Airin tidak bisa berkata apa-apa bukti sudah ada di depan mata Jojo dan dia. Jadi tidak mungkin dia katakan tidak ke Jojo. Karena bukti sudah ada. Dan tidak mungkin juga dia menutupi aib keduanya yang sudah jelas ada di depan mata mereka.
"Bisa kita bicara langsung ke apartemen Jo? Dan bisakah aku kasih pekerjaan ke mereka berdua. Karena mereka sudah bekerja denganku jadi aku mau kasih mereka tugas. Dan salah satunya yang kamu katakan tadi," jawab Airin.
Jojo mengganggukan kepala dia tidak ingin memaksa Airin untuk menjelaskannya tapi melihat rawat wajah Airin yang sangat tertekan dan lesu membuat Jojo membiarkan Airin melakukan apa yang dia inginkan.
Jojo hanya ingin meringankan beban dari Airin saja. "ya sudah kamu jelaskan saja dengan mereka aku tunggu di sini setelah itu kita pergi. Kamu bawa mobil Airin?" tanya Jojo.
"Iya aku bawa. Sebentar ya," jawab Airin yang mendekati 2 orang yang tadi Jojo bawa.
Airin memberikan instruksi kepada keduanya mengenai apa saja yang akan mereka kerjakan dan Airin juga mengatakan besaran gaji kepada keduanya. Dan gaji yang Airin berikan cukup besar. Mendengar gaji yang cukup besar kedua orang tersebut sangat senang dan melaksanakan apa yang Airin katakan.
Mereka segera pergi menjalankan perintah dari Airin. "Kami akan lakukan Nona. Tunggu saja kabar dari kami. Kalau begitu kami pergi dulu," jawab salah satu anak buah Airin.
Airin menganggukkan kepala dan segera mendekati Jojo. Melihat Airin mendekati dia, Jojo tersenyum.
"Sudah selesai, Airin?" tanya Jojo.
"Sudah. Ayo kita pergi ke apartemen. Sekalian aku akan mengatakan apa yang ingin kamu tanyakan tadi," jawab Airin.
"Baiklah, ayo aku tunjukan apartemen milikmu," sahut Jojo ikut dengan Airin ke apartemennya.
Airin berbalik menuju ke parkiran mobil begitu juga dengan Jojo. Kedua mobil tersebut pergi meninggalkan kampus Airin menuju ke apartemen yang tidak jauh dari kampus dan juga kantor milik keluarganya.
Sesampainya di apartemen Airin dan Jojo segera turun. Jojo memberitahukan unit apartemen Airin dan dia juga memberikan kunci dan pin unit apartemen miliknya beserta berkas kepemilikan apartemen. Keduanya naik ke apartemen dan sampai di unit apartemen milik Airin keduanya masuk dan duduk di sofa. Apartemen yang Airin beli cukup besar dan luas.
"Katakan kepadaku ada apa sebenarnya dan sejak kapan kamu tahu semua ini?" tanya Jojo yang penasaran dengan masalah yang menimpa sahabatnya.
Airin akhirnya mengatakan yang sebenarnya. Jojo terkejut ternyata Airin baru mengetahui perselingkuhan ayahnya tadi malam di saat ibunya masuk rumah sakit. Dan Airin tidak malu untuk menangis di depan Jojo. Airin benar-benar mengeluarkan isi hatinya di depan sahabatnya Jojo.
Jojo tidak bisa berkata apa-apa dia mendekati Airin dan memeluknya. "sudah ... sudah kalau kamu seperti ini terus bagaimana kamu menjaga ibumu. Apa kamu benar-benar ingin membalas dendam terhadap wanita itu ?" tanya Jojo melepaskan pelukannya dan menatap ke arah Airin.
"Iya, aku akan membalaskan dendamku untuknya. Aku tidak ingin wanita itu mengambil semua yang ibuku miliki dan untuk ayahku aku juga akan membalaskan dendam karena pengkhinatanya. Aku tidak ingin dia terus menyakiti ibuku terlebih lagi perusahaan milik ibuku ingin dia kuasai. Aku yakin sekali kalau ayahku ingin perusahaan itu."
"Jika perusahaan itu sudah menjadi miliknya maka ibuku akan dibuang. Aku tidak ingin itu terjadi aku akan meminta kepada ibuku untuk membalik namakan perusahaan itu untukku tanpa sepengetahuan mereka berdua," jawab Airin dengan sorot mata penuh kebencian.
Jojo hanya bisa mengela nafas dia akan mendukung sahabatnya ini. "aku akan mendukungmu tapi bagaimanapun ibumu harus tahu jangan sampai dia tahu dari orang lain. Katakan ke ibumu pelan-pelan saja tapi kalau memang kamu tidak ingin memberitahukannya karena kondisi kesehatan ibumu tidak apa-apa jangan beritahukan dan kalau bisa jauhkan ibumu dari keduanya, terutama si pelakor itu," jawab Jojo.
"Iya, aku akan menjauhi keduanya dari ibuku. Sebisa mungkin aku menjaga ibuku dari si pelakor itu. Tidak akan biarkan ibuku di sakiti. Dan tunggu waktu yang tepat untuk aku kasih tahu ibuku. Setelah semua rencana aku berhasil.'
"Oh iya, bagaimana perusahaan. Apakah kita punya klien yang ingin bekerja sama dengan kita?" tanya Airin.
Airin menghapus air matanya dia bertanya masalah perusahaan yang dia dirikan tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.
"Hmm, ada klien yang ingin bekerjasama dan dia meminta kita untuk bertemu tapi klien kita ini agak aneh. Diia ingin bertemu denganmu secara langsung bukan denganku. Padahal, aku sudah katakan siapa CEO-nya tapi dia tidak mau menanggapinya katanya ada rumor kalau ada CEO kedua selain aku."
"Hah, aku juga tidak tahu bagaimana mereka bisa mengetahui itu," jawab Jojo yang merebahkan tubuhnya di sofa.
Airin menoleh ke Jojo dia makin penasaran siapa klien yang mengetahui ada CEO lain selain Jojo.
"Maksudmu mereka tahu kalau perusahaan itu ada CEO lain selain kamu begitu? Bukannya selama ini kamu yang mengurus semuanya dan aku hanya memantau dari belakang saja. Apa ada yang menyelidiki perusahaan kita?" tanya Airin.
"Mana aku tahu. Makanya itu aku juga heran mereka mengatakan kalau ingin bertemu dengan kamu secara langsung. Aku sudah berulang kali mengatakan aku yang mendirikan perusahaan itu dan aku CEO nya tapi tetap saja dia tidak percaya memangnya wajahku ini tidak mencerminkan CEO ya?" tanya Jojo yang tertawa geli membuat Airin membolakan mata.
"Kamu jangan berlebihan kamu juga mempunyai perusahaan sendiri jadi tidak mungkin mereka tidak percaya kalau perusahaanku itu milikmu." Airin sangat approve kalau Jojo pantas jadi CEO.
Jojo segera duduk dan menatapkan ke arah Airin. "entahlah mungkin mereka percaya wajahku ini tidak mencerminkan sosok pengusaha jadi bagaimana kamu ingin bertemu dengan mereka atau aku saja yang mewakili kamu?" tanya Jojo kembali.
"Seperti biasa saja. Lagipula dari awal kamu yang di depan. Oh ya, siapa orang yang tidak percaya kalau perusahaan itu milikmu ?" tanya Airin.
"Kamu tahu pengusaha yang datang di kampusmu hari ini. Dia-lah orangnya. Dan dia mengatakan ingin bertemu dengan CEO yang asli padahal aku juga bekerjasama dengan dia."
"Perusahaanku yang asli dan perusahaan dia sudah terjalin kerja sama dan dia tidak pernah curiga malah mengiyakan tapi kali ini dia malah mengatakan harus bertemu kamu. Makanya aku ingin bertanya denganmu dan ingin tanya apakah meneruskannya atau tidak kerja samanya. Menurut kamu gimana?" tanya Jojo dengan serius.
Airin terkejut mendengar pengakuan Jojo. Pengusaha yang Jojo katakan itu adalah orang yang bertemu dengan dia tadi malam di rumah sakit. Dan pria itu menyebalkan dimatanya.
"Tidak perlu kerja sama dengan dia. Aku tidak mau. Kamu tolak saja kerja samanya. Lagi pula perusahaanku masih kuat jadi tidak perlu bekerja sama dengan perusahaan dia," jawab Airin dengan tegas kalau dia tidak ingin bekerja sama dengan Verrel.
Jojo menatap Airin. Dia ingin memastikan benar atau tidak keputusan Airin. "Yakin?" tanya Jojo.
"Hmm. Yakin. Tolak saja," jawab Airin.
"Ok, baiklah. Aku akan katakan kepadanya. Ya sudah aku pergi dulu kamu mau kemana setelah ini?" tanya Jojo yang akhirnya memutuskan untuk tidak bekerjasama dengan Verrel karena keinginan dari Airin.
"Aku akan ke rumah sakit untuk melihat ibuku. Aku tidak ingin beliau merasa kesepian terlebih lagi kedua orang itu pasti ke sana. Aku ingin memantau mereka," jawab Airin.
"Baiklah, kalau begitu aku akan kembali ke kantor maksudnya ke kantorku. Aku sudah pantau perusahaan milikmu. Tadi sebelum menemuimu aku dari sana semuanya aman terkendali."
" Laporan keuangan sudah aku kirim ada beberapa berkas aku kirim ke emailmu. Kamu cek semuanya. Dan kalau bisa datang ke kantor untuk cek ombak. Aku pergi dulu. Kabari aku jika butuh sesuatu," ucap Jojo yang pergi meninggalkan Airin di apartemennya.
Airin menganggukkan kepala dan membiarkan Jojo pergi. Sekarang tinggallah dia sendiri. Airin mengambil beberapa foto yang sudah dia cetak dari dalam tasnya dan pergi ke 1 kamar. Foto-foto tersebut ditempelkan di dinding.
Satu jam lebih Airin berada di ruangan tersebut setelah itu Airin menatap ke arah dinding yang penuh dengan foto.
"Aku akan segera membuat kalian menyesal karena sudah menyakiti ibuku. Tidak ada yang bisa lepas dariku walaupun kamu ayahku. Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti ibuku," jawab Airin yang menyeringai bak iblis ke arah foto ayahnya yang tertempel di dinding.
Airin menancapkan paku di foto ayahnya dan foto pelakor, Kinanti. Setelah puas, Airin segera keluar dari ruangan tersebut dan menguncinya. Airin menghubungi dua orang yang sudah dia pekerjakan.
"Bagaimana? Apa sudah disiapkan dan sudah dikirim ?" tanya Airin dengan suara yang datar dan sorot mata yang tajam saat menghubungi anak buahnya.
"Sudah Nona. Kami sudah menjalankan perintahmu dan kami sudah mengirimkan apa yang ingin Anda kirim dan sekarang saya yakin wanita itu akan menerimanya Anda jangan khawatir," jawab anak buah Airin yang bernama Toga.
"Baiklah, aku akan menghubungi kalian lagi nanti," jawab Airin mengakhiri panggilan dan segera keluar dari apartemen.
Saat Airin berada di luar Airin bertemu dengan pria yang tadi malam dia temui di rumah sakit dan kali ini pria itu ditemani oleh asistennya.
"Wah sepertinya dunia ini terlalu sempit untuk kita berdua bocil. Hei, bocil apakah sekarang ini kamu sedang memakai-mataiku, bocil ?" tanya Verrel yang kedua tangannya diletakkan di pinggang saat dirinya tidak sengaja melihat Airin ada di depannya.
Mohan yang mendengar kata bocil keluar dari mulut tuannya mulai menebak kalau yang dikatakan tuannya di kampus tadi wanita ini. Mohan melihat dari atas sampai bawah wanita yang di depan bosnya ini. Menurut Mohan, wanita ini tidak terlalu buruk dan wajahnya seperti anak-anak imut. Hanya saja tubuhnya sedikit lebih pendek dari tuannya.
Airin mendengar Verrel mengatakan dia mematainya mendengus kesal. "Aku tidak punya kerjaan untuk mengikutimu karena aku bukan penguntit dan aku juga bukan fans beratmu jadi tolong tarik kata-katamu itu," jawab Airin yang meninggalkan Verrel.
Namun tangan Airin di tahan oleh Verrel agar tidak pergi. Airin yang tangannya dipegang oleh pria lain mencoba untuk melepaskan tangan tersebut. Dia tidak suka ada pria yang menyentuhnya karena saat ini Airin membenci pria.
"Lepaskan tanganmu dari tanganku," ucap airin yang sorot matanya begitu tajam.
Mohan yang melihat Airin berbeda dari wanita lain tertegun biasanya wanita akan senang jika tuannya menyentuh mereka tapi Airin tidak.
"Kerja samalah denganku," jawab Verrel yang to the point membuat Airin yang menaikkan alisnya mendengar Verrel mengatakan itu.
"Kerjasama apa? Aku tidak mengerti. Apa kamu mau menjadikanku guru privatmu?" tanya Airin yang menepis tangan Verrel dengan kasar.
Verrel yang melihat tangannya ditepis oleh Airin tersenyum dia menggelengkan kepala wanita ini memang seperti jinak-jinak burung merpati sulit untuk ditangkap tapi itulah sensasinya. Dan dia suka itu.
"Boleh juga. Aku ingin kamu menjadi guru privatku apakah aku bisa menjadi muridmu guru? " tanya Verrel yang membuat Airin emosi.
Dia sengaja mengatakan itu agar Verrel menjauh tapi Verrel malah mengiyakannya.
"Maumu apa ?" tanya Airin sekali lagi.
Verrel mendekati Airin dan membisikan sesuatu di telinga Airin hingga membuat Airin terdiam dan menoleh ke arah Verrel. Keduanya saling memandang satu sama lain dan sangat dekat tidak ada jarak sama sekali hingga Airin bisa merasakan nafas Verrel yang beraroma mint.
"Bagaimana setuju dengan apa yang aku katakan tadi ?" tanya Verrel yang mengedipkan mata.
Dia harus bisa mendapatkan Airin. Kalau dulu wanita berjuang untuk mendapatkan dia tapi kali ini dialah yang berjuang untuk mendapatkan Airin karena Airin memiliki sesuatu yang unik dan langka jadi dia harus bisa menjadikan Airin miliknya tidak ada yang boleh memiliki Airin selain dia.
"Kalau aku tidak mau bagaimana," tantang Airin.
Verrel tersenyum ternyata Airin bener-bener membuat jiwanya sebagai pejuang cinta meronta.
"Ada konsekuensinya kalau kamu menolaknya. Kamu ingin tahu apa konsekuensinya?" tanya Verrel yang mengedipkan mata ke arah Airin.
Melihat kedipan mata Verrel Airin mulai merinding. "dasar tua bangka tidak tahu diri," gumam Airin namun masih didengar oleh Verrel.
"Walaupun aku tua bangka aku bisa membuatmu puas di ranjang," goda Verrel dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh asistennya.
Mohan yang melihat kelakuan dari tuannya hanya bisa menundukkan kepala. Dia tidak percaya jika tuannya bisa seperti ini.
"Ada apa dengan tuan Verrel? Kenapa dia seperti ini, dia kerasukan setan apa ?" tanya Mohan dalam hati.