Bab 4. Bukti Perselingkuhan Lagi

1363 Words
Airin tidak lagi mengatakan apapun dia hanya bisa diam karena Tuan Bramantyo tidak bisa menjawab pertanyaannya dan sudah dipastikan dari raut wajah Tuan Bramantyo kalau dia malu karena kata yang dia ucapkan menusuk ke hatinya. "Ma, nanti mama ditemani oleh Bibi ya. Airin hari ini mau ke kampus ada ujian kebetulan ujiannya tinggal satu hari lagi jadi sayang kalau Airin tidak pergi ke sana. Dan juga Airin akan bekerja di perusahaan kita. Apakah Mama setuju?" tanya Airin. Kinanti yang mendengar Airin ingin bekerja di perusahaan geram dan dia marah karena Airin bekerja di sana. Kinanti tidak suka jika Airin pergi ke perusahaan karena jika Airin pergi ke perusahaan maka gerak-geriknya akan diawasi oleh Airin. Kinanti yang duduk di sebelah Tuan Bramantyo mencubit punggung belakang Tuan Bramantyo agar melarang Airin untuk tidak pergi ke perusahaan. Tuan Bramantyo yang dicubit langsung menoleh ke arah Kinanti dia menggerakkan bibirnya. Ada apa. Dan Kinanti segera memberikan kode kepada tuan Bramantyo untuk melarang Airin masuk ke perusahaan miliknya. Tuan Bramantyo yang tahu artinya langsung berdehem hingga membuat Airin dan Nyonya Marcella memandang ke arahnya. "Ada apa? Apa kamu batuk, Sayang?" tanya Nyonya Marcella kepada suaminya. "Ah, tidak. Tenggorokanku agak kering saja. Airin kamu selesaikan saja kuliahmu tidak perlu ke kantor nanti kamu tidak bisa fokus untuk kuliah. Bukankah kamu katakan kamu ingin S2 jadi fokus saja kuliahnya. Biarkan Papa yang menjalankan perusahaan itu bersama dengan tante Kinanti bukan begitu, Sayang?" tanya Tuan Bramantyo kepada istrinya. Airin menatap ke arah tuan Bramantyo dengan tatapan yang penuh kebencian dia tidak menyangka kalau ayahnya menolak dirinya untuk bekerja di perusahaan milik ibunya dan dia yakin kalau ini pasti suruhan dari si pelakor itu. "Aku sudah katakan kalau aku akan bekerja di sana lagi pula almarhum kakek mengatakan kepadaku kalau perusahaan itu akan jadi milikku. Perusahaan turun-temurun dan aku mewarisi darah dari keluarga Hadiningrat jadi sudah dipastikan kalau aku bisa masuk ke perusahaan itu tanpa ada izin dari siapapun." "Mama aku ingin bertanya denganmu. Apakah aku boleh ke perusahaan milik keluarga Hadiningrat?" tanya Airin yang menggenggam tangan ibunya dan mengecup punggung tangan ibunya dengan penuh kasih sayang. Airin ingin menangis namun dia menahannya dia tidak sanggup melihat kemunafikan dua orang yang ada di depannya ini. Mereka terlihat baik di depan ibunya tapi di belakang .ereka benar-benar kejam. Namun Airin berusaha untuk menahan air matanya agar tidak jatuh dan ketahuan. "Iya, kamu boleh bekerja di sana lagi pula kakekmu juga sudah sampaikan kepada Mama kalau kamu bisa bekerja di sana kapan saja yang kamu mau. Biiarkan dia bekerja di perusahaan kita, Mas. " "Lagi pula aku yakin perusahaan kita pasti membutuhkan pekerja yang sangat ulet dan pintar seperti anak kita ini. Tugasmu juga tidak terlalu berat nantinya kalau Airin bekerja di sana dia juga sudah mengetahui semua rahasia perusahaan kita jadi buat apa kamu larang." Nyonya Marcella menyetujui apa yang Airin Inginkan. Dia tidak akan membuat Airin sedih. Airin langsung memeluk ibunya. Dia sangat senang ibunya setuju untuk dia bekerja di sana. Dan inilah saatnya dia akan memulai balas dendamnya. Kinanti tidak bisa berbicara apa-apa dia hanya tersenyum penuh kebencian karena nyonya Marcella malah mengizinkan Airin bekerja di sana. Sedangkan Tuan Bramantyo hanya bisa diam dia tidak ingin istrinya Curiga dengan dirinya Airin Pamit dia akan ke kampus saat ini dan Bibi Sumi yang akan menjaga ibunya selama dia ke kampus. Saat di kampus Airin berjalan menuju ke ruangannya dan saat di ruangan Airin bertemu dengan teman-temannya. "Airin kamu sudah belajar hari ini?" tanya Mika yang duduk di samping Airin dan mencondongkan tubuhnya ke arah Airin yang terlihat lesu. "Aku saja belum mandi. Lihatlah pakaianku masih seperti ini. Beruntung aku masih ingat kuliah. Tapi sudahlah jangan pikirkan aku. Ya sudah, aku belajar sebentar lagi pula ini hanya satu mata pelajaran bukan? Jadi tidak masalah untukku," jawab Airin yang segera membuka buku pelajaran membaca sedikit materi yang diberikan dosen kepadanya. "Airin, pintar ip-nya selalu 4. Jadi tidak masalah kalau dia tidak belajar toh dia tetap dapat nilai yang cukup bagus." Marry menggoda Airin yang tengah belajar. Dia tertawa bersama teman-teman yang lain. Airin menggelengkan kepala dia mengabaikan teman-temannya dan fokus dengan mata pelajaran yang akan di ujiankan walaupun hanya satu mata pelajaran dia harus bisa mendapatkan nilai yang terbaik demi ibunya. Kalau dulu demi ayahnya dan ibunya agar bisa membanggakan keduanya.Tapi, saat ini dia akan melakukan demi ibunya. Ujian pun dimulai Airin dengan santai menyelesaikan ujian tanpa sedikitpun kesulitan. Selesai ujian Airin dan teman-temannya segera keluar. "Hei, kalian jangan pulang dulu ada pengusaha tampan yang akan berbagi ilmu dengan kita. Ayo semuanya ke Aula. Pria tampan itu sebentar lagi akan datang. Ayo ...ayo," teriak teman-teman Airin meminta kepada Airin dan yang lainnya untuk pergi ke Aula. Semua mahasiswa yang ada di kampus tersebut bergegas menuju ke Aula. Mereka ingin melihat siapa pengusaha tampan yang akan menjadi mentor di kampus mereka karena setiap bulan akan ada pengusaha yang datang untuk berbagi ilmu. Airin sebenarnya enggan untuk pergi namun Marry menarik tangannya untuk melihat pengusaha yang diundang oleh kampusnya. Airin duduk dengan tenang sambil mengirim pesan kepada Bibi Sumi bagaimana kondisi ibunya dan saat dirinya fokus mengirim pesan suara tepuk tangan terdengar seluruh Aula berteriak seperti ada artis yang datang ke kampus mereka. Airin yang penasaran segera mengangkat kepalanya. Airin ingin tahu siapa sosok pengusaha yang menjadi pusat kegaduhan di kampusnya ini dan saat pandangan Airin tertuju ke arah depan dirinya melihat ada satu pria yang dia kenal. Airin terkejut dan dia mengerjapkan matanya sambil mengucek mata ingin memastikan kalau pandangannya tidak salah dan tidak rabun. "Tidak mungkin. Kenapa pria itu. Bagaimana bisa dia diundang di sini," gumam Airin. Airin tidak percaya yang dia lihat saat ini adalah pria yang dia jumpai di rumah sakit. Verrel terlihat begitu gagah, wajahnya sangat menawan dan dia terlihat sangat tenang datar. "Itu CEO yang sangat terkenal. Namanya Tuan Verrel dan dia mempunyai banyak usaha siapapun yang dekat dengannya pasti tidak akan jatuh miskin dia akan dimanja habis-habisan dan mungkin akan dicintai secara ugal-ugalan karena setahu aku ya, Airin kalau tuan Verrel kalau sudah jatuh cinta dia akan bucin akut itu yang aku dengar." "Tapi yang tidak aku dengar dia itu termasuk pria yang sangat kejam tidak punya belas kasihan dan rumornya ibunya meninggalkan dia demi pria lain dan dia tinggal bersama ayahnya dan neneknya. Dulu katanya juga dia sangat miskin makanya ditinggalkan oleh neneknya eh maksudku ibunya. Sekarang, lihatlah dia sudah kaya. Menurutmu apakah dia memaafkan ibunya?" tanya Marry kepada Airin. "Entahlah, aku tidak tahu semua pria sama saja tidak ada yang setia. Di awal manis di akhir busuk seperti sampah," jawab Airin yang segera berdiri meninggalkan aula. Dia lebih baik pergi ke rumah sakit menjaga ibunya daripada mendengar apa yang Verrel sampaikan. Verrel yang tidak sengaja melihat Airin terkejut dia tidak menyangka kalau Airin ada di kampus ini dan Airin terlihat meninggalkan Aula begitu saja. "Bocil itu mau ke mana?" tanya Verrel dengan pelan dan pertanyaan Verrel langsung di sahut oleh asistennya. "Maaf tuan siapa yang Anda katakan Bocil?" tanya Mohan yang penasaran dengan panggilan bocil yang dimaksud oleh tuannya itu. Verrel berdehem dia menggelengkan kepala. "tidak ada. Cepat lanjutkan acaranya saya mau pergi ke suatu tempat." Verrel meminta kepada Mohan untuk segera mempercepat pertemuan dia hari ini di kampus tersebut. Mohan pun menganggukkan kepala dia segera memberitahukan kepada pihak kampus kalau Verrel tidak bisa terlalu lama dan akhirnya pihak kampus segera melanjutkan acaranya. Sedangkan Airin bertemu dengan sahabatnya dan dua orang yang akan dia pekerjakan khusus untuk membantunya membalaskan dendam terhadap Kinanti dan Tuan Bramantyo. "Rin, ini dia orangnya. Kamu mau mempekerjakan dia apa ? Maksudku mereka mau bekerja di mana?" tanya Jojo. Airin hanya tersenyum dia tidak mungkin memberitahukan apapun kepada temannya ini walaupun mereka sudah lama kenal tapi untuk masalah ini dia tidak akan memberitahukannya. Melihat Airin yang tidak mengatakannya, sahabat Airin pun menyerah. "Baiklah kalau kamu tidak mau memberitahukannya tidak apa-apa. Tapi, aku mau kasih tahu kamu ini. Lihatlah ini." Jojo menunjukkan gambar yang tadi dia ambil. Airin yang melihat ponsel Jojo hanya bisa diam. Dia terpaku darahnya mendidih lagi-lagi dia mendapatkan bukti perselingkuhan ayahnya dan kali ini Jojo yang menunjukkannya kepada dirinya "Sejak kapan mereka berhubungan Airin dan apakah dua orang ini kamu pekerjakan untuk memata-matai dia? Maksudnya ke mereka berdua?" tanya Jojo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD