Meet you

1043 Words
**Yunki POV** . . . HongKong menjadi persinggahan terakhir konser tour kami. Konser sebanyak dua kali selama tiga hari. Lebih menyenangkan saat mengetahui jika tiket kami terjual habis hanya beberapa jam setelah pembukaan. Antusiasme AMMY di sini luar biasa. Lelah yang seolah terbayar lunas, panggung membuat kami tuli akan lemah dan penat, teriakan penggemar layaknya m****n penghilang rasa sakit, memacu adrenalin sungguh semangat kami selalu menggebu. Ketika para penggemar berteriak dan bernyanyi bersama. Setelah hari terakhir konser di Hongkong, kamu akan segera kembali ke Korea dan libur untuk beberapa saat. Aku berniat menemui Reya. lalu banyak memikirkan cara bagaimana, agar bisa berangkat ke Indonesia tanpa tertangkap fans. Malam hari sebelum perjalanan ke Hongkong. Aku membahas beberapa cara dengan Namjun dan Jeongu. Aku berharap mereka bisa memberikan jalan keluar untukku. Dan memang mereka memberikan ide yang brilian. Jadi, rencananya adalah. Aku akan kembali ke Korea lalu mengikuti mobil jemputan, yang akan memutar kembali ke bandara setelah di rasa aman, aku akan berganti pakaian dan berangkat ke Indonesia bersama Shin hyung, manager kami. Sedikit merepotkan, tapi tak masalah. Karena terkadang aku ingin pergi dengan privasi penuh. Hari ini semua berjalan dengan baik, meski petugas bandara jelas mengetahui siapa aku. Mereka tentu harus tetap merahasiakan itu. Sekalipun ini bocor, sungguh akan ku layangkan tuntutan atas kebocoran privasi yang aku alami. Rencana ku telah berhasil dan akhirnya kini, mendarat dengan aman di bandara internasional Soekarno-Hatta. Menyenangkan rasanya turun dari pesawat dan aku layaknya seorang yang ingin berlibur. "Kita dijemput?" Tanya Shin hyung. Aku menggeleng, "aku bahkan tak memberitahu jika akan datang hari ini Hyung. Aku sudah memesan hotel melalui aplikasi. Aku memesan di tempat yang tak jauh dari tempat kekasihku tinggal." Shin hyung menatapku, aku bisa melihat ia sedikit khawatir dengan ini. "Tenang Hyung, anggap saja kita ini turis." Kekehku. Aku coba berbicara banyak. Menjelaskan tentang Indonesia sebisaku. Sungguh ada kekhawatiran jika ia memaksa kembali ke Korea. Suasana mencair, kami mencari taksi dan memintanya mengantar ke lokasi hotel yang telah aku pesan melalui aplikasi online. Supir taksi di sini cukup ramah. Saat aku mengarahkan dengan bahasa Inggris, mereka menjawab dan menanggapi dengan baik. Dan hal lain yang membuatku senang adalah mengetahui jika Reya hidup di lokasi yang baik. Korea tak sebaik yang kalian bayangkan. Meskipun banyak lokasi dan pariwisata, kami hidup di udara yang terpapar polusi yang cukup buruk. Bahkan, kalian bisa melihat udara yang kecoklatan ketika menaiki pesawat dari Incheon. Saat kami berada di kawasan Indonesia aku bisa melihat udara yang cukup bersih. Jadi, jika kalian pikir tujuan utama memakai masker adalah untuk menutupi wajah kami ... Itu kurang tepat, yang paling penting adalah menghindari polusi udara yang tak baik bagi pernapasan. Lagipula jelas sekali jika pernapasan adalah modal utama seorang penyanyi. Mengenakan masker salah satu cara kami menjaga pernapasan. Sekitar satu jam sampai akhirnya kami sampai di hotel. Cukup jauh dan melelahkan. Sampai di hotel aku segera membersihkan diri. Sengaja memesan dia kamar agar aku dan Shin hyung mendapat privasi masing-masing. Setelahnya, mandi aku membuat segelas kopi lalu menghubungi kekasihku itu. "Yak Lim Yunki tak perlu bercanda." Ia terkejut dan kesal. "Aku tak berbohong, tunggu aku share lokasiku." Aku menatap ponsel dan mengirim lokasi hotel saat ini. "Astaghfirullah, yaak~ kenapa tak memberitahu? Hmm? Kau ingin membuatku terkena serangan jantung?" Aku terkekeh, kali ini ia benar-benar lucu merengek layaknya anak kecil. "Kau mau makan malam bersama?" "Hmm, aku akan ke sana. Dengan temanku ...." "Baiklah, aku akan menunggumu chagiya ... Katakan jika kau sudah sampai di lobby aku akan turun dan memelukmu." "Noo!!!" Aigo, ada apa dengannya? Menggemaskan sekali jika terus marah seperti ini. "Yak kita sudah dewasa hanya berpelukan. Kau bahkan sudah 28 tahun noona." "Aku dua puluh tujuh tahun Lim Yunki pabo!" "Aku orang Korea dan menghitung usia seperti warga Korea." "Menyebalkan, sudah aku akan bersiap. Tunggu aku ya?" Setelah Reya mematikan panggilan aku meneguk kopi yang aku buat setelah tiba, sudah dingin. Rasanya aku akan sejenak merebahkan tubuh. Terbangun, saat aku mendengar ada panggilan masuk. Reya ... "Yeoboseyo, Yunki ya ..." "Kau sudah tiba?" "Eung." Aku dengan cepat bangkit. "tunggu aku," Segera mematikan panggilan, berlari ke kamar kecil mencuci wajah dan merapikan rambutku. Aah, kenapa aku mendadak gugup? Setelahnya, berjalan cepat turun sebelumnya aku mengenakan masker. Ya, aku harus tetap berjaga takut jika ada yang mengenaliku. Sampai di bawah aku melihat dua gadis berdiri tak jauh dari lift. Aku bisa mengenali Reya, ia tinggi dan memiliki tanda di atas alis kirinya. Ia sedang mengobrol dengan teman yang menemaninya. Aku bisa melihatnya tertawa dan tersenyum secara langsung. Aigo, jantungku aku rasa berdetak dengan tak wajar kali ini. Aku semakin dekat ia sama sekali tak menyadari karena terlalu fokus mengobrol, belum bertemu saja aku sudah merasa terabaikan. Aku berdiri di hadapannya, ia menatapku aku tersenyum walaupun ia tak bisa melihatnya. "Lama menunggu nona?" Ia terdiam, pupil matanya tampak membesar, menatapku dengan ragu dan dengan lucunya memiringkan wajahnya menatapku layaknya anak kecil yang penasaran. "Lim Yunki?" tanya teman Reya, tanpa basa-basi. Aku membungkuk lalu mengucap salam, "nde, anyeonghaseyo." "Ah, anyeonghaseyo." Reya membungkuk membalas salamku ada apa dengannya? Membuatku gemas sendiri. "Tak masalah jika kita ke kamarku? Sejujurnya aku takut jika ada yang mengenaliku di sini." Ucapku lalu mengusap pelipis mata, aku gugup sial. Reya mengobrol dengan teman yang bersamanya, aku ingat namanya Indah. Entah apa yang mereka bicarakan. "Yunki ya, temanku akan pulang," ucap Reya. "Nde? Kau tak ikut kami?" "Tidak, aku harus pulang," jawabnya dengan bahasa Korea yang cukup baik. * Dan di sini di kamarku Reya duduk di pinggir tempat tidur dengan canggung. ia terdiam selama aku membuatkannya kopi. "Kau tak ingin bicara?" Gadis itu menatapku. "Aku malu ..," sahutnya sambil menunduk. Aish, gadis ini ... Benar-benar membuatku ingin mencubit pipinya karena ia sangat menggemaskan. Aku berjalan mendekat memberikan teh padanya. Ia bahkan tak berani menatap wajahku. "Kau tak ingin melihatku?" Ia menoleh, menatapku takut-takut. "Kau putih sekali," rengeknya. Aku mengusap kepalanya. "Kau tak bahagia aku datang?" "Aku bahagia Yunki, sangat." "Aku membayangkan kau akan berlari memelukku," ledekku. Ia menatapku, dan menggapai tangan kananku kami bersalaman. Ia mengayunkan tangan kami kencang. "Senang bertemu denganmu kekasihku." Aku tertawa lepas. "Berhenti bersikap mengemaskan atau aku akan membawamu ke Korea." Ia bergerak memelukku cepat. "Hmmph, terima kasih Yunki-yaa. Pasti sulit untuk bisa datang." Aku membalas pelukannya, mengecup kepala Reya meskipun tertutup kain. "Baik, tak masalah ... Aku memang sangat ingin bertemu denganmu." *** .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD