Bab 3. Pura-pura Baik

1836 Words
Airin sudah menyiapkan apa saja yang akan dia lakukan untuk pelakor yang saat ini terlihat berpura-pura menyedihkan di depannya. Rencana pertama Airin saat ini adalah meminta kepada temannya yang bekerja di properti untuk membelikan dia apartemen. Nanti di apartemen itulah dia akan menyusun semua rencananya. Airin mulai memperlihatkan sisi psikopatnya dia tertawa sendiri saat melihat bagaimana pelakor dan ayahnya saling memperhatikan satu sama lain. "Tidak bisakah kalian untuk tidak tertawa. Kenapa kalian tertawa di saat ibuku sedang berjuang di dalam. Apa yang membuat kalian tertawa? Apakah ada yang lucu?" tanya Airin dengan suara datar hingga membuat kedua orang yang sedari tadi tertawa terdiam. Tuan Bramantyo dan Kinanti memandang ke arah Airin dengan lekat mereka heran kenapa Airin yang dulunya sangat manis kini berubah menakutkan. "Airin, Sayang. Kenapa kamu berbicara seperti itu. Papa itu lagi membahas masalah pekerjaan dan klien dengan Tante Kinanti. Apa kamu tidak bisa sedikit saja mengerti dengan pekerjaan Papa dan tante Kinanti?" tanya Tuan Bramantyo yang malah berbohong kalau mereka membicarakan masalah pekerjaan. Padahal mereka membahas masalah ranjang. Airin tersenyum mengejek. Dia bukan anak balita yang bisa dibodohin oleh mereka berdua. "Benarkah seperti itu? Baiklah, mulai besok aku akan mewakili Mama untuk bekerja karena itu perusahaan dari Mama jadi aku berhak untuk bekerja di sana. Karena kata Mama aku yang akan mewarisi perusahaan itu jika Papa mati," jawab Airin yang langsung membuat Tuan Bramantyo berdiri. Setelah mengatakan itu Airin segera meninggalkan keduanya tanpa banyak bicara. Wajah datar dan dingin terlihat jelas di raut wajah Airin. Tuan Bramantyo terdiam saat Airin mengatakan hal seperti itu. Biasanya Airin begitu manja dengannya. Tapi, kini Airin malah mengatakan satu kata yang membuat dirinya kecewa. "Mas. Kenapa dengan anakmu itu. Dia kerasukan setan apa?" tanya Kinanti kepada Tuan Bramantyo yang masih melihat punggung Airin berjalan dan berbelok hingga tidak terlihat lagi sosok Airin di matanya. "Aku tidak tahu kenapa dia seperti ini mungkin dia sedih melihat kondisi ibunya. Biasanya dia manja dengan ibunya sekarang dia tidak manja lagi. Sudahlah. Kamu jangan pikirkan itu," jawab Tuan Bramantyo meminta kepada Kinanti untuk tidak membahas Airin. Padahal dalam hatinya dia bertanya. Ada apa dengan anaknya itu. Kinanti mencibir Tuan Bramantyo. Dia duduk kembali dan menarik tangan Tuan Bramantyo untuk duduk. "Kamu terlalu memanjakan dia, Mas. Jangan kamu manjakan dia. Dan satu lagi jangan izinkan dia ke kantor kalau dia ke kantor dia akan mengganggu hubungan kita, bisa bahaya. Aku tidak mau," ucap Kinanti yang tidak suka jika Airin berada di kantor karena jika dia berada di kantor maka gerak-geriknya akan diawasi oleh Airin. Tuan Bramantyo hanya bisa diam dia tidak mengatakan apapun. Wajar kalau Airin meminta bekerja di perusahaan milik ibunya karena memang itu milik keluarga dari ibunya dia tidak mempunyai andil sama sekali hanya numpang hidup tapi sekarang dia malah berkhianat hanya karena ibunya sakit jantung dan tidak bisa memuaskan hasratnya di ranjang. Sedangkan Airin berjalan keluar dia ingin menenangkan dirinya. Kini Airin duduk di taman belakang rumah sakit menikmati udara yang sejuk. "Sepertinya ada yang sedang patah hati lagi. Dunia ini sempit kita ketemu lagi, bocil. Apa sekarang kamu mau minta maaf kepadaku ?" tanya seseorang dari belakang dan dia tidak lain adalah Verrel yang duduk di sebelah Airin. Airin mengabaikan apa yang Verrel katakan. Airin tetap lurus memandang ke arah depan. Airin ingin menenangkan diri dari masalah yang terjadi sambil memikirkan balas dendamnya. Tidak mendapatkan tanggapan dari Airin, Verrel mengeluarkan sesuatu dari kantungnya. "kata ayahku kalau kita memakan coklat mood kita akan kembali lagi. Jadi, aku berikan kamu coklat ini agar moodmu kembali. Ambillah." Verrel meletakkan coklat di tangannya dan mengulurkan ke Airin berharap Airin mau mengambil coklat tersebut. Airin yang sudah kesal karena diganggu menoleh ke arah Verrel. "Bisa tidak jangan ganggu aku. Aku ingin sendiri. Apa kamu tidak punya kerjaan lain. Kenapa kamu seperti hantu yang bergentayangan ke mana-mana. Di kamar mandi kamu juga ada, di lorong rumah sakit juga ada di sini juga ada. Mau kamu apa?" tanya Airin dengan wajah kesal. "Mau saya itu gampang. Ambil coklat ini dan perkenalkan nama saya Verrel. Pria tampan yang sangat dipuja oleh wanita tapi sayangnya saat saya memuja wanita itu malah wanita itu bersikap ketus kepada saya," jawab Verrel yang tersenyum sambil mengedipkan mata ke arah Airin. Sejak pertemuan dia dengan Airin tadi di toilet dan beberapa ketidaksengajaan keduanya membuat Verrel ingin dekat dengan Airin. Airin wanita yang berbeda dari wanita biasanya. Kalau biasanya dia dikejar tapi kali ini dia yang ingin mengejar Airin. Karena Airin menggabaikannya dan ini merupakan tantangan terbesar untuknya. Airin akhirnya mengalah karena wajah Verrel menyebalkan untuknya. "Baiklah. Aku akan mengambilnya. Terima kasih. Sekarang pergilah. Jangan menggangguku," jawab Airin yang mengambil coklat dari tangan Verrel. Namun tangannya langsung disambut oleh Verrel dan keduanya saling bersalaman. "Nama kamu siapa?" tanya Verrel. Airin menarik nafas dalam-dalam. Dia benar-benar kesal tapi dia tidak boleh memperlihatkan kekesalannya. "Aku Airin. Sudah kan kenalannya. Sekarang, tinggalkan saya sendiri bisa. Saya harap kamu paham," jawab Airin yang langsung melepaskan tangannya. "Oh, namanya Airin. Nama yang bagus. Airin dan Verrel. Dua nama yang serasi. Baiklah, aku tidak akan mengganggumu. Aku pergi dulu ya. Satu lagi, aku hari ini menjenguk nenekku dia sakit doakan dia," jawab Verrel yang segera pergi meninggalkan Airin. Verrel tidak ingin mengganggu Airin karena pasti saat ini Airin ingin menenangkan dirinya. Airin hanya bisa tersenyum kecil namun tidak terlihat oleh Verrel. Panggilan masuk ke ponselnya, Airin segera menjawab panggilan tersebut. Saat melihat id panggilan telpon Airin segera menjawabnya. "Airin,.apartemenmu sudah aku siapkan. Kapan kamu akan tempati?" tanya sahabat Airin yang diminta untuk mencarikan apartemen untuknya. "Besok saja kita bahas. Karena besok aku ingin melihat seperti apa apartemenku. Dan besok juga pembayarannya akan aku kirim. Oh ya, satu lagi aku butuh dua orang untuk bekerja denganku. Apa bisa kamu carikan untukku?" tanya Airin kepada temannya yang bernama Jojo. "Baiklah, besok aku bawa dua orang jangan khawatir. Dan satu lagi sistem keamanan di perusahaan milikmu saat ini aman tidak ada yang mengganggunya," jawab Jojo. "Baiklah. Terima kasih, aku akan menaikkan gajimu," jawab Airin mengakhiri panggilan. Airin memiliki perusahaan tersendiri tanpa diketahui oleh kedua orang tuanya. Dia yang suka otak atik komputer dan karena kesuksaan dia di bidang IT, Airin membuka perusahaan IT tapi atas nama temannya Jojo yang juga bekerja di properti dan itu juga salah satu usaha Airin. Airin hanya belakang layar tujuannya tidak mengatakan siapa dia untuk membuat kejutan ke orang tuanya dan suatu saat dia akan mengumumkan perusahaannya itu saat anniversary pernikahan kedua orang tuanya. Tapi, sayangnya kedua orang tuanya malah mendapatkan masalah jadi Airin mengurungkan niatnya dia akan menyimpan rahasia tersebut dan mungkin akan memberitahukan kepada ibunya nanti. Airin masih duduk di bangku taman dan saat Airin mulai tenang duduklah seorang pria paruh baya di sampingnya dan dia adalah Tuan Bramantyo. "Airin, nak. Apa kamu punya masalah?" tanya Tuan Bramantyo dengan lembut. Tuan Bramantyo biasanya mendengarkan apa yang anaknya ini katakan. Dia selalu menjadi garda di depan untuk Airin. Kedatangan Tuan Bramantyo di samping Airin membuat mood Airin kembali hancur. Dia hanya diam tidak mengatakan apapun. "Nak, katakan pada Papa. Apa ada yang ganggu kamu di kampus?" tanya Tuan Bramantyo lagi. "Aku ingin sendiri tidak ingin diganggu lagi pula aku tidak punya masalah pergi jagalah mama dia lebih membutuhkanmu daripada aku, Pa," jawab Airin yang masih dalam taraf sopan menjawab pertanyaan dari ayahnya. Karena setelah hari ini dia akan membuat Tuan Bramantyo menyesal atas perbuatannya termasuk pelakor yang sudah merebut cinta ayahnya dan juga cinta ibunya. "Hah! Baiklah Papa tidak akan ganggu kamu. Tapi percayalah kalau Papa sangat mencintaimu dan mamamu. Papa tidak akan pernah meninggalkan kalian berdua kalian berdua permata hati Papa," ucap Tuan Bramantyo yang mengusap rambut Airin. Tuan Bramantyosangat mencintai buah hatinya ini. Apapun akan dia lakukan untuk kebahagiaan Airin. Airin dan hanya bisa diam kata-kata cinta yang dilontarkan oleh ayahnya tidak akan membuatnya luluh seperti dulu. Kalau dulu dia pasti akan memeluk ayahnya dan mengucapkan hal yang sama tapi kali ini tidak. Sakit hatinya sudah mulai meningkat terlebih lagi dia terus membayangkan bagaimana desahan dan ucapan ayahnya yang mengatakan ibunya penyakitan dan tidak memuaskannya. Anak mana yang tidak sakit di saat ayahnya berkata seperti itu di depan wanita lain. "Baiklah, Papa pergi. Kamu cepat kembali. Angin malam tidak baik untukmu. Nanti kamu sakit." Lagi-lagi Tuan Bramantyo menasehati anaknya. Tapi, tetap saja tidak ada respon dari Airin. Tuan Bramantyo pun akhirnya mengalah dan pergi meninggalkan Airin sendirian. Air mata Airin tiba-tiba mengalir saat dia mendapatkan perhatian dari ayahnya dia ingin sekali berteriak memaki kedua orang yang sudah menghancurkan hati ibunya, tapi apa daya dia belum bisa dia ingin membuat si pelakor jera dengan apa yang sudah dia lakukan. Besok kan harinya Airin yang berjaga di rumah sakit lagi-lagi melihat kedatangan Kinanti dan juga ayahnya Tuan Bramantyo. Nyonya Marcella, ibunda dari Airin sudah sadar dari pagi dia juga sudah sarapan dan minum obat melihat kedatangan keduanya, Nyonya Marcella tersenyum dan menyambut suami dan sahabatnya itu. "Marcella. Kamu jangan sakit lagi. Kasihan anakmu dia menangis semalaman hanya memikirkanmu. Begitu juga dengan mas Bramantyo," ucap Kinanti dengan lembut dan menggenggam tangan sahabatnya. Airin hanya melirik tajam Kinanti yang mulai melakukan drama kesedihan. "Aku salah aku karrna sudah membuat orang-orang yang aku cintai bersedih karena penyakitku. Mama minta maaf ya Airin. Mas, aku minta maaf karena menyusahkanmu," jawab Nyonya Marcella kepada Airin dan juga Tuan Bramantyo. "Mama tidak perlu minta maaf karena mama tidak salah. Sakit Mama itu bukan karena keinginan Mama dan kalaupun Mama sakit aku masih mencintai Mama dan sayang dengan Mama berbeda dengan orang yang baik di depanmu tapi menusukmu dari belakang. Mama harus hati-hati dengan orang seperti itu," sindiran halus dari Airin membuat Kinanti dan Tuan Bramantyo terdiam. Keduanya tidak merasa sindiran tersebut untuk mereka mereka terlihat berpura-pura masa bodoh. Beranggapan kalau sindiran itu bukan untuk mereka padahal kenyataan memang benar sindiran itu ditujukan Airin untuk keduanya sebagai awal balas dendamnya pertama. "Airin. Kamu jangan membuat mamamu berfikir yang tidak-tidak. Dan tidak baik berbicara seperti itu seorang wanita harus punya tata kramanya, sopan santun agar nanti bisa dicintai oleh pria secara ugal-ugalan. Bukan begitu, Marcella ?" tanya Kinanti yang melirik ke arah Tuan Bramantyo dan tersenyum genit ke arahnya. Airin yang melihatnya tertawa mengejek. "aku tidak perlu dicintai secara ugal-ugalan. Aku hanya ingin mencari pria yang tidak menduakan pasangannya dan juga tidak melirik sampah yang ada di luar sana. Karena jika sampah dilirik tidak akan bisa menjadi berlian. Sekali sampah tetap sampah," tegas Airin yang membuat Kinanti geram dan mengepalkan tangannya. Kali ini Kinanti tahu kalau Airin menyindirnya. Dan dia mempunyai firasat kalau Airin mengetahui perselingkuhannya. Akan tetapi Kinanti masih tenang dia masih berpikiran positif dengan apa yang Airin katakan. Karena tidak punya bukti jadi dia masih aman. "Kamu harus mencari pria seperti papa Airin. Papa ini pria yang setia dengan mamamu," jawab Tuan Bramantyo membanggakan dirinya kalau dia pria yang setia. Airin menoleh ke arah ayahnya dengan senyuman bak iblis. "Papa katakan apa tadi? Aku harus mencari pria setia seperti Papa? Apakah Papa yakin kalau Papa sudah setia dengan Mama?" tanya Airin dengan pertanyaan menohok sehingga membuat Tuan Bramantyo terdiam membisu dia salah bicara ternyata kata-kata itu langsung berbalik ke arah dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD