**Yunki POV**
.
.
.
Masa promosi album kami sudah hampir berakhir. Dua Minggu lagi aku akan ke Indonesia dan menemui Reya. Banyak rencana yang aku pikirkan. Aku benar-benar tak ingin ada yang mengetahui kepergian ku ke Indonesia dan berharap bisa menghabiskan waktu dengan baik bersama Reya. Lama sudah aku mengharapkan agar bisa menghabiskan waktu bersama. Tak ingin orang lain menggangguku. Aku ingin menikmati liburan kali ini.
Aku terbangun cukup pagi, lalu bersiap untuk wawancara dengan sebuah stasiun televisi. Selama menunggu giliran dirias aku sesekali mengambil gambar dengan ponsel. Apa aku harus menunjukan wajahku padanya? Ya, karena kami akan bertemu. Bukankah lebih baik jika ia mengetahui wajahku terlebih dahulu? Meski aku juga takut dengan reaksi apa yang akan ia berikan nanti.
Dan pada akhirnya aku putuskan untuk mengirimkan foto. Aku harap ia tak terkejut, aku rasa ia tak mengenalku. Reya mengenal Taetae karena ia menonton drama yang dibintangi Tae. Ia lebih banyak mengenal artis dibanding idol. Ia juga cukup tau GOT7 karena mereka banyak mengisi soundtrack drama. Menyebalkan sebenarnya, tapi itu memang satu dari banyak hal yang ia miliki untuk membuatku kesal.
Kini giliran ku untuk dirias, Jimmy baru saja beranjak dari tempat duduk. Lalu aku melangkah dan waktunya untuk segera dirias.
Setiap sela waktu aku mengecek ponsel. Namun, Reya sama sekali tak membalas. Padahal ia sudah membaca pesan yang aku kirim. Apa ... Ada yang salah? Atau seharusnya aku tak mengirimkan foto itu? Atau ia bisa menerka siapa aku sebenarnya?
Selama siaran aku masih sesekali memikirkan balasan yang akan aku terima. Aku akan fokus pada kegiatan hari ini. Akan kembali ku cek balasannya nanti.
Seperti biasa semua hanya tentang album kami. Semua ditanyakan sesuai dengan skenario yang diterimanya hari sebelumnya. Kami bisa menjalin dengan baik. Semua berjalan lancar hari ini.
Ketika aku kembali ke ruang rias, segera mengecek ponsel. Tak ada balasan sama skali. Aku bahkan terus bertanya-tanya dalam perjalan pulang. Akan aku hubungi Reya nanti setelah tiba di dorm.
"Kau memikirkan sesuatu Hyung?" tanya Jimmy.
"Tidak," jawabku singkat.
"Kau terlihat tak baik sejak tadi," timpal Namjun yang duduk di sampingku.
Aku hanya menggeleng dan memejamkan mata. Reya bukan orang yang akan lama membalas pesan jika ia sudah membacanya. Aku merasa dan yakin pasti ada sesuatu. Ia mungkin kecewa?
**
Sampai di dorm aku berjalan cepat menuju kamar. Setelah melepaskan jaket dan topi yang aku kenakan, lalu segera duduk di tempat tidur dan mencoba mengirimkan pesan. Pesan terkirim tapi Reya tak membacanya. Aah gadis itu ada apa dengannya?
"Apa lebih baik aku menghubunginya?" gumamku.
Aku segera menekan tombol panggilan, Menunggu tak lama sampai ia menerimanya.
"Yeoboseyo?" Sapanya, ada sedikit rasa lega karena ia mau menerima panggilan dariku.
"Ada yang salah denganku? Aku melakukan hal yang membuatmu kesal?" tanyaku tanpa basa-basi. Setelah sejak tadi larut dalam pikiran tak menyenangkan.
"Tidak," jawabnya singkat, aku merasa ada sesuatu dan ia tak bisa berbohong padaku. Sesungguhnya aku merasa ini karena foto itu.
Aku menghela napas. "Aku tau ada sesuatu... Apa? Karena foto itu?"
"Tidak ada apapun chagi."
Jangan bohongi aku Reya Yasmitha ... Aku tau dengan jelas.
"Apa?" Aku kembali bertanya menekankan pertanyaan yang ku berikan agar ia mau menjawabnya.
"Kau sudah makan?"
"Ada apa Reya Yasmitha?" tanyaku tegas, karena ia terus saja berusaha mengalihkan pertanyaan ku.
"Apa ... Kau member BTL?"
Benar. Sesuai dugaan semua karena foto yang ku kirimkan. Bukankah ia tak tau BTL? Lalu bagaimana ia mengenalku?
"Maksudmu?" tanyaku sejujurnya aku tau arah pertanyaannya. Hanya saja dalam hal ini aku butuh waktu untuk menyusun kalimat, agar bisa menjawab semua pertanyaan yang akan ia tanyakan nanti. Dengan baik, tanpa membuatnya menjauh.
"Aku menunjukkan foto yang kau kirim pada temanku. Ia bilang kau member BTL. Aku juga mencoba melihat beberapa acara dan MV BTL. Suaramu dan LYK mirip. Ah tidak, bukan hanya mirip tapi sama persis. Lalu apa benar itu dirimu?"
Rupanya ia tau dari temannya. Aku rasa seharusnya tak ada yang salah jika aku member BTL 'kan?
"Iya" Jawabku yakin.
"Hah?!" Aku tau ia cukup terkejut. Dan reaksinya seolah berharap jawabanku adalah tidak.
Aku merubah panggilan suara menjadi panggilan video. Menunggu ia menerima perubahan panggilan. Ingin ku tunjukkan kesungguhan, dan kejujuran jawaban yang kuberikan.
"Terima panggilan Videoku agar kau bisa melihatku ...," pintaku.
"Tidak, aku tak siap."
"Kenapa? Aku akan buktikan kalau aku tak berbohong," ucapku meyakinkan. Sedikit memaksa, karena aku ingin semuanya jelas.
Reya menolak panggilan videoku. "Aku rasa lebih siap jika kau mengaku mengirim foto itu karena kau mengerjaiku."
"Maksudmu?"
"Aku rasa akan baik-baik saja jika kau bukan seorang idol. Maksudku, hubungan ini jadi semakin terasa tak nyata. Apalagi, aku tau aku tak pantas untuk itu. Aku bukan Cinderella yang akan jatuh cinta dengan pangeran."
Ucapannya lemah, ia tak marah aku merasa ia sedih dan tak percaya diri. "Kadang aku ingin ada seseorang yang dekat dan peduli padaku karena aku adalah seorang Lim Yunki. Aku ingin jatuh cinta pada orang yang mengenalku sebagai Yunki, kau pantas ... Tentu kau pantas ... Karena, berhasil meluluhkan hatiku. Kau pantas Reya-aa kau orang pertama yang memberikan banyak perhatian padaku karena aku adalah Yunki. Berada di posisi ini membuatku semakin kesepian. Kau tak tau betapa berharap perhatian yang kau berikan padaku?"
"Maafkan, aku Yunki-yaa ...."
"Jangan katakan hal bodoh lagi."
"Aku rasa aku akan mengatakan lagi. Rasanya, mungkin aku butuh waktu ..."
"Waktu?"
"Memikirkan semua ini."
"Apa salah jika aku jatuh cinta hanya karena aku seorang idol?" Sungguh aku tak mengerti apa yang salah dari hubungan kami.
"Aku takut hubungan ini akan menyulitkan mu."
"Akan semakin sulit jika kau tak bersamaku."
Reya tak menjawab, aku juga hanya terdiam. Sejujurnya, menyakitkan jika aku harus mengakhiri ini. Aku benar-benar jatuh cinta. Lalu apa itu salah? Ya, aku tau akan ada skandal besar. Apalagi saat seperti ini. Menyedihkan ... Bahkan bagi kami bernapas di ruang yang salah pun akan menjadi sebuah skandal.
***
.
.
.
.
.