Jason tunangan Vikana

2106 Words
Dengan tatapan tajam, Jason kian mendekatinya hingga membuat mereka memundurkan langkahnya seraya menunduk. Ia melirik kearah Vitania sekilas. "Bagaimana, kalau aku punya penawaran lain," desisnya. Perkataan itu mampu membuat Jasmine perlahan melihat ke arah Jason namun tidak untuk Vitania yang masih menentukan kepalanya. "Ma-maksud, Tuan?" "Aku akan memberikan sisa dari uang itu, yaitu 300 juta. Tapi, anakmu sebagai gantinya." ucapan tersebut jelas membuat kitanya langsung melihat ke arah Jason dengan raut wajah ketakutan, begitupun juga Jeslyn yang langsung terbelalak. Vitania menggeleng cepat. "Ma, tidak. Aku tidak mau," bisiknya dengan rasa takut pada mamanya. "Sudah, kamu tenang Saja. Biar Mama yang bicara padanya," balasnya dengan berbisik juga seraya mengusap punggung tangan sang anak, menenangkannya. "Jadi, mana pilihan yang terbaik untuk kalian?" Tanya Jason yang masih terus memperhatikan mereka. Dengan cepat pandangan Jesslyn langsung tertuju ke arah Jason dan berusaha untuk tetap tersenyum. sementara itu vitania bersembunyi tepat di belakang mamanya sambil sesekali menurut ke arah Jason. "Em .. Tuan Jason. sekali lagi aku minta maaf tentang keponakanku yang kabur itu. Dan saya benar-benar berjanji, akan membawa dia tepat di hadapan Tuan Jason. Jadi Tuhan tidak perlu khawatir akan hal itu." Jason menggeleng seraya tersenyum smrik. "Saya, akan transfer sekarang juga sisa uangnya rp300 juta jika anak anda sebagai gantinya." perkataan itu lagi-lagi membuat pertanian langsung menjalankan kepala Jason tahu apakah hal tersebut ia berusaha sebisa mungkin untuk membujuk Jason untuk tidak membawa anaknya. "Em, tunggu dulu Tuan. kalau nanti keponakan saya sudah bertemu saya akan memberikan setengah dari uang yang ditransfer oleh Tuhan Jadi kami hanya memiliki 350 juta saja. Bagaimana?" Tawarnya dengan tetap memberikan senyuman pada Jason. "Tidak. Saya akan tetap membawa anak anda," ucapnya yang langsung memberikan harga pada dua pengawalnya untuk segera membawa Vitania. Kedua pengawalan itu pun langsung memegangi tangan kita ini ya yang langsung di bawah menuju ke arah mobil dan jelas mungkin memohon kepada Jason agar melepaskan anaknya. "Tuan ... Saya mohon. Jangan bawa anak saya. Saya janji, akan benar-benar membawa keponakan saya kepada, Tuan." "Ma ... Mama ... Tolong Ma ..." vitania terus berteriak meminta tolong pada mamanya karena dirinya yang terus ditarik menuju ke arah mobil Jason. Sedangkan Jeslyn masih terus berusaha memohon pada Jason yang kini telah berbalik dan berjalan menuju ke arah mobilnya singgah Jason pun akhirnya bertekuk lutut tepat di depan Jason Seraya memohon kepadanya agar tidak membawa sang anak. "Baik. Mobil berwarna merah di halaman rumah saya itu bisa Anda bawa karena sebagian uangnya sudah saya belikan barang-barang lainnya. Tapi, saya mohon lepaskan anak saya dan saya berjanji tidak akan memintaku yang sisanya dan saya akan membawa keponakan saya ke hadapan Tuan," ucapnya di mana ada lirik bertekuk kutub tepat di depan Jason Dengan mengatakan kedua tangannya. Jason maka nafasnya besar yang memeriksa kilas kerah wanita yang bertekuk untuk di bawah kakinya itu lalu melirik ke arah anaknya yang sudah dimasukkan ke dalam mobil oleh dua pengawal tersebut. "Baik. Tapi saya minta setidaknya 300 juta transfer ke saya. Tapi kalau saya tidak mendapatkan uang itu maka anak anda tetap akan saya bawa," saatnya dengan Ada santai melihat ke arah Jasmine di bawah sana. Dengan cepat, Jesylin bangkit dari posisinya yang langsung berdiri tepat di hadapan Jason. "T-tapi, Tuan. Uangnya susah tinggal hanya tersisa 100 juta saja. Tapi saya janji, lusa akan saya bayar 200nya. Saya tidak akan bohong." Lagi-lagi Jason menghelah nafasnya gusar. "Baik, kirimkan sekarang 100 juta itu." Jason mengangguk dengan yakin lalu ia mengambil ponselnya yang berada di saku bajunya dan segera mengirimkan transferan uang 100 juta itu tepat di rekening Jason. Jason pun melihat ke layar ponselnya dan 100 juta miliknya sudah kembali lalu ia memberi isyarat kepada dua pengawal yang berada di mobil itu untuk segera mengeluarkan Vitania. kedua pengawalnya pun langsung membuka pintu itu Seraya menarik paksa vitamin untuk keluar dari mobil hingga membuat Gadis itu terjatuh dan cepat-cepat dia sering menolong anaknya untuk segera berdirikannya. Jason berjalan ke arah mereka berdua yang membuat keduanya pun ketakuan, apalagi vitaminnya yang langsung bersembunyi di balik mamanya. "Ingat. Janji anda yang akan mengirim 200 juta di hari lusa. Jika tidak anak-anak akan menjadi taruhannya," ucap Jason dengan nada mengancam. "Ba-baik, Tuan. Saja janji akan bayar dan saya akan tetap berusaha mencari keponakan saya sampai ketemu," jawabnya dengan beberapa kali menggangguk dan pandangan yang tertunduk. Jason langsung masuk ke dalam mobil tersebut begitupun juga dengan satu pengawal sedangkan pengawal yang satunya lagi membawa mobil merah yang baru saja dibeli oleh Jesylin, jelas duit itu berasal dari tengah orang milik Jason namun sekarang seketika mobil itu umumnya dibawa oleh Jason. Melihat bahwa mereka semua telah pergi dari halaman rumahnya membuat dia sendiri dengan anak yang bernafas megah dan langsung Mereka berpelukan. "Ma .... Aku tadi benar-benar takut di bawa olehnya," ucapnya lirih sambil memeluk mamanya erat. "Iya, Nak. Sudah kami tenang saja. Sekarang ini untungnya kita masih bisa bernapas lega," jawab Jesslyn dengan mengusap lembut kepala sang anak. Perlahan mereka melepaskan pelukan itu membuat vitaminnya langsung tertuju ke arah mamahnya. "Ma, pokoknya kita harus mencari violet sampai dapat. Kalau tidak kita akan terus-terusan di teror oleh Tuhan Jason." "Iya. Kita memang harus mencari wanita buta itu. Dan untungnya Papamu besok mulai pergi lagi keluar kota, maka kita bisa leluasa untuk mencari wanita itu," ucapnya yang dianggukan oleh anaknya. "Yasudah, kalau begitu ayo kita masuk, Nak. besok kita harus benar-benar mencari keberadaannya gimana wanita itu berada karena Mamah yakin ini tidak mungkin bisa pergi jauh dari sini." "Iya, Ma." Ujarnya dengan anggukan kecil. Keduanya pun langsung berjalan menuju ke masuk ke rumah mereka dan menutup pintu rumah itu rapat-rapat. ***** Di sebuah restoran mewah terdapat seorang wanita yang menggunakan dress tanpa lengan berwarna hitam mengkilap Tengah duduk santai sambil mengayunkan ponselnya sesekali. Ia menyeruput minuman yang berada di depannya itu dengan wajah kesal karena sepertinya telah menyuruh seseorang yang tak kunjung datang. Kan dirinya sesekali melihat jam yang berada di layar ponselnya. 'Kemana sih, dia. Selalu saja seperti ini.' batinnya yang kesal dengan helaan napas. Dirinya melihat di sekitaran restoran itu sepertinya tanda-tanda seseorang yang tengah ia tumbuh yang belum juga datang, hingga ia hendak menghubungi seseorang itu. Namun, secara tiba-tiba, seseorang mengecup pipinya dari samping. Sontak, ia langsung bangkit dan Menoleh kearah seseorang itu. Wajahnya langsung tersenyum ketika sang kekasihnya datang. "Sayang ..." Ucapnya yang langsung di peluk oleh lelaki itu. Perlahan, sang wanita melepaskan pelukannya dan memukul pelan d**a bidang sang kekasih. "Ih ... Selalu seperti ini. Kau telat lagi," ucapnya dengan kesal tapi sedikit manja. Lelaki itu malah tersenyum. "Iya, aku tahu sayang. Tapi kan, baru beberapa menit saja. Maaf ya." Sang wanita menghelah nafasnya. "Baiklah. Karena aku terlalu mencintaimu, maka aku maafkan." "Terimakasih, sayang," balasnya yang diakhiri dengan kecupan, lalu keduanya duduk di bangku masing-masing. "Sebenernya kau habis darimana? Mengurus pekerjaan atau kuliah? Sampai telat selama ini, Jason." Jason membenarkan posisi duduknya, agar lebih dengan dengan sang kekasih. "Vikana sayang. Kau tau kan, kita sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan. Maka banyak hal yang harus aku urus, tidak hanya tentang pekerjaan tapi juga kuliahku yang harus slesai tahun ini, dan masih banyak hal.lainnya." "Iya, aku tahu. Tapi, kita jangan sampai keduluan oleh Vir. Aku tidak mau, hak waris mendiang Papa jatuh ke tangannya." Jason tersenyum tipis sambil mengusap pipi sang kekasih. "Sayang ... Kau tau kan, dia sampai detik ini tidak punya kekasih. Maka darimana dia bisa cepat mendahului kita. Dan lagi, bukannya kau bilang kalau aset yang berada di selatan itu sudah menjadi bagian mamamu." "Iya, kamu benar sayang. Tapi, aku yakin Vir tidak tinggal diam. Pasti dia memiliki rencana untuk merebut miliknya lagi. Karena dari awal itu memang miliknya." "Sudahlah sayang, kau tidak usah memikirkan hal itu. Sekarang, kita fokus saja pada tujuan pernikahan kita. Oke," jawabnya dengan nada lembut yang di balas senyuman manis Vikana. ***** Pukul 22.30. Vir yang sengaja pulang malam, Karena ia sebenarnya ingin menghindari pertanyaan sang mama tentang Violet. Tapi, itu tidak berhasil, nyatanya baru saja ia masuk ke rumah ternyata sang Mama sudah ada di sofa ruang depan dan language berdiri menghadap kearahnya. Jelas, Vir hanya bisa.menghelah napasnya. "Sengaja, pulang sampai larut malam begini, agar menghindari pertanyaan Mama, iya ka, Vir?" Tanyanya dengan bersedekap d**a. Vir mengdengus pelan, tak ada pilihan lain selain mengangguk kecil, lalu duduk sofa. Begitupun dengan Qiana yang duduk tepat di dekat sang anak dengan terus memperhatikannya. "Mama tidak perlu basa-basi, Vir. Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya mengenai wanita bernama Violet itu?" Vir terdiam sejenak, ia menyugarkan rambutnya lalu melihat kearah sang Mama. "Ya, Seperti yang Mama tahu. Vir mabuk, Rendra memesankan kamar untuk beristirahat, dan ternyata ada wanita itu disana kami melakukan hubungan tersebut, slesai. Dan mungkin wanita itu hamil, karena Vir mengeluarkannya di dalam." Vir menceritakan semuanya dengan nada santa, tapi tidak untuk Qiana tang mendengarnya. Ia benar-benar syok, akan hal tersebut. Bisa-bisanya anaknya berbicara seperti itu dengan tidak ada rasa bersalah sedikitpun di wajahnya. "Vir! Apa kamu sudah gila?! Kamu melakukan itu pada seorang wanita dan kamu tidak bertanggung jawab. Itu sama aja kamu menyakiti Mama, Vir." "Iya, Vir tau. Maka dari itu Vir sudah menyuruh Rendra Untuk mengerahkan semua pengawal mencari keberadaan wanita itu. Jadi, Mama tidak perlu khawatir untuk hal itu sebelum mama berbicara untuk mencarinya maka fair sudah mencium luruh semuanya untuk mencari keberadaannya." Setelah mengatakan kalimat itu, maka Vir bangkit dari posisinya dan berjalan menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas. sedangkan kiana yang masih berada di sana berusaha untuk tetap tenang sering memperhatikan anaknya telah berjalan menaiki tangga menuju ke arah kamar. 'Aku tau, sifat Vir yang dingin dan ketuksseperti ini itu dikarenakan Papanya yang menikah lagi pada wanita gila itu.' batin Qiana. Diketahui, mendingan papanya Vir yaitu Vedrick berselingkuh dengan asisten pribadinya yang bernama Jane, hingga memiliki anak perempuan yang bernama Vikana. Jelas, itu membuat Vir yang pada dasarnya adalah anak baik-baik berubah jadi dingin, ketus dan kejam. Karena merasa dibohongi oleh papanya sendiri yang selalu ia kenal dengan baik karena dan dermawan kepada semua orang. Tapi, ternyata ekspektasinya untuk menjadi seorang Papanya ketika di luar sana nanti sirna sudah, karena kelakuan papan yang tidak terpuji itu hingga menyakiti mamanya. Bahkan ketika Papanya meninggal sama sekali tidak menemui untuk yang terakhir kalinya bahkan ke pemakamannya sampai sekarang pun ia tidak mau. Karena ia sudah terlanjur sakit hati pada Papahnya. Satu minggu telah berlalu, sulit untuk Jeslyn dan Vitania mencari keberadaan Violet yang entah pergi kemana, hingga merek akhirnya berusaha untuk menjual kembali beberapa barang mahal yang mereka beli bahkan emas untuk membayar sisa dari yang telah mereka transfer ke Jason. Tak hanya mereka beberapa pengawal milik virtu sangat sulit mencari keberadaan violet yang memang selalu di rumah nenek ayah yaitu neneknya Ayu. "Jadi, bagaimana. Apa tidak ada perkembangan sedikitpun dalam pencarian wanita itu?" Tanya Vir ke arah para pengawalnya yang berdiri tepat di depannya sambil tertunduk. "Em, maaf Tuan Vir tapi kami semua sudah berusaha sebisa mungkin untuk mencari keberadaan wanita itu tapi ternyata semuanya nihil. Dia begitu sulit untuk ditemukan," jawab Rendra yang masih dengan tertunduk. "Argh!" Vir marah dengan melempar vas bunga yang berada di dekatnya hingga pecah ke lantai dan membuat para pengawalnya pun terkejut namun dengan posisi yang masih sama tertunduk mereka sama sekali tak ada yang berani untuk menatap wajah fir yang marah itu. Dengan nafas yang masih naik turun tak beraturan membuat Virgo berusaha untuk berbicara kepada mereka yang langsung tertuju ke arah Rendra. "Kau bilang, salah satu dari kalian ada yang melihatnya tepat di dekat taman flowers." "Benar, Tuan. saat itu kami tidak sengaja melihatnya tapi setelah diikuti dia langsung tidak terlihat lagi itu pun kami melihatnya dengan jarak yang baru jauhan," jawab Rendra yang sedikit mulai mengangkat wajahnya melihat ke arah sang atasan. "Antarkan aku kesana. aku yang akan turun langsung untuk mencari keberadaan wanita itu." "Baik, Tuan." Ketika Vir langsung berjalan keluar dari ruangannya semuanya pun langsung bergegas mengikuti sang atasan sampai masuk ke dalam mobil dan mereka pergi menuju ke arah Taman flowers yang memang dekat dengan rumah neneknya Ayu. Ketika sudah sampai di sana mobilnya berhenti dengan pandangan lover yang tertuju ke arah Taman itu. "Kita tunggu wanita itu disini. Jika sudah jam 10.00 malam dia tidak juga muncul maka kita pergi." Ucapan fear dianggukan oleh beberapa anggotanya yang berada di dalam mobil. Sudah setengah jam jadinya duduk di sana tetapi tidak ada kemunculan dari wanita itu sedang membuat fir yang bosan di dalam mobil Ia pun keluar dan memilih untuk berjalan menuju ke arah Taman tersebut. "Akh!" tiba-tiba terdengar suara petkikan seorang wanita membuat pandangannya langsung tertuju ke rasa suara tersebut dan Vir langsung melihat ada seorang wanita yang terjatuh tak jauh darinya. Ia perhatikan wanita itu yang sepertinya Tengah kesulitan untuk berdiri berlari dengan langkah perlahan namun pandangannya fokus ke arah depan. "Tunggu dulu, wanita itu ..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD