Ch-3

1194 Words
"Sudah mah, Leno ke kantor dulu ya?" Pria tersebut menarik pintu mobilnya. Tersenyum seraya melambaikan tangannya. "Hati-hati di jalan sayang." Sahutnya ikut melambaikan tangannya pada putra tirinya tersebut. Setelah menatap kepergian Leno, wanita itu berbalik menatap para pria muda yang sedang duduk seraya tertawa lebar bersama dengan temannya, mereka tidak lain adalah segerombolan anggota geng serigala! Lidia tertegun sejenak dia ingat dengan kekasihnya saat SMA, seorang anak muda sebaya dengan mereka. Namun cintanya terpaksa kandas di tengah jalan gara-gara dia menolak diajak melakukan hubungan intim, waktu itu usianya masih 16 tahun dia belum berani untuk melakukan hal terlarang tersebut. Bukan karena tidak berhasrat, dia cuma takut hamil di luar nikah! Dengan santai wanita itu melangkah naik di kursi yang nggak jauh dari tempat duduk geng serigala, Andi, Alan, Arliand, Deden. Sekitar beberapa meter saja, dan jika mereka mau bergeser mendekat pasti juga sudah berhasil mepet nempel di sebelahnya. Arliand tak henti-hentinya menatap tubuh sintal Lidia Natalia, juga satu geng temannya pun ikutan melotot menatap tubuh seksi yang tak jauh dari pandangan mata mereka. Tak lama kemudian acara pacuan kuda tersebut sudah dimulai. Lidia yang melihat atlet Delon pemuda tampan, bertubuh atletis, berhidung bangir tersebut, langsung berdiri dari kursinya. Delon memacu pelan kudanya menuju arena balap. "Oohhh! Delon! Ayo lebih cepat dong! Auuuhhhh! Gantengnya! Emmhhh! Ayo sayang! Lebih semangat lagi, ouuhhh, jangan kecewakan Tante sayang! Oohhhh! Ya begitu!" Lidia melonjak-lonjak kegirangan menatap wajah sang idola lewat tepat di depan matanya. Dia tidak peduli dengan buah dadanya yang ikut bersundulan kesana-kemari akibat terlalu bersemangat melihat pemuda tampan atlet kuda favoritnya. Geng serigala, menggaruk kepalanya mendengar ucapan penuh semangat Lidia, mereka saling tatap satu sama lain. "Dia ngapain sih? Bukannya acaranya juga belum mulai?" Tanya Deden pada Arliand. Karena melihat para atlet pemacu kuda masih bersiap-siap menuju garis start. "He eh, kasih semangat kok suaranya mirip adegan anu!" Protes Andi karena terganggu dengan nada yang lebih mirip adegan ranjang! Jika dibandingkan dengan memberikan semangat. "Hehehe! Mayan asyik buat tontonan, kayaknya lebih seru nonton tante girang! Dari pada ngeliatin para cowok berkuda!" Alan tanpa ragu-ragu mengeluarkan isi hatinya gara-gara gagal pacaran, tiap nembak ditolak melulu. "Gundukan mulusnya, kayaknya enak benget buat dikenyot! Sambil ngocok!" Celetuk Arliand yang tadi berhasil muncrat bersama sabun di dalam toilet umum. "Eh bangku kosong tuh, gue kiri, Deden kanan, kalian berdua belakang punggungnya! Gimana?!" Seru Arliand penuh semangat karena kursi di sekitar Lidia masih kosong. "Tooooosss!" Andi setuju dan mengancungkan jari kelingkingnya pada ketiga temannya tersebut. "Kok kelingking? Lu pikir geng kita geng banci apa?!" Gerutu Deden sambil mengancungkan tinjunya. "Ahh kelamaan, ntar keburu ditempatin orang! Lest go!" Alan mengangkat telapak tangan kanannya, sebagai ketua geng dia memberikan aba-aba pada ketiga teman-temannya, mendahului mereka duduk mepet di sebelah Lidia Natalia. "Eh, Tante?" Sapa-nya pada Lidia Natalia di susul ketiga temannya yang ikut duduk di belakang dan juga sisi kirinya. "Eh iya mas." Lidia beringsut ke kiri karena Alan sengaja menempelkan pahanya, tapi Lidia malah jadinya nempel ke Deden, mundur juga nempel ke Arliand dan Andi. Mata Arliand tak kunjung beralih dari bongkahan kenyal Lidia yang kini terlihat terlalu jelas di depan matanya. "Tante sendirian?" Tanya Deden yang duduk di sebelah kiri wanita itu. "Emmhhh... Iya Mas, sendirian.." Ucapnya sambil menarik helaian rambutnya ke belakang daun telinganya. Tersenyum malu-malu. "Tante namanya siapa?" Tanya Andi pura-pura memegang bahunya dari belakang, sambil mendekatkan wajahnya. Maksudnya agar Lidia menoleh ke belakang. "Ah, nama Tante.. emmhhh.. Lidia Natalia mas." Sahutnya lembut dengan bibir ranumnya. Andi mengusap air liurnya mendengar jawaban yang mirip dengan nada tak tahan! Untungnya Lidia bukan cewe tomboy, jika dia cewek tomboy pasti sudah ludes satu geng itu dihajar babak belur oleh Lidia. "Tante nggak keberatan kan kami duduk di sekitar Tante? Di sini banyak pencopet soalnya, jadi bahaya kalau Tante sendirian tanpa teman." Rayu Alan seraya menyibakkan rambutnya ke belakang, niatnya tebar pesona! Tapi malah bikin ketombe dari rambutnya berantakan, jatuh pada kaos hitam di atas kedua bahunya. "Uh! Ketombe sialan! Malu-maluin banget!" Rutuknya pada dirinya sendiri. "Mas ketombean? Tapi masih cakep kok! Emmmhhh.." Lidia beringsut menempel sambil tersenyum melirik wajah pemuda bernama Alan tersebut. Sampai d**a kenyalnya begitu terasa menggesek-gesek lengan kanannya. Alan menelan ludahnya seraya cengar-cengir menatap ke tiga temannya, sontak ketiga sahabatnya mendekatkan wajahnya ke arahnya. "Apa? Apa? Apa?" Tanya Andi, Deden, Arliand bersamaan. "Empuk bro! Kenyal banget! Alus! Anget!" Serua Alan sambil berbisik-bisik. "Asoooiyyyyy!!!!" Sahut serempak ketiga temannya bersamaan. Kemudian duduk kembali di kursinya masing-masing. Lidia tersenyum menutup bibirnya malu-malu mendengar bisikan para pemuda di sebelahnya tersebut. "Kalian rumahnya jauh gak dari sini?" Tanya Lidia pada mereka berempat. "Deket kok Tante, jalan kaki sambil gendongan juga nyampe sepuluh menit doang!" Sahut Andi penuh semangat membayangkan Lidia bergelayut malu-malu dalam gendongannya. "Kalian hangat ya?" Seloroh Lidia sambil malu-malu. "Bukan hangat Tante! Kami berempat panas! Hehehehe! Panas dingin kalau di dekat Tante maksudnya!" Seru Arliand yang takut gak kebagian jatah bicara. "Ahhh sengaja deh.. bikin Tante ge er.. emmhhh.." Mencubit paha Deden yang duduk di sebelah kirinya. "Tante tiap hari mandi sendiri?" Tanya Alan tanpa ragu-ragu. Melihat kulit halus putih mulus gak sabar pengen nyium, sambil remas-remas. "Iyalah mas, kan udah gede masa minta dimandiin? Emmhhh.." Ujarnya sambil memonyongkan bibirnya seakan-akan minta dicium. "Ah Tante, bibirnya lembut banget kayaknya!" Alan menelan ludahnya menatap bibir ranum milik Lidia. "Emang lembut mas! Emmmhh.." Lidia menggigit bibir bawahnya memamerkan hasrat seksual yang sudah mulai naik ke ubun-ubun gara-gara berada di dekat empat pemuda berpenampilan lumayan! Tanpa ragu dia memegang paha Alan mengelusnya lembut. "Sialan dia yang dielus kok gue yang meriang!" Rutuk Arliand dalam bisikan, yang ikut menyentuh meremas bahu Lidia. Pura-pura nimbrung bicara. Lidia tersenyum menutup bibirnya, mendengar Arliand menggerutu di belakang punggungnya sambil menempelkan punggungnya pada d**a pemuda tersebut. "Wanginya.." Seru Deden yang mengendus mencium aroma shampoo dari rambut panjang Lidia di sebelahnya. "Tante pakai sunlit ya? Kok wangi banget kayak nipis, emmhh segarnya.." Seru Deden yang ngikutin iklan di tv tanpa tahu itu iklan apaan! "Gila Lo! Masa shampoo lu samain sabun cuci piring! Nonton tv doang aja gak becus, gimana mau dapat cewek? Sekalian samain shampoo sama bayklin!" Seru Andi sambil mendorong punggungnya, membuatnya hampir terjungkal ke depan. "Ah, kalian lucu deh, Tante jadi emess!" Seru Lidia Natalia penuh gairah mencubit pipi Arliand yang sedari tadi menyodorkan pipinya, niatnya kali aja Lidia lupa, gak sengaja terus nyosor ke pipi kirinya. "Ah udah mulai tuh pacuan kudanya, Tante nonton dulu ya?" Serunya sambil menatap Delon sang atlet. "Wahhh, ayoo sayang Delon.. emmhh.. ayoo uuhhhh... Iya lebih cepat sayang emmmhhh.. awhhh.. ayo.. jangan mau kalah awhhh. Emmhhh.. akkhhh.." Seru Lidia sambil berlonjak-lonjak riang berdiri di antara mereka berempat. Beberapa kali tubuhnya bergesekan dengan d**a dan lengan anggota geng tersebut. Tapi sepertinya dia fine-fine aja! Dilanjutkan keusilan Deden yang pura-pura ikut berjingkrak lalu terhuyung-huyung ke samping kiri, dan berpegangan bukan pada lengan Lidia, tapi memegang bongkahan kenyal milik Lidia. "Ahhhh.. nakal emmhhh." Lidia yang hasratnya melebihi batas normal, langsung terpacu gairah akibat remasan Deden. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, saat Deden sengaja menghembuskan nafasnya di wajah Lidia. Andi yang ada di belakang punggungnya, buru-buru menarik kerah bajunya agar tidak kelepasan di tempat umum! "Sadar bro tempat umum!" Bisiknya pada temannya tersebut. Disusul ancungan jempol ketiga temannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD