**Yunki POV**
.
.
.
Studio latihan Bighome bingar oleh dentuman musik, karena kami berlatih untuk konser di Hongkong lusa. Berlatih agar penampilan kami baik, selama konser berlangsung. Tentu juga tak ingin mengecewakan ammy yang besok akan datang.
Latihan tak lama, hanya beberapa lagu yang memang harus kami nyanyikan kembali. Dan juga demi menjaga stamina kami agar tak terlalu lelah saat konser.
Selesai berlatih kami kembali ke dorm. Keluar dari gedung Bighome entertainment pukul delapan malam. Masih cukup ramai oleh AMMY yang memang selalu ada. Mereka berdiri dan menunggu kami untuk keluar. Sekedar menyerukan nama idola mereka, walau sebenarnya aku rasa ini tak terlalu baik untuk kesehatan.
Aku melambaikan tangan. "Pulanglah, ini sudah malam." Aku harap mereka mendengar dan segera kembali pulang.
.
.
.
Tak perlu waktu lama sampai akhirnya sampai di dorm. Setelah selesai mandi aku menyiapkan pakaian; memasukkan ke koper; dan juga pakaian yang akan aku kenakan saat ke bandara. Sejujurnya, fashion airport itu pernah menjadi beban untukku. Aku membaca beberapa artikel artis atau idol yang di bully karena pakaian mereka dirasa tak pantas saat di airport. Sejujurnya aku berpikir, bukankah seharusnya pakaian itu cukup yang membuatmu nyaman? Aku sempat berpikir hal itu, sebelum aku sadari jika kami adalah publik figur. Akan banyak orang yang menilai, melihat atau juga meniru style kami.
Saat itu Namjun masuk ke dalam kamar, ia merebahkan tubuh tempat tidur Seojin.
"Hyung ada sesuatu?" Tanyanya.
"Maksudmu?" tanyaku masih sibuk menata beberapa keperluan seperti vitamin yang rutinku konsumsi.
"Beberapa kali kau kehilangan konsentrasi saat latihan."
Ah, leader kami ini memang detail. Ia bisa melihat jika pikiranku tak terlalu bisa fokus pada latihan. Aku bangkit dan berjalan kemudian duduk di sisi tempat tidur.
"Aku ingin membuat pengakuan," ucapku.
Namjun mengerenyitkan kening menatapku penasaran. "Hmm? Pengakuan?"
"Aku memiliki kekasih." Aku menjawab tegas.
Tatapan mata Namjun membulat, ia terlihat cukup terkejut aku bisa melihatnya dengan jelas. "Benarkah?"
"Ya, dan belakangan hubungan kami tak baik setelah aku mengakui jika aku adalah member BTL."
Namjun semakin bingung dengan ucapanku. "Tunggu... Ini aneh? Apa dia antis?"
"Bukan, dia hanya merasa jika menjalin hubungan dengan idol itu hal yang mustahil," jelasku.
"Aah, aku mengerti... Lalu? Apa kau tak bisa berkonsentrasi karena kalian berpisah? Atau?"
"Dia mengabaikan ku."
Namjun terkekeh mendengar jawaban yang aku berikan. "Hyak Hyung! Kau itu A justD a to the g to the u—"
"Aish hentikan!" kesalku.
"Hyung, kau ini Lim Yunki! si jenius Lim! Aigo, apa kau kalah oleh seorang gadis? Ckckck." Namjun terkekeh, menyebalkan sekali.
"Aish, berhenti meledekku. Aku tau juga bagaimana dirimu saat putus dengan kekasihmu itu. Tak perlu meledekku." Masih ku ingat jelas bagaimana saat ia duku berpisah dengan dengan kekasihnya. Sekarang dari mencemoohku? Ckckckkc.
"Hyung, aku hanya bercanda. Aku hanya belum membayangkan jika kau jatuh cinta." Namjun mendecih menatapku dengan malu.
"Aku sudah menghubunginya tapi ia tak pernah merespon baik."
Ya aku ingat ia juga pernah menjadi aneh ketika kekasihnya mengatakan bahwa mereka lebih baik berpisah. Kekasih Namjun adalah Sahabatnya saat SMU. Kini gadis itu telah menikah dan memiliki seorang anak perempuan. Ya, tak lama berpisah gadis itu memilih segera menikah dengan kekasih barunya. Meskipun saat ini hubungan mereka masih baik. Namjun pernah beberapa hari hanya terdiam. Ia sibuk menghabiskan waktu di studio, dan menghasilkan beberapa konsep yang akhirnya kami bicarakan untuk konsep album baru kami.
"Jangan terlalu sering menghubunginya Hyung. Cobalah membuat gadis itu penasaran, dan buat ia sedikit kehilangan perhatian darimu. Terkadang, kita perlu menjaga jarak untuk membuat wanita berpikir apa benar mereka membutuhkan prianya." Ini dia si pemikat hati wanita, pembaca buku penakluk hati wanita mulai memberikan sarannya.
Aku mengangguk, rasanya semua ucapan Namjun benar. Aku harus membuat Reya memikirkan aku; menyentuh rindunya agar ia bisa merasakan jika, kehadiranku sudah menjadi kebutuhan untuknya. Begitu juga aku, meski hanya secara lisan dan tulisan. Namun, makna cinta tak pernah berubah kan?
Selesai berbicara dengan Namjun, kami berjalan keluar. Rasanya tak adil jika hanya memberitahu leader kami itu. Sebelumnya aku membeli aneka snack dan minuman ringan. Yaa, anggap saja permintaan maaf karena telah cukup lama merahasiakan masalah ini kepada mereka.
Kembali dari minimarket semua sudah berkumpul. Jeongu dan Taetae berHi-five melihat apa yang aku dan Namjun bawa.
Kami duduk bersama di ruang tengah. Aku mengeluarkan semua yang aku beli. "Makanlah."
"Ada sesuatu Hyung?" tanya Jimmy. "Apa ada sebuah perayaan?"
Jeongu dan Hobbie mengangguk, aku tau semua punya pertanyaan yang sama.
"Aku ingin memberitahu... Kalau—aku sebenarnya memiliki kekasih."
Jeongu membuka matanya lebar, reaksinya benar-benar khas member termuda kami. "Ah benarkah?" Tanyanya dan Tae bersamaan.
"Iya, tapi... Aku dan dia hanya berpacaran melalui KakaoTalk." Jawabku canggung seraya menggaruk tengkuk yang sama sekali tak gatal.
"Wah Daebak!" Seru Hobbie dan Seojin Hyung bersama.
"Ini bukan kejahilanmu karena lusa kita akan berangkat ke Hongkong kan Hyung?" Tanya Tae seraya mulai meneguk cola di tangannya.
"Tentu bukan. Lagipula, apa untungnya mengerjai kalian?"
Jeongu, Hobbie, Jimmy dan Tae bertepuk tangan. Lalu memberikan selamat bersamaan.
Lega rasanya bisa mengakui semua. Setidaknya aku tak memiliki beban apapun saat ini
.
.
.
**Yunki POV end**
***
**Reya POV**
.
.
Hari libur minggu ini akan aku habiskan di rumah Indah. Menghabiskan waktu bersama kedua anak perempuannya dengan menghabiskan Snack dan makan mi ayam.
Aku dan Indah duduk di teras belakang rumah. Di belakang rumah sahabatku yang satu ini. Masih ada halaman dan pepohonan. Sehingga cukup menyenangkan berlama-lama dan mengobrol. Seraya menikmati angin, dan keteduhan dari rimbunnya dedaunan.
"Pokoknya selama lo belum ketemu langsung jangan percaya apapun." Ucapnya setelah aku memberitahu jika, aku melakukan video call dengan Yunki.
"Iya bep."
"Lo jangan iya-iya aja, lo tau kan gue tuh orangnya curigaan. Apalagi orang belum jelas gini... jangan terlalu gampang percaya lho bep!" nasihatnya, lebih banyak daripada Mama.
"Iyaaaa," sahutku.
"Terus kapan dia mau ke sini?"
"Nggak tau juga gue. Mungkin minggu-minggu besok."
Indah mengangguk lalu terdiam sesaat, "kalau itu Yunki betulan...?"
Aku menatapnya penasaran, sejujurnya aku juga tak benar-benar yakin jika Yunki adalah member BTL. Saat itu ponselku bergetar tanda panggilan masuk. Yunki ....
"Yeoboseyo?" sapaku seraya mengangguk, karena Indah bertanya apa itu Yunki?
"Kau ada di mana di rumah?"
"Aku Tak di rumah... Ada apa?"
"Kalau begitu di mana?" Tanyanya lagi.
"Aku bermain di rumah temanku, jaraknya tak terlalu jauh dari rumah."
"Temanmu yang sering kau ceritakan jika ia fans Tae?"
"Iya, kau sudah makan?" tanyaku kemudian. Karena di Korea saat ini sekitar pukul satu siang.
"Hmmm, aku sudah makan siang. Apa kau sudah makan chagiya?"
"Iya... Aku makan banyak chagi," jawabku malu karena Indah terus saja menatapku seolah meledek.
"Baguslah, bagaimana kalau kita makan malam bersama?"
"Nde?" Sahutku cepat, makan malam bersama?
"Aku di Indonesia...."
***