"Saya sangat menyayangkan, kenapa tadi Antum menalak Sinta langsung talak tiga," lirih ustadz Rahman dan terdengar menghela nafas berat. "Padahal Antum belum tahu siapa yang salah dan kebenarannya seperti apa," lirihnya lagi. ”Perkataan mereka telah memenuhi pikiran Saya, Tadz," ucapku menyesal. ”Apa Antum percaya tentang Sinta dengan pemuda itu telah melakukan hal yang dituduhkan?” tanyanya. ”Awalnya Saya tidak percaya. Tapi Sinta sendiri yang mengaku telah melakukannya." "Antum percaya begitu saja?" tanyanya menyelidik. ”Saya sudah bertanya beberapa kali, tapi dia tetap mengaku telah melakukannya.” ”Iya, tahu. Tapi kenapa Antum percaya begitu saja?" tanya ustadz Rahman kecewa. Aku tidak mampu untuk menjawab. Air mata kembali ingin turun, tapi segera aku lap dengan memakai lengan

