bc

Cinta Swara I

book_age12+
423
FOLLOW
1.8K
READ
family
goodgirl
drama
sweet
YA Fiction Writing Contest
wife
husband
sisters
like
intro-logo
Blurb

BERKARYALAH DENGAN JUJUR❕ORANG YANG BANYAK MENGCOPY PASTE ITU GAK BAIK, OKE❕❗

"Saat aku mengirim pesan padamu. Kau mengatakan berada di rumah kan?! Lalu, bagaimana dengan Swara yang aku lihat di cafe itu? Bukankah kau sudah berbohong padaku?" ucap Sanskar menatap Swara kecewa.

Swara menggeleng, lalu menunduk. "Maaf, Sanskar, hiks! Aku tidak bermaksud membohongimu. Per...." Swara menarik nafasnya dan mengangkat kembali wajahnya, "...percayalah aku tidak ada hubungan apapun padanya."

"Siapa dia?"

"Dia...." Swara bingung ingin menjawab apa.

"Kau tidak bisa menjawabnya? Jangan-jangan kalian berdua sering bertemu lagi di belakangku!"

"Kau mengatakan apa, Sanskar? Dia bukan siapa-siapa bagiku. Aku akan mengatakan semuanya, tapi tidak sekarang. Aku mohon percayalah padaku, hikshiks...!"

"Bagaimana aku bisa percaya saat istriku sendiri membohongi diriku? Aku kecewa samamu, Swara." ucap Sanskar berlalu pergi. Namun langkahnya berhenti saat Swara mengatakan, "Uttara akan pergi. Anggaplah kalau hari ini kita sama sekali tidak bertengkar. Aku tidak mau Uttara kepikiran."

"Aku mohon." lanjut Swara kembali.

Bukannya menjawab, Sanskar malah langsung pergi dari hadapan Swara.

chap-preview
Free preview
°01° Awal Kisah
(ಥ ͜ʖಥ) HAPPY READY (ಥ ͜ʖಥ) Berjalan berdua bersama orang yang dicintai sangat menyenangkan dibanding dengan mantan. Ya, namanya sudah mantan. Mantan ibarat sampah yang harus dibuang sejauh-jauhnya dan tidak dapat dimiliki kembali. (CS - Cinta Swara) : : : Setelah melaksanakan sholat maghrib bersama, sepasang suami-istri itu turun ke bawah melaksanakan ritual makan malam. ┻┻︵⁞=༎ຶ﹏༎ຶ=⁞︵┻┻ Di dapur, para wanita di sibukkan dengan yang namanya peralatan masak. Swara berjalan menuju dapur ingin membantu yang lainnya. Sedangkan para lelaki sedang berbincang-bincang di ruang keluarga sambil menunggu makanan disajikan. "Em, boleh Swara bantu?" tanya Swara ragu. Ia takut mengganggu aktivitas memasak yang lain. "Kau ini, seperti sedang bicara dengan siapa saja." ucap Annapurna terkekeh, Ibu mertua saudaranya. Annapurna mengusap rambut Swara dengan senyuman, sedangkan pemilik rambut tersenyum kikuk. Sujata menoleh menatap menantunya. "Sini sayang bantu Mama." interupsi Sujata dan langsung membuat Swara berjalan ke arahnya. "Mama-mau buat apa?" tanya Swara dengan gugup. Sujata menyentuh kulit tangan Swara. "Swara sudah dua minggu lho di rumah ini. Masa masih gugup?" Swara tidak menjawab. Ia bingung mau bicara apa. Sujata tahu Swara belum bisa berinteraksi secepat itu. Mungkin, beberapa hari lagi ia akan terbiasa. Swara merasakan tangannya dibelai dengan sayang oleh Sujata yang berusaha menghilangkan kegugupan di dalam dirinya. "Swara termasuk ke dalam keluarga Hadiwijaya. Lakukanlah rumah ini seperti rumahmu sendiri. Kami semua adalah keluargamu yang akan selalu ada dalam duka maupun suka. Jadi tidak usah sungkan, ya, sayang." ucap Sujata sambil mengelus wajah Swara. "Sekarang bantu Mama buat kue kesukaan Sanskar. Em...." ucap Sujata seraya berpikir sejenak. "Kue susu...." ujar kedua wanita itu, lalu tersenyum. "...dan Ragini...." semua mata menatap ke Annapurna yang sibuk memasak beberapa menu makanan. "...kau kemarilah bantu Mama." Ragini yang di panggil pun segera menghampiri Annapurna. "Bantu Mama membuatkan makanan kesukaan Laksh. Kita tidak boleh kalah dengan Sujata dan Swara." ucap Annapurna sambil terkekeh. Semua tersenyum. "Oke. Bagaimana kalau sekarang kita taruhan?" tanya Parineeta sedikit menantang. "Pari...." tegur Annapurna sambil melotot pada Parineeta. "Ibu dan Swara membuat kue kesukaan Sanskar. Mama dan Ragini membuat makanan kesukaan Lakshya. Parineeta akan membuatkan sesuatu untuk Adarsh. Sedangkan masakan yang mama masak akan diambil alih sama Bik Ijum." jelas Parineeta panjang kali lebar tanpa memperdulikan pelototan dari Annapurna. Katakanlah, kalau saat ini Parineeta adalah menantu durhaka. Tapi kalau sedikit bermain tidak apa kan? "Bagaimana? Ada yang satu pendapat dengan Pari?" tanya Parineeta kembali saat suasana menjadi hening. "Kak, kau ini." ucap Ragini melongos lemah mendengarkan penuturan Parineeta. "Oke. Baiklah, kita tidak akan taruhan. Tapi, kita akan berlomba untuk menyiapkan makanan diatas meja makan." ucap Parineeta memberikan opsi baru. "Bagaimana?" "Ini baru ide yang bagus." salut Swara. "Tapi ada hadiahnya lho...." ucap Parineeta cengengesan. "Ini nih yang sudah lama tidak dikasih hadiah sama Kak Adarsh." ujar Ragini di iringi ketawa kecil. "Didengar Adarsh baru tahu rasa." balas Parineeta. Swara tersenyum menyaksikan perdebatan Ragini dan Parineeta. "Sudah-sudah." "Bik, tolong lanjutkan masakan saya." ucap Annapurna. "Iya, Nyonya besar." ┻┻︵⁞=༎ຶ﹏༎ຶ=⁞︵┻┻ Setelah berkutat lama dengan peralatan masak di dapur. Akhirnya pun salah satu dari mereka ada yang siap juga. Ya, pemenangnya adalah Parineeta. Karena ialah yang duluan siap memasak dan dengan cerdiknya menggunakan Bik Ijum saat selesai melanjutkan masakan Annapurna tadi. "Kau curang Pari." ucap Sujata dengan keringat yang membasahi dahi. Mereka baru saja keluar dari dapur setelah itu meletakkan masakannya di ruang makan, lalu berjalan menuju ruang tamu. Hanya ingin mengistirahatkan diri sebentar. "Kita masaknya sama-sama di dapur. Untuk apa Pari curang?" tanya Parineeta yang berdiri di sebelah sofa single kosong. "Kau berjanji akan memasak sendiri. Tapi kau menggunakan tangan ahli Bik Ijum saat memasak." ucap Sujata mengingat kembali. Parineeta cengengesan sambil menggaruk tengkuk tak gatal, lalu berkata, "Kita ini harus ada berjuangnya kalau ingin mendapatkan sesuatu. Bukan begitu, Bu?" "Terserahmu." jawab Sujata malas. "Ya, Ragini benar. Saat ini kau sedang kehausan hadiah sampai berbuat curang seperti tadi." ucap Annapurna terkekeh dan di iringi ketawa lepas dari Swara, Ragini dan Sujata. Parineeta cemberut saat mendengar ketawa lepas dari mereka berempat. Bahkan Bik Ijum yang mendengar percakapan mereka dari pintu dapur pun ikutan tertawa. Oh, sekarang dirinya ditertawakan hanya karena kehausan hadiah?! "Salahkan Adarsh yang tidak pernah memberikan Pari hadiah lagi." ucap Parineeta masih dengan bibir bawah panjangnya. "Oh... jadi begitu, ya?" ucap seseorang dari belakang Parineeta. Parineeta masih tetap di posisinya berdiri dengan wajah yang sudah memerah. Menahan kesal pada Adarsh. Tak ingin tahu siapa pemilik suara, ia menjawab, "Ya, Adarsh itu pelit sama uang. Untuk membelikan istrinya hadiah saja pelitnya tidak ampun." Dia berjalan menghampiri Parineeta dan berhenti tepat di belakangnya. "Terus?" "Terus, apalagi, ya? Hem, dia kalau diajak jalan pun tidak mau. Alasannya selalu saja pekerjaan. Nikahkah saja tuh pekerjaan! Punya suami berasa...." ucapannya terhenti saat ia membalikkan tubuh ke belakang dan... Dia menaikkan sebelah alisnya. Menuntut kelanjutan perkataan Parineeta. "Eh, Adarsh...." ucap Parineeta kikuk seperti orang bodoh dan Adarshlah yang sejak tadi berbicara padanya. Adarsh mendekat, lalu mengalungkan tangannya di bahu Parineeta. "Kau membuka semua aibku, Pari. Penggantinya nanti malam kau harus... aws!" ucap Adarsh jahil dan berakhir mendapatkan cubitan dari Parineeta. "Itu karena kau yang tidak pernah memberikan ku hadiah lagi dan otakmu yang m***m tadi." ucap Parineeta berlalu pergi. Lakshya menghampiri Adarsh di iringi ketawa kecil. "Dia mencubit ku, Laksh, setelah membongkar semua aibku." adu Adarsh yang masih mengelus bekas cubitan Parineetaa di pinggang. Lakshya menepuk bahu Adarsh merasa prihatin. "Sabar, Kak. Kita sebagai laki-laki memang selalu salah dimata wanita." "Udah, ayo sarapan!" ucap Annapurna melerai, lalu berdiri dari tempatnya. "Sumpah! Sakit juga cubitan Pari. Makan apa sih dia?" Adarsh kembali mendapatkan pelototan dari Parineeta. Lagi-lagi Lakshya tertawa. "Laksh...." tegur Ragini dengan menyikut lengan Lakshya yang berjalan di sampingnya. Lakshya yang mendapat teguran dari Ragini pun langsung terdiam, lalu merangkul bahu Ragini. Disisi lain, Swara tersentak ketika tangannya ditarik ke belakang. "Kalian taruhan?" "Tidak." jawab Swara sambil menyejajarkan langkahnya dengan Sanskar. "Lalu?" tanya Sanskar sedikit menuntut. Kentara sekali dari nada suara dan kerutan dahi. "Tadi kami sedikit bermain. Berlomba menyiapkan makanan di atas meja dengan masakan masing-masing. Tapi itu ide dari Kak Pari." jelas Swara. "Oh." singkat, padat dan terdengar menjengkelkan di telinga Swara. Ayolah, Swara tadi sudah menjelaskannya panjang kali lebar dan hanya mendapatkan balasan oh saja? 'Keselin, tapi cinta. Bagaimana dong?' -Swara. ┻┻︵⁞=༎ຶ﹏༎ຶ=⁞︵┻┻ Pukul 21:47 Kedua tangan itu melingkar indah di pinggang seseorang yang saat ini sibuk dengan laptopnya. "Swara...." ucap Sanskar tersenyum dengan kedatangan Swara, lalu menarik tangan bebasnya untuk duduk menemani dirinya. "Sibuk banget." ucap Swara sedikit cemberut menatap Sanskar sambil memeluk pinggang. Sanskar menurunkan pandangannya, lalu mengecup singkat bibir Swara dan kembali sibuk dengan pekerjaan. Setelah itu, tidak ada lagi yang saling mengeluarkan suara. Sanskar yang sibuk dengan laptopnya dan Swara sibuk memperhatikan betapa lincahnya jari Sanskar menari di atas keyboard. "Sanskar...." panggil Swara dengan suara menahan kantuk. "Hem?" "Tidur...." Bersamaan dengan itu, Sanskar menatap wajah Swara yang sudah tertutup. Sanskar pun segera menutup semua lembar kerja yang ia kerjakan tadi, lalu menutup benda tersebut. Setelah bangkit dari duduk, Sanskar membungkukkan tubuhnya. Membawa dan memindahkan Swara ke ranjang. Senyuman kecil terbit di bibir tipis pria itu saat meneliti wajah istrinya yang begitu damai dalam tidur. "Begitu lelahnya istriku ini? Sampai tidak bisa menjaga kesehatannya, hem...?" Sanskar mengusap dahi Swara dengan lembut. Ia hanya tidak ingin sentuhannya membangunkan Swara. "Kau tahu Swara, dimana pun aku berada. Aku selalu mengingat dirimu. Aku mohon, jangan pernah bertanya apakah aku sudah berhenti mencintaimu atau tidak. Karena cintaku padamu tak akan pernah berhenti." Cup! "Selamat malam, sayang." ┻┻︵⁞=༎ຶ﹏༎ຶ=⁞︵┻┻ Pagi ini adalah hari minggu. Seperti biasa Swara dan Sanskar melaksanakan rutinitasnya, yaitu lari pagi di taman. Saat napasnya tidak dapat diatur lagi, wanita itu memperpendek larinya. "Hah hah hah...! Ah, akuh lelah Sanskar!" Swara membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan menekuk lutut. Sanskar menoleh saat Swara mengatakan lelah. Segera ia memperpendek jarak di antara mereka. Sanskar merangkul bahu Swara dan membawanya ke bangku taman. "Kau payah Swara." ledek Sanskar tertawa kecil. Swara yang mendengar itu langsung mencubit pinggang Sanskar. "Ka-kau jahath sekali, Sanskar...!" ucap Swara tanpa melihat Sanskar. Ia kesal saat Sanskar mengatakan dirinya payah. Memang semua pria ada maunya saja baru ia bersikap manis! Sanskar tersenyum saat melihat wajah cemberut Swara. Sanskar membawa tangan kanannya ke bahu Swara. "Bercanda, sayang...." dengan gemas Sanskar mencubit pipi Swara. "Sanskar, ish..! Udah tahu istrinya lagi kesal malah dicubit! Dibujuk kek!" ucap Swara kesal dan langsung menghentakkan tangan Sanskar. "Oh, mau dibujuk ternyata? Manja banget sih, sayang...." Sanskar mencubit pipi Swara lagi. "Kan...!" decak Swara sebal. "Mau minta apa, hem? Mau dicium atau...." Sanskar mulai mendekatkan wajahnya pada Swara. Swara yang melihat itu langsung saja memeluk Sanskar dengan pipi yang merona. "Kau ini!" ucap Swara memukul kecil d**a Sanskar. "Tidak tahu apa disini banyak orang? Kalau dilihatin kan malu!" ucap Swara menahan rasa malu, sedangkan Sanskar hanya terkekeh. Swara memejamkan matanya saat tangan Sanskar bermain di rambutnya. "Melihat kau ada disamping ku saja rasanya sudah cukup." ucap Swara. "Aku mencintaimu. Cup!" ucap Sanskar seraya mencium rambut Swara sebentar. "Aku lebih-lebih mencintaimu. Jangan pernah tinggalkan ku." ucap Swara lagi dan memeluk erat Sanskar. "Tidak akan, sayang." ucap Sanskar melepaskan pelukannya. "Pulang, yuk!" ucapnya kembali setelah melihat arloji yang melingkar di tangan. Swara mengangguk. Mereka berjalan dengan posisi Swara yang masih memeluk Sanskar. Sedangkan Sanskar menuntun Swara dan sesekali mencuri ciuman saat kedua mata mereka bertemu. (ಥ ͜ʖಥ) (ಥ ͜ʖಥ) (ಥ ͜ʖಥ) To Be Continued...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bastard My Ex Husband

read
383.1K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.5K
bc

Wedding Organizer

read
47.0K
bc

HYPER!

read
559.4K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.5K
bc

Pengganti

read
301.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook