Semakin Curiga

1547 Words
Nadia meminta petugas salon meninggalkannya sendirian, ia ingin menangis sepuasnya. Nadia menangis sesegukan di dalam ruang VIP di salon ternama yang hanya bisa dimasuki oleh membernya saja. Nadia mencoba mencari tahu orang atau agen yang bisa dijadikan paparazi untuk mengikuti suaminya kemanapun lelaki itu pergi. Namun Dia tak punya keberanian untuk meminta tolong pada siapapun. Teman-teman Nadia sangat menghormati Satria karena yang mereka tahu, Nadia dan Satria saling mencintai sejak dulu. Tak akan ada yang percaya rasa curiga Nadia. Selain itu, Nadia juga malu kalau harus memberi tahu orang lain tentang kebusukan suaminya itu. "Mau ditaroh dimana mukaku nanti?" ucap Nadia yang kembali menangisi takdirnya, walaupun belum ada bukti pasti tentang kecurigaannya tersebut. *** Di tempat lain, di dalam mobil, Satria dengan santainya mengangkat telepon dari istrinya dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya merangkul wanita di sebelahnya, siapa lagi kalau bukan Sofia. Iya, kecurigaan Nadia memang benar, suami yang sangat ia cintai dan percayai selama ini tengah main gila dengan asistennya di kantor. "Siapa sayang? Istri kamu?" tanya Sofia dengan suara manisnya, Satria mengangguk sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya setelah telepon Nadia dimatikan. "Kalian mau makan siang bareng nanti?" tanya Sofia lagi, "Iya, sebelum jam makan siang, kita harus balik ke kantor." jawab Satria santai. "Ah, mana puas kita mainnya sayang?" ucap Sofia yang tampaknya kesal pada kekasihnya yang tak lain adalah atasannya di kantor. "Kita bisa main sampai puas nanti kalau acara di vila berlangsung. Aku akan membuatmu meminta ampun sama aku." bisik Satria di telinga Sofia, membuat Sofia tersenyum lebar. Sampailah mobil yang dikendarai sopir pribadi Satria itu di hotel bintang lima. Satria dan Sofia masuk ke hotel dengan santai, ya, ini bukan pertama kalinya bagi mereka. Satria mulai berpaling dari istri setianya dan mulai melirik Sofia, sejak Sofia menjadi asisten pribadinya. Sofia memang sengaja mendekati Satria demi bisa mendapatkan uang, ia tak peduli kalau Satria sudah beristri. Yang diinginkan wanita itu hanya uang, ia ingin tampil mewah dengan mengandalkan wajah cantiknya dan tubuh moleknya. Satria yang selama ini menjaga kesetiaan pada istrinya, Nadia, akhirnya memilih mendua karena kalah menaklukan hawa nafsunya sendiri. Ketika Satria dan Sofia hendak memasuki kamar hotel, ada sepasang bola mata yang menatapnya tajam. "Satria? Bukannya itu suami Nadia? Dia..?" ucap Dika, teman Nadia sekaligus pemilik Geprek Master, restoran langganan Bobi. "Apa yang mereka lakukan di sini? Jam segini?" lanjut Dika lagi, ia mengepalkan kedua telapak tangannya. Dika tak rela ketika Nadia menikah dengan Satria 8 tahun yang lalu. Dan sekarang, ia melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri, wanita yang ia cintai selama ini, dikhianati oleh suaminya. Dika pergi meninggalkan hotel dengan gusar, ia sangat ingin mendobrak pintu kamar yang dimasuki Satria dan memergoki perselingkuhannya. Namun Dika memilih pergi, ia bertekad akan mengumpulkan semua bukti tentang perselingkuhan Satria lalu mengungkapkannya pada Nadia. "Lihat saja Satria, kamu akan menyesal karena udah berani menyakiti Dia." ucap Dika berkali-kali sambil memukul kaca mobilnya berkali-kali. *** Jam makan siang tiba, Nadia dengan kuat hati membawa Bobi datang ke kantor suaminya. Dengan senyum lebar di wajahnya, Nadia tampak semakin cantik setelah mengganti warna rambutnya. Penampilan Nadia tampak lebih fresh dari biasanya, sangat cantik karena pada dasarnya Nadia cantik dan ia rutin merawat wajahnya di salon langganannya tersebut. "Cantik banget Di." ucap Vina yang langsung menyapa teman sekaligus anak bosnya tersebut ketika Nadia tiba di lobi kantor Satria. "Terima kasih Vin." sahut Nadia lembut, "Maaf, aku buru-buru, nanti aku hubungi kamu lagi. Terima kasih ya buat yang tadi." lanjut Nadia. Nadia langsung menuju ke ruangan Satria dengan menggandeng Bobi. "Ma, Bobi mau makan ayam lagi." rengek Bobi sedari tadi, Nadia terus mengiyakan permintaan anak kesayangannya tersebut. "Iya sayang, nanti sama papa ya, kita makan bareng-bareng." ucap Nadia sambil menggandeng Bobi ketika memasuki lift. Ketika sampai di depan ruangan Satria, Nadia disambut oleh Sofia yang sudah memasang wajah ceria. "Kamu cantik, seksi, dan yang paling penting, kamu masih muda. Aku mungkin nggak akan menang melawanmu. Argh, bagaimana bisa mas Satria tega menduakanku?" batin Nadia sambil melempar senyum pada Sofia. "Usianya s**udah tak muda lagi, namun wajahnya masih seperti anak sekolah. Menyebalkan." batin Sofia yang sama-sama tersenyum. "Mas Satria ada?" tanya Nadia lembut, dengan sekuat hati ia mencoba memasang wajah ceria, dia bertekad akan membuka kedok wanita di depannya dan mendepaknya dari perusahaan ayahnya ini. "Ada bu, Pak Satria sudah menunggu ibu dari tadi." sahut Sofia tak kalah manis, ia sangat iri pada perempuan dihadapannya. Nadia meninggalkan Sofia dan masuk ke ruangan Satria. "Sudah cantik, kaya, punya suami tampan pula. Sekarang aku minta sedikit uang kamu, setidaknya kamu harus bayar aku karena udah bantu kamu muasin hasrat suami kamu." batin Sofia sembari melihat punggung Nadia yang berjalan meninggalkannya. "Mas.." sapa Nadia ketika ia dan Bobi memasuki ruangannya, Satria tampak sibuk dengan pekerjaannya. Bagaimana tidak, waktu yang harusnya ia gunakan untuk bekerja malah ia gunakan untuk memadu kasih dengan asistennya di hotel. "Dia sayang, wah jagoan papa udah pulang sekolah ya.." sapa Satria, sikapnya pada istri dan anaknya masih saja sama, hangat dan menyenangkan. Di dalam lubuk hati Satria, Nadia adalah cinta sejatinya, sampai detik inipun ia masih sangat mencintai Nadia. Namun penampilan Sofia yang seksi ditambah kelakuan Sofia yang memang sengaja memancing hasrat Satria, membuat Satria menduakan istri tercintanya tersebut. "Bobi udah ngajakin makan ayam terus dari tadi, mas." ucap Nadia yang tampaknya jago sekali bersandiwara, sementara di dalam lubuk hatinya, ia sedang menangis, menjerit kesakitan. "Wah, jagoan papa udah laper ya? Kita pesen ayam ya, kita makan di sini." ucap Satria yang sedang menggendong Bobi. Sambil menunggu pesanan makanan mereka datang, Satria sibuk mengerjakan pekerjaannya yang menumpuk. "Sibuk banget ya mas." ucap Nadia memancing, Satria menatap istrinya sesaat lalu tersenyum. Satria kemudian menatap kembali laporan-laporan di depannya. Bobi sendiri sedang asyik bermain game di ponsel milik ibunya. Nadia sedang tersenyum sambil mengelus rambut putranya, di dalam hatinya, ia sedang menangis sembilu. Tok, tok, tok, pintu diketuk, sesaat setelah itu muncullah Sofia yang membawa paper bag, pesanan makanan kami tentunya. "Ini bu, makanannya, mau saya bikinin teh?" tanya Sofia sambil meletakkan paper bag itu di atas meja, Nadia mengangguk lemah. Tak lupa, Nadia melempar senyum demi menutupi rasa sakit hatinya itu. "Ini mas makanannya, ayo makan." ucap Nadia sambil membuka setiap bungkusan yang ada. Sementara Bobi sudah lebih dulu memakan ayam goreng, makanan kesukaannya. "Cuci tangan dulu sayang." ucap Nadia pada putranya, Bobi kemudian menuju toilet untuk mencuci tangannya. Nadia yang mulai kesal pada sikap suaminya mengumpat keras di dalam hatinya. "Dasar b*j*ngan! Kamu punya waktu untuk berduaan dengan Sofia, dan aku, kamu abaikan begini? Lihat saja apa yang bisa aku lakukan!" batin Nadia. "Kalau aku ganggu mas, aku sama Bobi pulang aja mas." ucap Nadia yang menahan kesal, Satria langsung menoleh ke arah istrinya yang sedang sakit hati itu. "Maaf Dia sayang, iya, ayo kita makan." sahut Satria menyesal, ia kemudian beranjak dari meja kerjanya dan menghampiri istrinya yang duduk di sofa. Bobi kembali dari toilet dengan tangan yang sudah basah, tanpa menunggu lama Bobi langsung mengambil lagi ayam yang ia letakkan sebelumnya. Ketika Bobi dan Satria sedang bercanda sambil menikmati makan siang mereka, hati Nadia benar-benar seperti teriris. Apa yang akan dia lakukan jika ia sudah mengumpulkan bukti perselingkuhan suaminya. Terlepas dari rasa sakit hatinya karena sudah dikhianati, ada hati yang harus ia jaga, Bobi. Bagaimana cara Nadia nanti untuk menjelaskan kalau ia dan Satria tak bisa bersama lagi. Sementara Satria dan Bobi sangat dekat, Satria memang sosok ayah penyabar dan penyayang. Nadia juga harus memikirkan bagaimana cara agar nanti Bobi memilih tinggal bersamanya, jika ia bercerai dari Satria. Lamunan Nadia terhenti ketika sosok wanita cantik yang telah menyakiti hatinya datang dengan membawa teh untuknya. "Ini tehnya bu, pak." ucap Sofia sambil meletakkan teh di meja. "Terima kasih ya Sofia, kamu mau ikut makan?" tanya Nadia basa-basi, sebenarnya ia sangat bangga memamerkan kebahagiaan keluarganya saat ini pada Sofia. "Ah, terima kasih bu. Saya lagi diet." sahut Sofia tegas, tentu saja dengan senyum kecut di wajahnya. "Ah maaf, aku nggak pernah diet sebelumnya, makan banyakpun, badanku segini aja. Apa kamu tersiksa melihat kami makan?" lanjut Nadia, masih dengan suaranya yang lembut, namun ia sengaja ingin membuat Sofia marah. "Dasar sombong!" batin Sofia, "Wah, beruntung sekali, bu. Saya sudah biasa bu, saya pamit dulu." ucap Sofia yang buru-buru ingin segera pergi dari ruangan kerja Satria yang terasa panas kali ini. Nadia menatap Satria, namun Satria tak peduli pada Sofia dan malah asyik menyuapi Bobi. "Kamu mau langsung pulang sayang?" tanya Satria ketika mereka sudah selesai makan siang bersama. Bobi sendiri sudah sangat mengantuk, Nadia memangku Bobi yang mulai manja padanya. "Iya mas, lihat, Bobi udah ngantuk." ucap Nadia, Satria menatap Bobi lalu tersenyum ceria. Satria sama sekali tak curiga pada Nadia, yang ia tahu Nadia sangat mencintai dan mempercayainya. "Aku gendong Bobi sampai mobil ya." ucap Satria yang masih bersikap biasa, ia bahkan tak sadar kalau Nadia tadi hanya makan beberapa suap saja karena tak nafsu makan mengingat kebohongan Satria tadi pagi. "Iya mas." ucap Nadia singkat. Satria menggendong Bobi yang sudah memejamkan matanya. "Kamu cantik sayang, warna rambut kamu cocok untuk wajah cantikmu." bisik Satria ketika mereka sedang menunggu lift terbuka, Nadia bengong seketika. Ia tak menyangka akan mendapatkan pujian dari pria yang sudah menduakannya tersebut. "Hati-hati ya bawa mobilnya." ucap Satria yang kemudian mengecup kening Nadia, lalu Satria menutup pintu mobil Nadia. Sebelum pergi meninggalkan kantor suaminya, Nadia mampir di meja front office demi bertemu Vina sesaat. "Pak Satria kembali ke sini satu jam sebelum kamu nyampek sini." ucap Vina yang masih terbayang-bayang di benak Nadia. Nadia melambaikan tangannya sebelum akhirnya membawa mobilnya pergi meninggalkan kantor suaminya tersebut. Namun tak lama kemudian air matanya mulai menetes pelan, lama-lama semakin deras. Saking derasnya Nadia sampai tak bisa menatap jalanan dengan jelas. Nadia akhirnya memilih menepikan mobilnya, ia menangis sesegukan, mengenang kembali semua keromantisan hubungannya dengan Satria. "Kamu tega banget mas sama aku. Aku kurang apa sama kamu?" ucap Nadia lirih, ia tak ingin membangunkan putranya yang terlelap tidur di bangku belakang. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD