerita itu semua dari dulu semua di negeri ini pun tahu kalau akhir fredric adalah anak pertama dari istri pertama Tuan Vedrick yang telah meninggal sekitar 2 tahun yang lalu bersamaan dengan dirinya dan kedua orang tuanya yang kecelakaan saat perjalanan menuju ke arah bukit. Ia sedikit mengetahui tentang Avir Vedrick yang memang dikenal kejam dan dingin. Sungguh, Violet tidak tahu kali ini apa yang harus dia lakukan. Kalau mungkin tadi Dirinya tidak kabur dari rumah nenek Ayu yang karena dikejar-kejar oleh sekelompok anak buah dari Jason maka mungkin dirinya sudah ditangkap oleh mereka tetapi kini ketika dirinya sudah kabur malah dipertemukan oleh Vir yang sepertinya sama saja dirinya seperti keluar dari kandang harimau dan masuk ke kandang buaya. Perlahan, Violet menyentuh perutnya, ia mengingat perkataan yang di lontarkan oleh Vir tadi. 'Apa benar aku hamil?' batinnya. Violet tidak mengetahui secara pasti tetapi sekitar 2 minggu ini setelah ia pergi dari rumah bibinya dan tinggal di rumah nenek Ayu. Ia memang sedikit merasa selalu sedikit mual, dan sakit bagian perutnya kepalanya pusing dan nafsu makannya pun berkurang, tetapi Violet tidak tahu dan dia menyangka kalau dirinya hanya sakit dan kelelahan. 'Apa jangan-jangan, semua itu karena aku hamil?' batinnya. Vir melirik ke arah violet yang sedari tadi memegang perutnya, lelaki iru tersenyum smrik di sudut bibirnya. "Tenang saja, jika kau memang benar hamil anakku. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku. Kau tidak perlu takut, Violet." Violet memilih untuk tak menanggapi ucapannya. Ia tetap terdiam dengan posisi yang masih sama berkutik sedikitpun. ***** Sementara itu di rumah nenek Ayu, dirinya gelisah dan bingung karena sampai saat ini Violet belum kembali. pandangannya terus tertuju ke arah jalanan di sana menunggu kehadiran wanita tunanetra itu agar kembali lagi ke rumahnya. "Violet maafkan nenek ya, nenek memang sengaja menurut kamu untuk pergi agar kamu tidak dipijak oleh mereka dan bisa menghindari mereka semua." Gumamnya. Berkali-kali dia mencoba untuk menelepon cucunya yaitu Ayu namun tidak bisa sehingga membuatmu Aya bingung sendiri apa yang harus ia lakukan. Ia mencoba sekali lagi untuk menelepon cucunya tersebut, untungnya kali ini ayo segera mengangkat panggilan dari neneknya itu. "Hallo, Nek. Maaf, tadi pekerjaan ayah begitu banyak sehingga tidak menjawab panggilan dari nenek. Ada apa ya, Nek?" "Ayu, Nenek bingung sekali. Violet pergi dan belum kembali." Ayu langsung terkejut ketika mendengar ucapan dari neneknya yang benar-benar terdengar dari nada suaranya ditelepon itu sepertinya sang pengkhawatirkan keadaan violet. "Em, tunngu dulu, Nek? Maksud Nenek? Menahannya Violet pergi kemana? Apa dia pergi atau kabur Nek? Coba jelaskan secara detail dengan Ayu." Di saat sang nenek mulai menjelaskan kronologi kejadian saat violet yang dikejar-kejar oleh sekelompok orang yang tidak dikenal, hungga membuat nenek Aya memutuskan untuk menyuruh Violet segera pergi keluar Lewat pintu belakang rumahnya. tapi perlahan Ayu tidak mendengarkan secara seksama ucapan dari neneknya karena pandangannya sudah terfokus ke arah depan sana. Melihat bahwa anak dari majikannya yang tak lain adalah Tuhan fir membawa seorang wanita menuju ke arah mamanya yaitu Nyonya Qiana. 'Bukankah dia .... ' Ayu semakin memfokuskan pandangannya kearah wanita yang berada di dekat Tuan Muda Vir itu. Hingga seketika ia terbelalak melihat Bahwa wanita itu adalah Violet. "Ayu ... Ayu ... Apa kau masih berada di sana dan mendengarkan nenek?" Dengan cepat, Ayu langsung tersadar dan menanggapi ucapan dari neneknya tersebut. "Em, maaf Nek. Ayu tadi mendengarkan semua pernyataan nenek, tetapi nenek tenang saja karena violet baik-baik saja. Dia sekarang berada di rumah Tuan Muda Vir." "Hah?! Maksud kamu bagaimana Ayu?" "Em, nanti saja ya, Nek. Ayu akan menelpon nenek lagi." ucapnya yang langsung menutup panggilan tersebut dan memasukkan ponsel yang tepat di saku bajunya. Ayu masih memerperhatikan Violet yang kini tengah berbicara dengan nyonya Qiana. 'Apa yang mengejar violet itu adalah anak buah dari Tuan muda Vir?' batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD