Video call

1110 Words
**Reya POV** . . . Sejak pengakuan dari Yunki tempo hari. Aku tanpa sadar menjaga jarak. Tak terlalu sering menjawab pesan atau panggilan. Ia marah dan kesal karena merasakan jika aku perlahan jauh. Itu benar aku memang menjauh. Jujur, ini terasa bagai mimpi. Seorang yang bahkan tak mengenalnya, bisa menjadi bagian dari hidup seorang Yunki? Selama hampir dua Minggu, aku banyak menghabiskan waktu menyaksikan Yunki dari layar ponsel. Dia, mengagumkan. Melihat ia membuat musik si studio, bagaimanapun saat ia menerima penghargaan, saat bersikap imut dan dingin. Semua mengagumkan terutama saat di atas panggung. Aku kini bisa melihat bagaimana saat ia berbicara, tertawa, dan tersenyum; bisa melihat jelas lekuk wajah, mata hidung dan segala yang ada pada dirinya. Melakukan semua itu sejujurnya membuatku semakin jatuh cinta. Walau sampai saat ini, aku masih berharap jika Yunki bukan member BTL. Aku membayangkan jatuh cinta pada orang biasa. Menjalani hidup tanpa hiruk pikuk. Orang biasa, yang tak akan ada yang mengenali saat kami berjalan di taman saat sakura mekar. Orang biasa tanpa ada wanita lain yang mungkin mencintainya lebih dari aku. Aku tau, ini egois. Tapi, itu harapanku. Tak menyalahkan jika memang Yunki adalah idol. Aku hanya takut, jika semua akan berakhir. Aku banyak membaca tentang aturan dalam perusahaan. Bagaimana batasan mereka agar idol dari agensi mereka bernaung tak berpacaran selama beberapa tahun. Juga bagaimana hujatan warga Korea untuk beberapa idol yang terendus sedang menjalin hubungan. Aku tak ingin semua terjadi pada Yunki. Aku tak ingin kariernya hancur karena hubungan kami. Hal itu yang membuatku ragu, untuk melangkah maju lebih jauh. Jakarta memasuki musim panas, tapi masih saja mendung dan hujan. Aku masih duduk di lorong menuju kelas, di sini anak-anak sering bermain dan juga mereka akan berbaris ketika akan masuk ke dalam kelas. "Lo kenapa Bep?" tanya Indah yang kini duduk di sampingku. Ia menatap penasaran, sementara aku hanya tersenyum. "Nggak apa-apa," jawabku singkat. "Masih galau sama pacar Korea itu?" Ia menerka. Aku mengangguk, aku tak bisa berbohong pada Indah. Ia sangat mengenalku hingga mustahil untuk berbohong. Seolah ia bisa membaca semua yang ada dalam pikiranku. "gimana kalau dia Yunki beneran?" "Aah beneran?!" "Gue tanya Bambang!" "Eh? Belum terbukti? Lo kan tinggal video call," sahutnya. "Iya dia minta video call, cuma gue nggak berani terima," jawabku lemas. "Good, lo kepikiran tapi diri lo sendiri yang nolak jawaban. Kalau lo bukan temen gue udah gue jitak." Indah terlihat kesal. Aku tau semua karena keanehan ku dalam menanggapi masalah ini. "Gimana dong kalau dia Yunki? " Lo sayang?" "Sayang." "Ya jalanin," ujar Indah singkat. "Semudah itu?" "Gue dukung semua keputusan lo bep, lo tau kan gue selalu dukung lo. Asal lo bahagia, nggak galau terus." Aku mengangguk mendengar perkataan dari Indah. Tapi, aku sendiri juga sebenarnya tak bisa menentukan pilihan. Akan melanjutkan atau menyudahi hubungan ini. . . . **Reya POV end** *** ***Author POV** . . . BTL baru saja menyelesaikan konser mereka di Hongkong. Selesai konser, ketujuh pria itu segera kembali ke hotel. Hari ini adalah hari ke dua dan atensi penggemar masih sama. Selalu bisa membangkitkan adrenalin ketujuh member di atas panggung. Setelah sampai di hotel, Yunki segera masuk ke kamarnya bersama Namjun. Bergegas membersihkan diri dan untuk segera kembali ke Korea. Namjun merapikan pakaian, sementara Yunki telah selesai melakukannya, karena ia selesai mandi lebih dulu. Yunki masih duduk di kuris dekat bufet televisi. Sibuk menggonta-ganti chanel televisi. Namjun duduk di lantai hotel dengan koper yang terbuka. Ada sebagian hadiah fans yang akan ia bawa kembali ke Korea. "Namjun aa, setelah ini kita beristirahat selama sebulan 'kan?" "Iya, Hyung, ada apa?" tanya Namjun masih asik merapikan pakaian miliknya. "Aku akan pergi ke suatu tempat," jawab Yunki diiringi senyuman. "Kau akan berjalan-jalan?" tanya sang leader BTL penasaran. Yunki berjalan ke tempat tidur lalu merebahkan diri. "Aku akan menemui seseorang." "Kekasihmu? Gadis di KakaoTalk itu?" Yunki mengangguk, sementara Namjun sebenarnya khawatir dengan rencana itu. Namun, ia rasa Yunki sudah memikirkan semua dan harusnya ini tak akan jadi masalah. Sementara itu si pucat kini asik dengan ponsel di tangan. Ia memang sedikit kesal pada Reya karena terlalu sering mengabaikan dirinya belakangan. Tapi, Yunki tak ingin larut ia l, tau Reya mudah luluh. Dan kedatangannya ke Indonesia nanti ia rasa akan membuat hubungan mereka kembali baik, tak akan ada lagi kebohongan antara keduanya. _______ You: Kau sudah tidur? Reya: Belum Kau sedang di Hongkong :kan? Apa konsernya berjalan dengan baik? You: Kau tau aku di Hongkong? Semua berjalan baik chagi. Kau sudah makan? Reya: Nde, aku menjadi salah satu followers BTL di Twitter sekarang. Kau senang? You: Aku lebih senang karena malam ini kau kembali seperti Reya-ku. Reya: Aku hanya menyadari jika aku tak bisa menghabiskan waktu tanpamu. You: Bolehkan aku melakukan panggilan video? Aku ingin melihatmu langsung. Reya: Baiklah __________ Yunki tersenyum, akhirnya ia bisa membuktikan pada gadis itu semua tentangnya. Sejujurnya ia merasa ada beban sebelumnya, karena menyembunyikan identitasnya. Terpaksa banyak berbohong untuk menutupi kebohongannya yang lain. Kali ini tak ada lagi kebohongan. Ia bisa menceritakan semua pada Reya. Gadis itu menerima panggilan video dari Yunki ia sudah sedikit mengantuk. Reya merebahkan wajah di banyak abu-abu miliknya, pipi chubby kemerahan, hidung yang tak terlalu mancung, mengulas senyum dengan bibir yang terlihat lebih berisi, akibat tekanan wajahnya pada bantal yang ia tiduri. "Assalamu'alaikum," sapa Reya. Sementara Yunki hanya tersenyum, membuat tatapannya layaknya bulan sabit, nyaris seperti terpejam karena sipit. Ia menatap gadis di layar ponselnya. Ada perasaan gemas yang membuat ia terus saja menahan senyum. "Kenapa?" tanya Reya berusaha untuk tak canggung karena ini pertama kali ia melihat wajah kekasihnya. "Kau mengantuk?" "Sedikit, kau putih sekali ... Menyebalkan." "Aku terlahir putih itu sudah takdirku." Jawab Yunki bangga. Kedua orang itu saling menatap, kemudian tersenyum malu. Layaknya anak muda yang baru saja mengenal cinta. Yunki beberapa kali menutup wajahnya dan tersenyum. "Yunki yaaa ...," panggil Reya manja. "Hmm?" "Yunki yaa Lim Yunki ...." Gadis itu tak bisa mengungkapkan sejujurnya betapa ia bahagia bisa melihat wajah pria yang ia cintai secara langsung. Jadi, ia bertingkah sedikit aneh. "Hmm? Saranghae." Reya tersenyum. "Nado saranghae." Yunki tersipu mengalihkan wajahnya mendengar Reya menjawab dengan nada suara yang imut, membuatnya tak bisa menahan diri. "Hyung kita bersiap." Namjun membuat tautan mata diantara keduanya terputus. "Aku harus segera berangkat," ucap Yunki. Reya mengangguk. "Baik, Berhati-hatilah." Reya melambaikan tangan, sementara sang kekasih membuat flying kiss membuat Reya malu sendiri dan menutupi wajah dengan tangannya. Yunki sebenarnya masih tak ingin menyudahi panggilan videonya, tapi ia harus segera berganti pakaian dan ke bandara untuk kembali ke Korea. "Aah, Hyung kau sangat berbeda ketika jatuh cinta," kekeh Namjun, karena ia ada di sana sedari tadi melihat dan mendengar pembicaraan kedua orang itu. "Aish diam," ucap Yunki kesal sambil lalu menuju toilet untuk berganti pakaian. **. .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD