Bab 15. Permainan Panas (21+)

1296 Words
Tuan Bramantyo mulai menumpahkan gairahnya dengan Kinanti. Dia sudah kecanduan tubuh Kinanti yang masih bagus dan seksi. Kecupan yang diberikan Tuan Bramantyo ke tubuh Kinanti membuat Kinanti b*******h. Suara manjanya terdengar dan tangan Kinanti tidak kalah nakalnya dia bermain di tubuh Tuan Bramantyo. "Akh, mas kamu benar-benar nakal," ungkap Kinanti dengan nakal dan dia tidak percaya kalau Tuan Bramantyo bisa lebih nakal dari sebelumnya. "Aku nakal hanya untuk kamu, Sayang. Tidak ada lagi yang bisa membuat aku nakal selain kamu," ucap Tuan Bramantyo yang mengecup bibir Kinanti. Awalnya biasa tapi lumatan dari Tuan Bramantyo makin dalam dan terjadilah permainan panas di kamar hotel. Kinanti merasakan dirinya diatas awan. Dia bisa mendapatkan pria kaya seperti Tuan Bramantyo anugrah dari Tuhan. Dia tidak sia-sia meninggalkan suami dan anaknya dulu demi mengejar Tuan Bramantyo. "Kamu nikmat, Kinanti. Panggil namaku, cepat panggil namaku," pinta Tuan Bramantyo yang segera bergerak mengikuti ritme permainan yang dia kuasai. "Bramantyo, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Jadikan aku istrimu, Bramantyo. Aku janji akan melayani kamu sampai puas," ucap Kinanti. "Baiklah, aku akan menikahi kamu tapi menikah siri dulu baru setelah Marcella aku bereskan maka aku akan menjadikan kamu ratu. Sabar saja, Sayang. Akh, nikmat Kinanti," sahut Tuan Bramantyo yang sudah mulai menggerakkan pinggul ke depan dan kebelakang. Kinanti mendengar apa yang Tuan Bramantyo katakan tertawa penuh bahagia. Dia akan menjadi Nyonya Bramantyo dan dia akan menjadi satu-satunya yang ada dihati Tuan Bramantyo. Keduanya terus menerus bermandi keringat. Walaupun beberapa kali klimaks, Kinanti masih kuat begitu juga dengan Tuan Bramantyo. Walaupun dia lelah, Kinanti yang akan menuntun Tuan Bramantyo hingga permainan mereka terus berlanjut dan suara erangan Kinanti dan Tuan Bramantyo menggema di seluruh kamar. "Aku mencintaimu, Mas," ucap Kinanti ke Tuan Bramantyo yang akhirnya roboh karena dirinya sudah kelelahan. "Aku juga mencintaimu, Kinanti," balas Tuan Bramantyo ke Kinanti dan akhirnya dia tidur. Kinanti bisa memuaskan hasratnya dan itu sangat membuat dirinya senang dan bahagia. Kinanti tidak seperti Nyonya Marcella yang selalu kesakitan saat dia meminta berhubungan dan sejak itulah Kinanti bisa memuaskan dirinya. "Tidurlah, Sayang. Kamu harus istirahat agar kondisimu pulih. Dan Marcella, aku sudah mendapatkan priamu. Bagaimana kalau aku katakan aku mencintai priamu? Apakah kamu memberikan priamu padaku? Tentunya akan diberikan pastinya. Karena, kamu sudah tidak berdaya untuk memuaskan dia. Hanya aku yang bisa,Marcella. Ya hanya aku, hahahah," tawa Kinanti puas dengan apa yang dia dapatkan saat ini. Kinanti rela meninggalkan suami dan anaknya demi Tuan Bramantyo. Dia masuk ke keluarga Tuan Bramantyo sebagai wanita yang teraniaya. Kinanti mengatakan kepada Nyonya Marcella kalau dia dikhianati oleh suaminya dan anaknya dibawa kabur. Padahal itu hanyalah trik Kinanti agar dikasihani oleh Nyonya Marcella yang memiliki hati yang baik. Karena berteman lama Nyonya Marcella pun iba dan mempekerjakan Kinanti. Lama kelamaan, hubungan Kinanti dan keluarga Nyonya Marcella terjalin dekat dan puncaknya Tuan Bramantyo dan Kinanti pergi ke luar negeri dan di sanalah Kinanti menggoda Tuan Bramantyo sampai saat ini. Di rumah sakit, Airin masih menjaga ibunya sambil memantau bagaimana kedua orang pengkhianat tersebut. "Airin," panggil Nyonya Marcella dengan suara parau. Nyonya Marcella tersadar dari tidurnya dan menatap ke arah Airin yang menangis menatapnya. "Kenapa, Sayang? Kenapa menangis?" tanya Nyonya Marcella ke Airin. "Aku senang mama akhirnya sadar kembali. Aku sangat senang. Mama, tunggu sebentar aku akan panggil dokter untuk periksa Mama," jawab Airin yang menekan tombol biru untuk memanggil dokter. Nyonya Marcella menatap anaknya dengan lekat ada rasa sedih dihati Nyonya Marcella melihat Airin. Harusnya anaknya tidak tahu kondisi dirinya tapi dia tidak tahu caranya menutupi masalahnya dengan suaminya yang tidak lain ayah dari Airin. "Mama, mau minum tidak?" tanya Airin dengan suara lembut. Nyonya Marcella menganggukkan kepala dia merasa tenggorokan dia kering jadi dirinya ingin membasahi tenggorokan dengan air. Perlahan Airin memperbaiki tempat tidur agar Nyonya Marcella bisa minum. Airin dengan sangat telaten mengurus Nyonya Marcella. Tidak ada rasa lelah sedikitpun. Sahabat Airin juga ikut datang menjenguk Nyonya Marcella. "Airin, kami ikut sedih dengan kondisi ibumu. Cepat sembuh ya," ucap Shasi ke Airin. "Iya terima kasih banyak," jawab Airin. Airin tidak banyak bicara dia memilih diam dan sekali-kali dia membicarakan masalah kampus dan sahabat Airin pun pamitan dengan Nyonya Marcella dan Airin. "Rin, kamu jangan khawatir nanti jika ada sesuatu yang kamu butuhkan panggil kami ya," ucap Shasa ke Airin. "Hmm, pasti. Aku akan hubungi kalian. Hati-hati ya," balas Airin memeluk sahabatnya satu persatu. Airin sendiri terhibur dengan kedatangan sahabatnya. Paling tidak dia bisa menghibur dirinya. "Airin, kapan Mama pulang?" tanya Nyonya Marcella ke Airin. Airin duduk di sebelah ibunya dan menatap ke arah Nyonya Marcella. Dia tersenyum ke arah Nyonya Marcella sambil menggenggam tangan Nyonya Marcella. "Mama tunggu konfirmasi dokter ya. Karena, dokter katakan Mama itu harus stay di sini dulu untuk sementara waktu. Jadi, Mama jangan memikirkan pulang. Kita belum cek kesehatan Mama secara keseluruhan," jawab Airin. "Mama bosan. Mama mau kembali ke rumah. Di sini mama hanya tidur, makan dan ...." Nyonya Marcella menghentikan ucapannya karena pintu kamarnya terbuka. Airin menoleh ke arah pintu dan dia terkejut melihat siapa yang datang. "Hai Airin. Apa kabar? Apakah aku ganggu?" tanya tamu tersebut yang tidak lain Verrel. Verrel datang untuk menemui Airin. Rasa rindu sudah melekat dihati Verrel. Tidak ketemu rasanya ada yang kurang. Pulang dari dinas Verrel segera menemui Airin. "Kamu kenapa ke sini?" tanya Airin panik saat Verrel mendekati dirinya. Airin tidak mau ibunya salah paham. Dia berdiri untuk mengusir Verrel tapi ibunya Nyonya Marcella malah menyambut Verrel dengan ramah. "Masuk lah. Kamu pasti kekasih Airin, ya?" tanya Nyonya Marcella ke Verrel yang tersipu malu. Mohan melirik tuannya yang tersipu malu saat ditanya seperti itu. "Memang bucin akut Tuan Verrel. Pantas saja tadi di sana dia buru-buru mau pulang ternyata rindu berat dengan Nona Airin." Mohan menggelengkan kepala dengan tingkah tuannya. Terlebih lagi, saat bertemu ayahnya tuannya selalu menceritakan Airin hingga dia pun ikut memuji Airin. Memang Airin canti tapi sayang ketus dan aneh dimata Mohan. "Kamu tahu Airin tamu yang datang tidak boleh diusir. Mereka membawa berkah tersendiri. Mereka akan doakan kita. Ayo nak, duduklah. Siapa nama kalian?" tanya Nyonya Marcella menyambut Verrel dan Mohan dengan ramah "Saya Verrel dan ini Mohan asisten saya." Verrel memperkenalkan dirinya dan Mohan. "Verrel?" tanya Nyonya Marcella yang terdiam mendengar siapa nama pria yang datang menemuinya. Melihat ibunya terdiam Airin menaikkan alisnya. Dia heran kenapa ibunya tiba-tiba terdiam. Apa ibunya tidak suka kedatangan Verrel. Airin menatap ke arah Verrel lekat mencari tahu kenapa ibunya yang tadi ramah tiba-tiba terdiam. Verrel juga sama dia merasa kalau ibunya Airin tidak asing dia lihat. Seperti kenal sudah lama tapi dimana dia melihat ibunya Airin. "Ma. Mama kenapa?" tanya Airin ke ibunya. Nyonya Marcella terkejut dan menoleh ke Airin yang memandang dirinya. "Akh, tidak apa-apa. Mama seperti kenal maka Verrel. Tapi, mama lupa di mana," jawab Nyonya Marcella mengatakan kalau pernah bertemu dengan Verrel. "Mungkin Anda pernah bertemu di pertemuan pengusaha dua tahun lalu Nyonya. Anda ada di sana dengan suami Anda," ucap Mohan yang mempertegas dimana mereka pernah kenal. Dan memang benar kalau mereka pernah bertemu tapi tidak bertemu langsung hanya berjauhan dan Mohan masih mengingatnya. "Oh, iya. Pantas saya pernah lihat. Duduklah, jangan berdiri," sahut Nyonya Marcella yang mengiyakan perkataan Mohan. Verrel duduk dan sedikit berbincang dengan Nyonya Marcella. Airin hanya menatao Verrel yang terlihat dekat dengan ibunya. "Dia menyukai emak-emak ya?" tanya Airin yang tidak henti-hentinya berkata seperti itu di dalam hatinya. Karena bukan tanpa alasan Verrel selalu tertawa dan raut wajahnya saat berbicara dengan ibunya berbeda. Verrel yang melirik dalam diam senang Airin cemburu dengan dia. "Ck, bocil nakal. Dia cemburu tapi tidak mengakuinya. Baiklah, aku akan bawa dia keluar. Mau bicara empat mata," gumam Verrel. "Airin, bisa kita bicara sebentar. Aku mau katakan sesuatu," ucap Verrel memberanikan diri mengajak Airin. "Ajak aku? Kemana?" tanya Airin. "Ke pelaminan mau?" tanya Verrel. "Tidak boleh," sahut seseorang dari belakang hingga membuat Airin dan lainnya terkejut dan menoleh ke belakang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD