Ch-2

1340 Words
Kebiasaan Lidia Natalia yang terlalu sering berhubungan tanpa tahu tempat dengan Leno putra tirinya tersebut, pada suatu malam terbongkar. Tubuh Lidia Natalia dilempar keluar rumah beserta seluruh pakaiannya oleh istri-istri suaminya. Itu terjadi gara-gara Rosa istri ke tiga suaminya! Wanita itu ikut merayu Leno karena tidak bisa menahan hasratnya lagi untuk bercinta! Leno menolaknya karena dia terlanjur jatuh cinta pada Lidia Natalia. Rosa dendam karena ditolaknya, wanita itu sudah membuat skenario untuk menyingkirkan Lidia dari dalam rumah besar tersebut. Saat sedang beradu dengan Leno di samping rumah, Rosa sengaja mempergokinya. Rintihan Lidia Natalia terdengar mengusik lubang telinga Rosa. Lidia bersama Leno di samping rumah melakukannya dengan membungkuk memegangi dinding di depannya, sedang Leno menerobos area basah miliknya dari belakang punggungnya. Rosa segera memanggil semua penghuni rumah, dia menunjukkan adegan tersebut pada seluruh orang dengan niat bisa secepatnya menendang Lidia keluar dari kediaman Hendra. "Dasar wanita tidak tahu diri! Sudah di tampung sebagai istri malah nekat merayu anak tiri sendiri!" Rosa menarik rambut panjang Lidia melemparkan wanita itu di halaman rumah besar tersebut. Sebenarnya suaminya tidak rela Lidia Natalia pergi dari sana, karena wanita itulah yang selalu merawatnya juga mengelus lembut saat dia sedang haus kasih sayang. Beda dengan istri-istrinya yang lain, yang setiap harinya hanya bisa shoping menghabiskan uang untuk jalan-jalan pergi pagi pulang malam. Karena ditekan oleh istri-istri tuanya, Hendra tidak bisa berbuat apa-apa. Dia bahkan tidak memiliki ketegasan untuk mempertahankan istri bungsunya, Lidia Natalia. "Mama, tidak perlu khawatir, Leno akan cari rumah kontrakan untuk mama tinggal." Leno membawakan barang-barang Lidia ke mobilnya. Putra tirinya tersebut sudah bekerja, dan memiliki mobil sendiri, Hendra melihat itu juga tidak bisa berkata apa-apa. Dibiarkannya saja putra kandungnya itu mengantarkan Lidia pergi. Hendra tidak pernah menyetubuhinya istri mudanya itu, karena dia sudah terlalu tua dan tidak bisa ereksi lagi. Lidia juga karena butuh biaya untuk pengobatan ibunya, karena itulah dia menjual dirinya kepada pria tua beristri delapan tersebut. Dan akhirnya malah jadi begini, hasrat Lidia Natalia sejak awal tak bisa ditahannya itu menjadi bumerang! Karena kelainan tersebut semuanya menjadi berantakan. Leno yang seharusnya tidak boleh dia dekati malah dia makan mentah-mentah dengan sangat liar! Setelah kepergian istri ke delapannya, Hendra tidak ada yang mengurus di rumah besar tersebut. Apalagi putra sulungnya juga lebih sering datang ke kontrakan Lidia daripada pulang ke rumah, tentunya untuk mendapatkan kehangatan dan kenikmatan permainan wanita hiperseks tersebut! Lidia memekik di atas pangkuan putra tirinya, wanita itu sudah pindah ke rumah baru. Di ruang tengah di atas karpet warna merah, layar kaca televisi adegan xxx masih menyala di sana. Leno sengaja memutar video tersebut untuk mengajak mama tirinya bermain. Gerakan erotis Lidia penuh hasrat itu, membuat Leno enggan pergi dari rumah kontrakan tersebut. Leno hampir kewalahan melayani hasrat ibu tirinya tersebut. Lidia tidak kenal waktu untuk terus mengajaknya bermain. Entah siang, malam, senja, bahkan pagi buta! Leno lama-lama terbiasa dengan permintaan itu, pria muda itu juga tidak menolak setiap Lidia menariknya untuk melakukannya lagi dan lagi. Teriakan dan jeritan kecil Lidia, hampir setiap beberapa jam sekali terdengar di dalam rumah kontrakan tersebut. Leno telah jatuh cinta dengan Lidia Natalia. Bagi pria muda itu, Lidia adalah wanita pertama yang menyentuhnya. Hampir sama! Begitu juga sebaliknya, Lidia pun merasa kalau hubungan mereka tak hanya sebatas hubungan untuk bertukar hasrat satu sama lain. Namun, ada beberapa hal yang membuat mereka terus bersama sampai saat ini. Lidia sendiri merasakan semakin lama hubungan mereka berdua semakin dekat. Terlebih lagi Leno sudah menunjukkan ketulusan hatinya dalam mengurus Lidia di rumah baru tersebut. Leno bekerja untuk mencukuipi semua kebutuhan Mama tirinya. Tak jarang pria itu memaksa untuk lembur hingga larut malam. Bagi Leno Lidia Natalia sangat berharga sekali. Namun apakah Lidia juga berpikir sama seperti dirinya? Sungguh kah seorang Lidia Natalia yang memiliki kelainan tidak bisa menahan hasratnya itu hanya menyimpan dirinya di dalam hati?! Leno tidak tahu sama sekali. Lidia hampir tidak pernah bisa menahan semuanya ketika dia tidak sedang berada di rumah. Wanita itu selalu mencari cara untuk melepaskannya dengan caranya sendiri sama seperti sebelum-sebelumnya. Sebelum berangkat ke kantor, Lidia meminta Leno untuk melayaninya kembali. Permainan tersebut berlangsung selama dua puluh menit hingga keduanya jatuh berpelukan dengan tubuh bersimbah peluh. "Leno besok mama pengen nonton acara pacuan kuda sayang.." Rengeknya sambil mengelus d**a telanjang putra tirinya tersebut. "Nonton aja mah, apa mau Leno antar sekalian pas berangkat ke kantor?" Tawarnya seraya meremas-remas bongkahan d**a besar Lidia. "Akkhhh.. Leno, mamah tidak tahan sayang... Jangan diremas lagi.. emmhh.. nanti mamah nagih semalaman.. awhhh." Rengeknya lagi seraya mengusap area sensitif miliknya sendiri, kemudian mengoleskannya ke bibir putra tirinya, dan disambut jilatan lidah Leno tanpa jijik sama sekali. Dengan senang hati Leno kembali memulainya tanpa bisa menghitung ini sudah ke berapa kalinya mereka bermain. Keduanya kembali bergerilya tanpa rasa lelah. “Okay, antarkan mama sayang! Awas kalau lupa” Lidia Natalia merengek manja sambil mengulum bibir tipis Leno. "Beres mah! Apa sih yang gak buat mama Lidia!" Ujar pemuda tersebut seraya terus melakukannya hingga Lidia menyerah. Racauan Lidia terus singgah pada telinganya, wanita itu merajuk keenakan sambil memeluk pinggangnya dengan erat. Permainan Leno berlangsung sekitar tiga puluh menit. Setiap malam Leno selalu meminta jatahnya, pria itu tidak tahan jika sehari saja mengabaikan Lidia. "Kok mintanya setiap hari sih sayang?" Tanya Lidia suatu ketika, dia saat itu sedang sibuk membersihkan lantai rumah. "Leno nggak bisa berfikir jernih mah, kalau nggak dapat jatah!" Sahutnya sambil memainkan kedua ujung bongkahan kenyal di balik dasternya. Lidia masih memegang sapunya, mau tak mau akhirnya dia menuruti keinginan Leno. Hari yang panjang terus berlalu hanya untuk mereguk madu bersama. Mereka tidak mengerti kalau tidak hanya itu yang menjadi tujuan hidup mereka. Lidia lupa siapa dirinya, semuany terus terulang sama seperti itu dari hari ke hari. Leno masih muda dan bisa mendapatkan wanita lain kini terpaku hanya pada sosok Lidia Natalia seorang. Kegilaan tersebut terus berlangsung, entah sampai kapan mereka terus seperti itu hingga sadar kalau yang mereka lakukan hanyalah untuk mengambil buah kesenangan semata. "Mah? Jadi nonton pacuan kuda nggak?" Tanyanya pada mama tirinya tersebut. "Ah, iya tunggu sebentar mama mau mandi dulu." Sahutnya sambil menjinjing ujung dasternya hingga menampilkan sisi yang seharusnya tidak dilihat oleh putra tirinya, kemudian wanita tersebut menghilang di balik pintu kamar mandi. "Dasar mama Lidia! Terus terusan memancing! Bagaimana nggak nagih kalau setiap hari melihat pemandangan luar biasa itu di depan mataku!" Keluhnya sambil bersandar di sofa. Setengah jam kemudian Lidia Natalia sudah keluar dengan kaos ketat dengan d**a rendah, hingga menampilkan belahan dadanya juga celana jeans. Leno mengantarkan mamanya ke arena pacuan kuda dimana Delon atlet kuda favorit Lidia akan tampil. Sampai di sana Lidia segera turun dari dalam mobilnya. "Mah, bawa ini buat pegangan." Leno melumat bibirnya sejenak sambil memasukkan uang senilai dua juta ke dalam belahan dadanya. "Gak muat mah!" Ujarnya sambil menggoda Lidia, karena uang tersebut terlalu tebal untuk dimasukkan ke sana. "Dasar nakal!" Lidia tersenyum seraya mengigit daun telinganya. Pria muda tersebut kemudian memasukkan ke dalam dompet mama tirinya tersebut. Dari kejauhan segerombolan geng serigala melihat tubuh sintal Lidia Natalia sedang membungkuk, wanita itu berdiri di samping mobil Leno, membungkukkan badannya ke dalam mobil. "Bro lihat tuh! Waooww seksi broooo!" Ujar Alan sambil mengulum permen lollipop merah rasa mangga miliknya. "Sialan bikin ileran aja tuh cewek!" Rutuk Andi karena melihat pinggang mulus Lidia, gara-gara membungkuk kaosnya jadi ikut tertarik naik. "Ngapain sih dia membungkuk begitu? Kayak lagi melumat anunya si supir!" Arliand menatap tonggak miliknya yang sudah berjejalan ingin keluar resleting celananya. "Otak lu, perlu dipel kayaknya!" Sergah Deden seraya menekan kepala Arliand ke samping, karena ingin ikut menonton pemandangan tersebut. "Gaya Lo ngata-ngatain, Lo aja juga mau ikut nonton!" Keluh Arliand seraya membenamkan kepala Deden ke atas pangkuannya. "Huahahhahahhahaha! Sialan! Lo ereksi!" Sontak ke dua teman satu gengnya ikut melotot ke arah celana Arliand. "b******k kalian!" Arliand segera berdiri dari kursinya berlari kecil menuju ke kamar mandi umum. "Mau ngapain dia ke kamar mandi?" Gumam Deden pada ke dua temannya yang masih tersisa. "Mau nuntasin anunya kali!" Jawab Andi sambil tersenyum menatap wajah Deden yang kini ikut cengar-cengir cengengesan. Alan hanya menggelengkan kepalanya terkekeh geli mendengar kedua temannya ceplas-ceplos dengan pemikirannya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD