Emilia sengaja tidak mengaktifkan nomor ponselnya karena tidak ingin menggantikan posisi Aydan yang sedang mencoba rapat dengannya.
Aydan merasa khawatir dengannya sebab dari kemarin tidak bisa dihubungi.
Siang ini Hanin akan pulang. Kaif dengan berat hati harus mengantarnya, meski jiwanya ingin terus di sini untuk mendekati Emilia.
“Ma, hati-hati di jalan.” Aydan menyalam tangan Hanin.
“Kau hati-hati juga di sini. Jaga kesehatan dan selalu hubungin om Reno biar dia bisa mengawasimu.”
Aydan tersenyum. “Iya, Mamaku yang cantik!”
Hanin memeluknya. Anak itu sudah tumbuh dewasa, tapi Hanin masih menganggapnya seorang putra kecilnya.
“Mama menyayangimu, kalau ada waktu kau pulanglah.”
“Pasti, Ma. Aku akan mengunjungi mama.”
“Mmh.” Hanin mengangguk.
Tiiin!
Kaif mengklakson dari tepi j
