The Amethyst Liontin

1120 Words
Ketika hidup dengan orang terasa sangat lebih mengerikan di bandingkan tinggal bersama keluarga aslimu. Maka, hargailah waktu dengan baik dan lindungi semua keluargamu saat ini. -Arthemis Amysthyst Matcha. Di perlakukan seperti itu aku hanya bisa mengelus dadaku dengan pelan. Karena ayah sudah menitipkan aku pada mereka. Jika aku kabur dari rumah semuanya tidak akan baik, mereka akan tertawa melihat aku menjadi gelandangan di luaran sana. Aku tahu, jika aku keluar dari rumah ini mereka akan membuat keterangan palsu tentang kematianku. Keinginan mereka untuk menguasai harta ayah sangatlah besar, aku sendiri tidak tahu bagaimana mereka bisa berpikir untuk menguasainya. Selama hidup ayah, ia selalu membantu keluarga mereka. Selalu membantu dan memberikan tumpangan kepada mereka semua. Mereka semuanya baik di awal, di depan ayah mereka selalu menyayangiku. Mereka selalu mengajakku bermain, bercanda, dan tertawa. Tapi, sekarang setelah ayah tiada. Mereka memperlakukan aku selayaknya seorang b***k yang tidak memiliki apa-apa. Seorang manusia yang tidak memiliki hati, mereka selalu menyiksaku ketika Paman pergi dari rumah. Berbeda jika Ayah angkatku ada di rumah, mereka semua berubah total. Mereka akan berubah menjadi baik dan menjadi seseorang yang paling baik di dunia ini. Melihat perubahan sikap yang mereka tunjukkan ketika ada ayah angkatku. Membuat aku sadar bahwa semua manusia yang baik ini tidak sepenuhnya baik. Ada saja manusia yang baik di depan dan buruk di belakang. Saat ini aku belajar tentang semuanya, tentang di mana aku mempelajari sebuah topeng wajah yang selalu di pakai oleh manusia. Topeng yang selalu menutupi keburukan dan memunculkan kebaikan secara tiba-tiba. Aku kembali mencuci baju dan membilas pakaian yang sudah ku cuci tadi. Cukup lama aku mencuci baju, rasa dingin sudah menjalar ke atas tubuhku. Bukan hanya rasa dingin, rasa nyeri pun sudah mulai sangat terasa. Pedih di tangan ini membuatku lemas untuk melakukan sesuatu yang lebih dari ini. Aku melihat ke arah kaca yang ada di depanku saat ini. Betapa kagetnya aku melihat wajah pucatku yang kehilangan banyak darah karena ulah Angga tadi. Sekarang Ibu angkat dan ketiga anaknya sudah pergi dari rumah meninggalkan aku sendirian di rumah yang sedang membersihkan rumah. Setelah selesai melakukan pekerjaan rumah aku mengambil alat perban yang ada di dalam kotak P3K. Selesai membalut lukaku dengan perban aku melanjutkan pekerjaan untuk membersihkan seluruh rumah ini. Tanpa sadar aku menyenggol sebuah guci yang ada di ruang tengah, guci itu bergerak mundur dan membuka sebuah lorong rahasia di belakangnya. Aku yang merasa penasaran langsung mengambil senter di dalam kamar dan kembali ke ruang tengah. Aku membuka senter itu dan menutup kembali pintu depan ruangan itu. Aku masuk ke dalam dan menyusuri lorong-lorong aneh yang ada di ruangan ini. Di tembok lorong terdapat sebuah pahatan dengan menggambarkan manusia yang tidak pernah aku lihat sebelumnya di dunia ini. Manusia dengan separuh binatang dan separuh manusia, aku bergidik ngeri kala melihat itu dengan sebuah senter. Aku terus menyusuri lorong itu dan aku menemukan sebuah pintu kayu berwarna silver yang sudah berumur dan di tutupi banyak debu. Aku membersihkan pintu itu dan meniupkan debunya. "Khukh! Khukh! Khukh!" Aku terbatuk ketika debu itu masuk ke dalam hidungku. "Ini debu banyak sekali? Aku baru tahu kalau di ayah dan ibu memiliki ruangan khusus?"gumamku dengan pelan. Aku terus meniupkan debu yang ada di depan pintu itu. Cukup lama aku melakukannya, aku langsung mencari kunci untuk membuka pintu tersebut. "Di mana kuncinya? Paski kuncinya ada di sekitar sini," ujarku dengan terus mencari kunci pintu ini. Aku mencari kuncinya di setiap lorong yang ada, namun nihil aku tidak menemukan apapun di lorong ini. "Ini kenapa tidak ada kuncinya? Aku benar-benar sangat lelah sekali mencari kunci pintu ini. Jika memang kuncinya terkubur, itu sesuatu hal yang tidak mungkin. Karena semua lorong yang ada di sini semuanya lantai menyatu dan tidak ada celahnya." "Jika di taruh di atas, itu juga tidak mungkin karena di lorong ini hanya tembok berukir yang tidak ada celahnya." Aku terus mencari kunci itu di sekitar pintu. Tak sengaja aku melihat ke arah dinding yang ada di pintu ini ada tulisan Yunani kuno yang sangat asing di mataku. "Apakah ini kuncinya? Masa sudah dunia modern tidak ada kuncinya? Apa mungkin ini memakai teknologi lebih modern lagi? Ia bisa membuka pintu dengan menyebutkan ucapan ini?" gumamku. "Aku coba aja deh. Semoga ini beneran kuncinya. Anoixe Tin Pórta," ujarku sambil membaca tulisan yang ada di dinding itu. Tak lama kemudian pintu itu terbuka sendiri dan menampilkan cahaya yang sangat terang dari dalam sana. Rasa takut saat ini sedang menyerangku, namun semua rasa takut itu lebih kecil daripada rasa penasaranku saat ini. Aku masuk ke dalam ruangan yang sangat terang itu dan melihat-lihat keindahan yang ada di dalamnya. "Whoaaa!!! Ini sangat menakjubkan. Pintunya bisa terbuka sendiri dengan menyebutkan sebuah tulisan. Wah, jika aku memiliki rumah suatu saat nanti, aku akan membuat pintu yang bisa terbuka sendiri seperti ini,"ujarku dengan sangat bahagia. Aku melihat-lihat sekelilingku. "Wahh!!!! Ini sangat bagus sekali. Apakah ini ruangan tersembunyi ayah dan ibu? Aku sangat beruntung sekali bisa membuka pintu ini dengan baik, ternyata di baliknya ada ruangan ini." "Aku baru tahu ada ruangan senyaman dan seindah ini. Ini ruangan terlihat sangat bersih sekali, meskipun ini tidak pernah di bersihkan ruangan ini sangat bersih. Tidak ada noda yang tertinggal di sini. Aku bisa menggunakan ruangan ini untuk kabur sementara dari rumah," gumamku dengan pelan. Aku melihat-lihat sekeliling ruangan ini, terdapat laci, kursi panjang, meja, rak buku, dan lemari yang ada di dalam sini. Aku berjalan sambil menyentuh meja panjang itu. Dengan iseng aku membuka laci itu. Di dalam laci aku menemukan sebuah kotak kecil yang sangat indah. Kotak itu berwarna hijau dan berlapis putih, aku mengambil kotak itu dan melihatnya. "Ini kotak terlihat sangat kuno sekali, tapi meskipun ia sudah berumur tua. Ia tetap indah," ucapku dengan pelan. Aku membuka sedikit kotak itu terlihat liontin berwarna ungu muda yang sangat indah, liontin itu berbentuk seperti sebuah berlian kecil yang sangat indah. "Ini sangat indah, tapi siapa pemilik liontin ini? Kenapa ia membuangnya?"gumamku. Aku membuka semua kotak itu dan menampilkan sebuah kalung mewah di dalamnya. Ketika aku membuka kotak itu sepenuhnya terlihat ada sebuah kertas jatuh ke bawah kakiku. Aku yang kaget dengan kertas itu berjalan mundur satu langkah dan mengambil kertas itu. "Apa mungkin ini kertas nama pemiliknya?" gumamku sambil mengambil kertas itu. Aku membuka kertas itu dan membelaklakan mataku tidak percaya. "Arthemis Amythyst Matcha." "Hei, itu adalah namaku. Apa mungkin ini adalah liontin yang akan ayah dan ibu berikan padaku sebelum mereka meninggal? Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku tentang liontin yang indah ini?" ujarku bertanya-tanya. Aku mengambil liontinnya dan melihatnya dengan saksama. "Ini beneran sangat indah," gumamku. Aku membuka kalung itu dan memakainya di leherku, Setelah memakainya aku mengaca ke depan kaca yang ada di dalam ruangan ini. "Wah, ini sangat indah sekali. Aku sangat menyukainya. Terima kasih ayah, ibu," gumamku dengan pelan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD